Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak seperempat abad lalu, Natal identik dengan
Home Alone. Bahkan sampai sekarang, film yang dibintangi Macaulay Culkin itu masih diputar pada malam Natal. Entah karena teriakan ikonik si imut Kevin, atau ceritanya yang unik sekaligus mendidik dan satu waktu mengharukan.
Namun film Natal bukan hanya
Home Alone. Natal memang identik dengan berkumpulnya keluarga, Sinterklas, atau pohon dengan hiasan merah putih dan emas. Tetapi bahkan dari benda-benda sederhana itu pun, muncul berbagai ide untuk diramu jadi film yang menarik dan unik.
Berikut ini, lima film Natal pilihan CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagaimana jika Sinterklas yang masuk lewat cerobong asap rumah ternyata bukan hendak menaruh kado, melainkan justru mencuri barang berharga? Sinterklas dalam film Perancis ini (Tahar Rahim) terpaksa melakukannya.
Ia terbelit utang pada para preman. Malam Natal, menurutnya, adalah saat yang paling sempurna untuk beraksi. Namun, ia mendadak terjatuh di rumah Antoine/Victor (Victor Cabal), bocah yang memimpikan Sinterklas.
Melihat sang bocah yang terlalu polos untuk percaya bahwa dirinya Sinterklas asli lantas membuntutinya ke mana-mana, ia pun mengajak Victor dalam operasinya. Ia menjadi "asisten" Sinterklas yang membantunya mencuri emas.
Namun pada satu titik, Sinterklas gadungan tak tega terus membohongi bocah yang berharap bahwa emas bisa memperbaiki kereta luncur dan membawanya ke tempat sang ayah di langit itu.
Bukan hanya bertema Natal dan menghadirkan bocah lucu "pengganti" Kevin, film ini juga menyuguhkan sisi humanis manusia sekalipun ia penjahat. Sutradara Alexandre Coffre membungkus perasaan tawa dan haru dengan apik.
Keunikan Krampus yang tayang tahun ini, adalah pada ide bahwa Natal tak selalu berisi cerita bahagia dan Sinterklas. Sutradara Michael Dougherty menawarkan hal yang sedikit berbeda, yakni ketika seorang anak berharap pada Sinterklas bahwa Natal tidak pernah ada.
Jika ada pepatah yang menyebut berhati-hatilah dengan apa yang kau minta, Krampus membenarkannya. Permohonan Max Engel (Emjay Anthony) ternyata dikabulkan. Langit malam Natal berubah kelam dan terjadi badai salju.
Teror tak cukup sampai di situ. Sebuah mitos bernama Krampus ternyata bangkit. Ia merupakan makhluk kepercayaan masyarakat Eropa yang merupakan kebalikan dari Sinterklas. Krampus datang untuk membawa orang-orang ke neraka.
Max dan keluarganya pun berlarian menyelamatkan diri. Namun pada akhirnya, kuncinya hanya satu, soal apa yang diyakini.
Krampus bukan film animasi biasa. Lewat gambar bergerak, Dougherty juga memberi kritik atas Natal dan hari raya lain, yang bagi sebagian kalangan hanya dijadikan seremonial belaka. Esensinya terkadang tergerus oleh kemewahan hadiah, dekorasi, bahkan kenikmatan makanan.
Ini juga cerita yang berkebalikan dari kepercayaan Natal selama ini. Alih-alih menyajikan kebahagiaan dan euforia keemasan Natal, film yang digarap Jalmari Helander ini justru menyuguhkan suasana Natal yang kelam.
Rare Exports mengambil setting di pegunungan Finlandia. Di sana, anak-anak perlahan menghilang. Diduga, itu merupakan perbuatan Sinterklas yang ternyata dikirim dalam bentuk paket-paket ekspor. Mereka makhluk jahat yang bisa memakan anak-anak tanpa pandang bulu.
Di antara anak-anak itu, adalah Pietari Kontio (Onni Tommila). Ia cenderung dianggap culun dan tak dipercaya orang tuanya. Sampai suatu hari, seorang elf kurus tua terjatuh di halaman rumahnya. Elf itu bisa mencium bau anak-anak. Pietari pun tak boleh mendekat.
Namun melawan pandangan sebelah mata sang ayah, Pietari justru memanfaatkan elf itu untuk menangkap Sinterklas dan menyelamatkan teman-temannya. Mereka lalu memutuskan mengekspor kembali Sinterklas dan para elf-nya.
Selain tentang hubungan ayah dan anak, film ini juga menawarkan pembelajaran soal keberanian, kecerdikan, serta kepercayaan tanpa menghilangkan atmosfer Natalnya.
Kalau selama ini film Natal selalu terpusat pada Sinterklas, bagaimana nasib para elf? Itu terjawab dalam film yang dibintangi Will Ferrell ini. Elf merupakan sebuah film komedi bernuansa Natal yang juga unik dan menarik.
Buddy (Ferrell), elf yang menjadi tokoh utama film ini, berbeda dari kawanannya. Buddy dilahirkan sebagai manusia. Saat masih bayi dan tinggal di panti asuhan, ia tak sengaja terbawa tas panggul Sinterklas ke Kutub Utara. Ia pun dibesarkan di lingkungan para peri.
Namun berbeda dari yang lain, Buddy tentu saja tumbuh menjadi manusia dewasa. Pada suatu waktu, ia meminta izin Sinterklas untuk menemukan ayah kandungnya di New York City. Perjalanan itu pun menjadi menarik, karena ia banyak menemukan hal baru dalam hidupnya.
Ayah kandung Buddy sendiri bernama Walter Hobbs (James Caan). Ia berada dalam daftar anak nakal Sinterklas saat masih muda. Ia mulanya tak tahu Buddy lahir. Tak heran saat keduanya akhirnya bertemu, ia cuek-cuek saja.
Namun semakin hari, Hobbs jadi berusaha memprioritaskan hubungan keluarganya dengan anak yang tak pernah diasuhnya itu, dibanding pekerjaan yang dikejarnya dengan susah payah. Film ini menawarkan keharuan keluarga dalam balutan komedi dan tak lupa, kostum Natal.
Jika benar-benar mencari kisah Natal yang mengharukan dan penuh keajaiban, coba tonton It's Wonderful Life. Film klasik yang dibintangi James Stewart dan Henry Travers ini bukan hanya menawarkan kisah keluarga, tetapi juga cinta sejati yang tidak kacangan.
Alkisah, adalah seorang pria bernama George Bailey (Stewart) yang tinggal di Bedford Falls. Seumur hidup, ia hampir tak pernah memikirkan dirinya sendiri. Ia selalu lebih mementingkan orang lain. Ia mengorbankan mimpinya demi perusahaan yang sebenarnya ia tak tertarik, dan demi masyarakat Bedford.
Namun segala kehidupannya yang mulia itu nyaris berujung pada keputusan bunuh diri. Itu memenuhi pikiran Bailey saat sang paman kehilangan uang ribuan dolar akibat ketamakan seorang pengusaha bernama Mr. Potter. Bailey merasa hidupnya selama ini sia-sia.
Namun pada malam Natal, seluruh masyarakat Bedford berdoa agar Tuhan menolong Bailey. Seorang malaikat penjaga bernama Clarence (Travers), yang wujudnya seperti manusia dan tak bersayap, pun ditugaskan turun ke Bumi.
Ia mencoba meyakinkan Bailey bahwa hidupnya indah. Sebagai bukti, ia memberi gambaran apa yang terjadi pada masyarakat Bedford jika Bailey tidak pernah ada untuk mereka. Bailey pun menyadari, hidupnya ternyata dibutuhkan.