Jakarta, CNN Indonesia -- "Saya tidak akan mati di Mars."
Tekad itu dipegang teguh oleh Mark Watney, yang dalam film
The Martian diperankan Matt Damon. Astronaut itu terperangkap di Planet Mars, jauh dari Bumi, saat musibah menimpa dirinya yang sedang meneliti kondisi di sana.
Regunya berhasil selamat. Sementara ia tertinggal seorang diri dengan persediaan makanan yang menipis. Ia harus mencari cara bertahan hidup hingga regu penyelamat datang menjemputnya, membawanya pulang ke Bumi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Watney yang punya bekal bercocok tanam mencoba menerapkan kemampuannya itu. Namun Mars dikenal sebagai planet yang tandus. Jika masih ingin makan dari hasil cocok tanamnya, Watney harus memecahkan masalah krisis air di sana.
Selain itu, Watney juga harus memutar otak untuk menyampaikan kondisinya ke Bumi, karena orang-orang sudah menyangkanya mati. Diburu kesempatan hidup yang menipis, Watney terus mencari cara berkomunikasi dengan kru NASA.
Seperti film fiksi ilmiah lainnya,
The Martian sarat teori dan hal-hal berbau sains. Meski penonton akan terbuai oleh alur cerita yang kuat dan karakter Watney yang dibawakan Damon dengan baik, mereka pasti akan sampai pada satu titik membandingkan fiksi dengan ilmu.
Untungnya NASA ada di balik film itu. Bahkan,
The Martian adalah film yang paling nyata didukung NASA dibanding sinema lain seperti
Armageddon, Men in Black III, dan
Transformers III. Mengutip The Guardian, NASA jelas menyukai cerita dari buku yang diadaptasi
The Martian ke film, karya Andy Weir rilisan 2011.
Film yang disutradarai Ridley Scott itu juga merekrut ilmuwan-ilmuwan penting NASA, seperti Jim Green, Kepala Ilmu Planet NASA dan Rudi Schmidt, mantan manajer proyek agensi luar angkasa Eropa, Mars Express di dalam film itu.
Astronomer NASA lainnya mengarahkan pembuatan roket, modul, sampai busana luar angkasa yang dibuat dengan cetak tiga dimensi. Bahkan pembuatan air dari bahan bakar roket pun telah melewati pengujian ilmuwan sesungguhnya.
NASA bahkan ikut mempromosikan film itu. Mereka menyampaikan dalam situs web resminya, teknologi apa saja yang ada dalam produksi film itu dan benar-benar dimiliki NASA. Tidak hanya itu, saat promosi film, NASA bahkan mengajak beberapa media ke kantornya langsung.
Jadi, tidak seperti
Interstellar dan
Gravity, film luar angkasa terbaru sebelum
The Martian, sinema kali ini lebih "teruji" secara ilmiah.
[Gambas:Youtube]Damon memang belum banyak berakting di film fiksi ilmiah. Dalam
Interstellar, ia hanya kebagian sedikit peran. Itu pun sebagai karakter antagonis dan bukan pemeran utama.
Namun aktingnya kali ini cukup meyakinkan dan kuat. Hampir sepanjang film Damon tak punya lawan main, mengingatkan pada Sandra Bullock di film
Gravity. Namun Damon tetap mampu menghidupkan film dan tak membuat bosan.
Apalagi ia ditunjang selebriti papan atas lain, seperti Jessica Chastain, Kate Mara, Kristen Wiig, dan Mackenzie Davis. Menariknya, Scott berhasil menyisipkan humor dalam film yang terus dibekap kondisi menegangkan itu. Kehadiran Michael Pena sangat mendukungnya.
The Martian sudah bisa disaksikan di bioskop Indonesia mulai hari ini, Rabu (30/9).
(rsa/vga)