Jakarta, CNN Indonesia -- Klasik bukan berarti kuno atau ketinggalan zaman. Justru merujuk pada keabadian. Tak heran bila banyak orang menyukai tren klasik, dari lagu, film, busana sampai mobil.
Kamus Besar Bahasa Indonesia
online pun mengartikan klasik sebagai "sesuatu yang memiliki nilai atau mutu yang diakui dan menjadi tolok ukur kesempurnaan yang abadi."
Tren klasik juga menjangkiti beberapa pesohor di Indonesia. Mereka menyalurkan kesukaan terhadap hal-hal klasik sesuai bidang yang diminati, dari musik sampai film.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marcell Siahaan, misalnya, mengaku menyukai lagu klasik karena kebetulan berkecimpung di dunia musik. Hal ini disampaikan di hadapan awak media di Jakarta, pada Selasa (16/2).
“Saya tuh berangkat sebagai penyuka musik-musik
jadul," kata pelantun lagu
Peri Cinta seraya menceritakan pengalamannya mendengar lagu lawas bersama kakak kandungnya.
"Kakak saya pun mendengarkan musik-musik tersebut, seperti musik rock, hard rock tahun 80-an, musik
psychedelic gitu," katanya. "Ketika saya masih di rentang umur satu-sepuluh tahun."
Dari situ lah Marcell menyadari, dirinya tertarik musik klasik, khususnya era '80-an, yang bertema kuat. Lagu klasik, di telinga Marcell, terdengar
timeless, everlasting, dan
unforgettable.Menurutnya, apresiasi generasi sekarang terhadap musik klasik terbilang sudah sangat besar. Apa lagi di era internet, lagu-lagu klasik bisa dinikmati dengan mudah secara
streaming.
“
Cuman gue merasa seperti bertugas untuk
ngingetin bahwa kita jangan cuma cari referensi. Tapi harus inget kalau musik-musik yang
timeless itu juga punya akar," katanya.
"Kadang-kadang anak sekarang banyak yang hanya mengadopsi saja tanpa tahu
roots-nya itu di mana,” ia mengingatkan. Wajahnya yang manis mendadak terlihat serius.
Hal tersebut dilakukan, menurutnya, agar anak-anak sekarang tidak hanya melakukan pengulangan. Melainkan melakukan inovasi dari sesuatu yang sebenarnya sudah ada.
“Ya, kita enggak bisa bohong, semuanya ada pengulangan. Tapi, bagaimana kita bisa mengulang musik tersebut secara elegan. Mendengarkan
roots-nya, kemudian mengembangkan sesuai apa yang kita rasa sendiri, itu musiknya."
Tak hanya Marcell yang berbicara soal klasik dari sudut pandang musik, ada produser film
Ada Apa Dengan Cinta (AADC), Mira Lesmana. ADDC termasuk film paling laris pada eranya, 2002.
ADDC yang legendaris ini memiliki banyak penggemar, terutama karakter Rangga (Nicholas Saputra) dan Cinta (Dian Sastrowardoyo). Saking banyaknya penggemar, lalu dibuat sekuelnya.
“Sebenarnya sangat mengagetkan sekali. Waktu tahun 2002 itu, kami rilis film cinta tentang remaja, tentang kehidupan putih abu-abu. Dan waktu itu memang langsung
box office,” kata Mira.
Dari waktu ke waktu, penggemar film AADC selalu bertambah. Para penggemar beda generasi rutin merayakan film ADDC setiap tahun, antara lain dengan mengadakan kegiatan
nobar.
Ditemui di kesempatan yang sama di Jakarta (16/2), putri musisi jazz kawakan Jack Lesmana ini menilai, anak-anak sekarang pun suka sesuatu yang klasik, termasuk anaknya sendiri.
Mengapa filmnya bisa dianggap klasik alias abadi? Soal ini, Mira menyatakan, sesuatu yang klasik datang dari penikmatnya. Ia sekadar berharap, penonton menyukai film sebagaimana dirinya, selaku pembuat film.
Sementara itu, Nicholas memiliki pendapatnya sendiri mengapa film tersebut layak disebut klasik.
“Karena cerita tentang masa remaja. Ketika remaja banyak hal yang membuat bergejolak. AADC dapat merepresentasikan apa saja yang dialami anak muda pada saat itu,” ucapnya.
Selain pesohor di dunia musik dan film, ada pula Raline Shah yang berbicara klasik dari sudut pandang fesyen.
“Fesyen yang klasik itu yang tak lekang oleh waktu. Jadi saat kita punya
item-item fesyen yang klasik, kita bisa pakai kapan saja,” ujarnya dalam kesempatan sama.
Ia mengaku selalu melengkapi koleksi busana klasiknya. Sehingga ia dapat memakainya di berbagai kesepatan dan saat
travelling tak lagi repot memikirkan barang bawaan.
Adapun busana tersebut termasuk gaun hitam pendek, sepatu berhak tinggi, celana jeans, baju musim panas beserta kacamata hitamnya, baju putih,
blazer, dan jaket kulit.
Namun Raline menggarisbawahi bahwa segala hal yang klasik harus berkualitas. Apalagi baginya segala barang fesyen klasik yang bisa dipakai kapan saja merupakan investasi.
“Kalau kita
invest sesuatu yang klasik tapi kualitasnya bagus, kita jadi merasa
I work for this,” katanya.
Untuk memperkaya pengetahuannya tentang fesyen klasik, ia pun rajin mencari referensi tentang barang-barang fesyen dari
fashion icon klasik, seperti Audrey Hepburn. Setelah itu, ia akan mencari versi modern barang tersebut.
(vga/vga)