Jakarta, CNN Indonesia -- Ada-ada saja “ulah” para ilmuwan yang baru-baru ini mengidentifikasi 14 spesies baru tarantula. Sebagaimana diberitakan ABC News, pada Rabu (17/2), mereka memberi nama salah satunya, Johnny Cash.
Tentu saja bukan lantaran si tarantula bisa bernyanyi semerdu Cash. Namun dekapoda hitam ini biasa ditemukan di dekat sebuah penjara di California yang pernah menjadi latar lagu Cash,
Folsom Prison Blues.Agaknya penamaan spesies baru tarantula ini menjadi “kado” bagi pria kelahiran Arkansas, 26 Februari 1932. Anak petani kapas ini memulai karier musikal sejak 1954. Lagunya,
I Walk the Line, memuncaki Billboard dan terjual dua juta kopi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada 1980, Cash menjadi musisi termuda—48 tahun—yang ditabalkan di Country Music Halll of Fame. Berikutnya, pada 1995, namanya juga diabadikan di Rock and roll Hall of Fame. Cash telah menjual lebih dari 90 juta rekaman musik.
Identifikasi tarantula Johnny Cash dilakukan oleh para ilmuwan yang melakukan penelitian satu dekade belakangan ini. Mereka mengoleksi dan mempelajari sekitar 3.000 dekapoda, lalu mengidentifikasi 14 di antaranya.
Para peneliti juga menyusutkan jumlah spesies hewan Amerika Serikat, dari semula 55 menjadi 29, termasuk
Aphonopelma johnnycashi dan
Aphonopelma atomicum. Disebut
atomicum karena diambil dekat situs uji coba bom atom di Nevada.
“Ini merupakan hasil kerja keras dan nyata yang pernah dilakukan terhadap tarantula,” demikian dinyatakan secara tertulis oleh Robert Raven dari Queensland Museum, Australia, via
e-mail, setelah membaca berita tentang tarantula Cash.
“Penelitian mengukuhkan standar tinggi bagi taksonomi yang mana sebagian di antaranya bakal mudah diterima,” Raven menambahkan. Ia menyakini, hasil penelitian oleh tim biologis bakal menjadi referensi selama bertahun-tahun.
Tim biologis yang dimaksud Raven yaitu Chris Hamilton dan Jason Bond dari Auburn University, sert Brent Hendrixson dari Millsaps College. Mereka merangkum hasil penelitian tarantula dalam makalah setebal 340 halaman.
Berbekal dana National Science Foundation, ketiga peneliti berhasil mengoleksi hampir 1.500 laba-laba dari habitatnya di 12 negara bagian, plus 300 ekor sumbangan publik, serta menganalisa DNA lebih dari seribu dekapoda.
Mereka juga meneliti 1.200 spesimen yang dipinjamkan oleh American Museum of Natural History dan The Natural History Museum of London. “Kedua museum ini memiliki koleksi tarantula Amerika Utara terbanyak di dunia,” kata Hamilton.
Lalu, apakah tarantula
Aphonopelma johnnycashi menyengat dan berbisa? Tidak, kata Hamilton. Menurutnya, kebanyakan tarantula tidak agresif. Hewan bergigi taring macam serigala jauh lebih berbahaya ketimbang hewan berbisa.
[Gambas:Youtube] (vga/vga)