Jakarta, CNN Indonesia -- Vokalis Blur, Damon Albarn, kini tengah menggarap adaptasi musikal
Alice In Wonderland. Garapannya ini sekaligus untuk menepis suara miring yang menyatakan kebanyakan musikal adalah "sampah" dan mudah diprediksi.
Menurut Albarn, adaptasinya justru memberikan pilihan alternatif bagi penggemar. Sejauh ini, ia sudah menulis komposisi untuk musikal berjudul
Wonder.land tersebut.
Rencananya pertunjukan musikal ini akan ditampilkan di panggung Palace Theatre di Manchester, Inggris pada Juli.
Adaptasi dari novel karya Lewis Carrol ini adalah bagian dari Manchester International Festival. Musikal ini disutradari oleh Rufus Norris dari National Theatre. Sementara lirik akan ditulis oleh Moira Buffini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam wawancara dengan
The Telegraph, baru-baru ini, Albarn secara terang-terangan menyampaikan opininya tentang musikal. Ia pun menilai musikalnya ini akan mengasingkan dirinya.
"Mudah diprediksi dan sinis. Komentar ini mungkin akan mengalienasi saya dari banyak orang," ujar Albarn.
Otak di balik grup Gorillaz dan album musik
Everyday Robots ini pun menceritakan proses penggarapan musikalnya. Menurut Albarn, ia kini hidup di dunia paralel. Walau demikian ia mengaku menikmati proses ini dan kesempatan untuk melakukan sesuatu yang baru.
"Latihan dengan Blur untuk penampilan kami, kemudian menyendiri dalam satu ruangan untuk menulis," ucap Albarn. Dia pun menambahkan bahwa musikal tak ditulis, melainkan ditulis ulang.
"Ini hal pertama yang saya lakukan di mana saya merasa seperti di dalam dunia teater, dan perasaan itu yang membuat saya bersemangat," ujar Albarn.
Salah satu hal yang menginspirasinya dalam menulis musikal ini adalah perjalanan Blur ke Asia, terutama Korea Utara. Perjalanan ini secara keseluruhan juga menginspirasi album anyar Blur,
The Magic Whip."Korea Utara tampaknya tempat yang bagus untuk mencari '
rabbit hole' di Bumi," ucap Albarn. Lubang kelinci yang dimaksud Albarn merujuk pada lubang yang sama di mana Alice menemukan Wonderland.
Albarn juga menemukan "lubang" tersebut di sekelilingnya. Menurut Albarn, "lubang" ini digenggam oleh anak-anak tiap harinya.
"'Rabbit Hole' ini berada di setiap telepon genggam," kata Albarn, prihatin. "Anak-anak kita 'menghilang' ke dalamnya, walaupun secara fisik mereka ada di ruangan yang sama dengan kita."
(vga/vga)