Jakarta, CNN Indonesia -- Di tengah ketatnya perlombaan sejumlah musisi dunia dalam menyajikan kolaborasi melodi dan lirik yang memukau pendengar, rencana menarik datang pemain cello US National Symphony Orchestra.
David Teie, yang juga komposer lagu di Amerika Serikat mengaku, saat ini dirinya sedang berupaya menyajikan musik untuk pendengar yang bahkan tak bisa bertepuk tangan untuknya.
Alih-alih untuk manusia, ia mendedikasikan proyek musik yang unik untuk kucing. Keinginannya itu bisa dilihat dalam halaman situs web Music for Cats Kickstarter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tahu, kedengarannya seperti lelucon," kata Teie dalam laman itu.
Tapi Teie punya alasan yang menarik. "Selama ini kucing harus mendengarkan musik yang seringnya tidak terlalu mereka suka. Sampai sekarang," kata Teie.
Melalui situs web-nya, Teie pun menyampaikan dirinya perlu bantuan dana untuk mewujudkan mimpi yang memanjakan kucing itu. Ia mengaku butuh US$20 ribu atau Rp274 juta untuk menyelesaikan album pertamanya, album musik untuk kucing.
Seperti kata Teie, meski rencana itu terdengar seperti lelucon namun tak sedikit orang yang menganggapnya serius.
Mengutip The Guardian, sudah ada lebih dari tujuh ribu investor yang menaruh uang untuk album itu. Baru proses penulisan saja, Teie sudah mengumpulkan US$167 ribu atau Rp2,2 miliar.
Kampanye dalam situs web itu pun belum akan berakhir sampai 28 November mendatang.
Seperti diketahui, Teie memang tertarik pada penciptaan musik untuk spesies tertentu sejak 2009. Bahkan, Ia mengaku pernah mengujicobakan karyanya pada monyet. Namun dalam proyeknya ini, musik untuk kucing adalah proyeknya yang lebih besar.
"Karena lebih banyak orang punya kucing," katanya.
Membuat musik untuk kucing tentu tak sembarangan. Teie juga memasukkan unsur sains. Ia beranggapan, manusia suka mendengar denyut yang teratur pada musik, karena sudah terbiasa dengan bunyi itu bahkan sejak sebelum dilahirkan ke dunia.
Sementara kucing, baru punya rasa atas itu setelah mereka lahir. "Menyusui adalah suara yang berhubungan dengan ganjaran, yang semua kucing dengar, sementara struktur otak mereka yang bertanggung jawab atas emosi, dibentuk," Teie menjelaskan.
"Suara mendesah atau mengecap yang didengar di musik kucing adalah salah satu contoh sesuatu yang tidak relevan dengan kita, tapi sangat relevan untuk mereka," katanya.
Peter Robinson, penulis untuk The Guardian penasaran dan mencoba memutarkan lagu untuk kucing itu. Awalnya, ia memutar
Hello milik Adele. Trudie, kucing hitam putih miliknya yang berusia 10 tahun, berjarak cukup dekat untuk bisa mendengar suara emas Adele.
Respons Trudie adalah masuk ke kamar sebelah. Robinson lalu mencoba menyetel lagu untuk kucing, yang menurut tulisannya, terdengar seperti lantunan relaksasi dari Poundland. Ia mendapat respons berbeda.
Trudie menggoyangkan ekornya, tanda senang. Sang kucing juga menatapnya, naik kursi, lalu kembali menatap lekat-lekat pada Robinson. Yang menarik, Trudie masih di ruangan itu sampai musik selesai diputar.
Robinson sendiri tak bisa menyimpulkan apakah itu artinya musik untuk kucing benar sukses. Yang jelas, Teie kemudian ingin mencoba proyek yang berbeda. Ia bermimpi membuat musik untuk ikan paus atau anjing.