Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi setiap anak, sosok ayah tentu menjadi panutan dalam segala hal. Ayah adalah pelindung, sosok pemimpin dalam rumah tangga yang rela berkorban untuk menghidupi keluarganya.
Peran seorang ayah tidak akan bisa hilang sampai kapan pun. Kendati maut sudah merenggut, sosok seorang ayah pasti masih hidup di dalam hati dan kenangan anak-anaknya. Tak terkecuali Lukman Sardi.
Sudah lebih dari satu tahun, Lukman melepas kepergian sang ayah, Idris Sardi, untuk selamanya. Sang violis legendaris kebanggaan Indonesia telah mengembuskan napas terakhir di usia 76 tahun, pada 28 April 2014.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi, hingga kini, sosok Idris masih begitu lekat dalam benak Lukman. Pesan-pesan yang pernah dititipkan sang maestro biola itu kepada anak-anaknya, termasuk Lukman, terus diingat hingga kini.
Ketika teringat sosok ayah yang menjadi panutannya itu, Lukman selalu teringat akan dua hal. Dan hal itulah yang menjadi pegangannya dalam menjalankan hidup dan kariernya, utamanya dalam berkesenian.
"Ayah saya panutan saya. Panutannya Lebih lebih kepada semangat dia. Semangat untuk memberikan yang terbaik," kata Lukman saat ditemui di kawasan Sudirman, Jakarta, baru-baru ini.
Bagi Lukman, dalam berkarya dan berkesenian, ayahnya memang punya komitmen tinggi untuk selalu berbuat yang terbaik. Dan Idris pun menularkan semangat itu kepada anak-anaknya.
Kata Idris, dibutuhkan semangat yang kuat untuk bisa berbuat yang terbaik. Karena hanya itulah yang bisa dilakukan di dalam hidup. "Di mana pun menurut dia, inti hidup adalah berbuat baik," ujar Lukman.
Kendati mengajarkan harus selalu memberikan yang terbaik, bukan berarti harus menjadi nomor satu. Kata Lukman, Idris selalu berkata, di dalam seni tidak ada istilah nomor satu.
"Karena tiap orang bisa menginterpretasikan seni secara berbeda-beda," kata pria kelahiran 14 Juli 1971. "Orang ini bisa bilang bagus, orang itu bisa bilang jelek. Jadi jangan sombong."
(tri/vga)