Jakarta, CNN Indonesia -- Komikus mana yang tidak bermimpi direkrut penerbit besar seperti Marvel atau DC Comics? Seiring banyaknya pahlawan super yang difilmkan, popularitas mereka melejit. Meski masih banyak penerbit lain dari Eropa, Amerika, atau Asia, keduanya tetap "raksasa."
Menembus penerbit semacam itu sebenarnya tidak terlalu susah. Sebab menurut Jessica Kholinne,
colorist asal Indonesia yang pernah beberapa kali direkrut lepas oleh Marvel dan DC Comics, penerbit besar biasa memburu talenta baru ke negara-negara lain, termasuk Indonesia.
"Biar
fresh talent, jadi gambarnya tidak monoton itu saja, enggak
stuck di era itu saja," kata Jessica pada CNN Indonesia saat ditemui khusus di kantornya, studio Stellar Labs, kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, menurutnya memburu talenta juga mencari pembaca. "Kalau komikusnya dari Indonesia, orang Indonesia akan penasaran, lalu mencari komiknya dan membaca," tuturnya.
Sejauh ini, respons pemburu talenta yang datang ke Indonesia cukup bagus. Namun bagaimana cara agar talenta-talenta yang ada bisa terjangkau mereka? Kata Jessica, ada dua cara menembus dinding Marvel dan DC Comics.
Pertama, lewat studio. "Studio biasanya ditawari
pitching untuk Marvel atau DC. Kalau studionya terpilih, timnya dapat," katanya.
Namun cara yang dipilih Jessica agak berbeda. Ia pakai cara ke-dua, yakni membuktikan langsung kepada para pemburu talenta lewat bakatnya saat terlibat dalam proyek dengan penerbit lain. Ia kebetulan mengawali dari salah satu penerbit komik independen, Image.
"Saya kerjakan
title dan portofolionya bagus, jadi dapat
title dari DC boleh
join di
Power Girl," katanya. Dari situ, ia jadi dikenal Marvel dan ditawari mengerjakan proyek lain.
Menurut Jessica, portofolio adalah hal penting untuk menembus penerbit besar. Portofolio bukan hanya lewat komik yang sudah jadi. Jessica sendiri lebih memilih memamerkannya di situs online. "Kebanyakan pencari talenta mencari langsung ke situs atau dapat rekomendasi dari siapa," ujarnya menjelaskan.
Dari situ Jessica menyimpulkan, jika ingin mengincar penerbit raksasa apalagi di luar negeri, kehadiran
online sangat penting. "Musti ada portofolio
online. Paling gampang di media sosial, atau buat situs sendiri."
(rsa/vga)