Idang Rasjidi Undang Ireng Maulana Tonton Java Jazz 2016

Fadli Adzani | CNN Indonesia
Minggu, 06 Mar 2016 18:29 WIB
Idang Rasjidi mendedikasikan pertunjukannya untuk almarhum Ireng Maulana.
Pertunjukan Idang Rasjidi di Java Jazz 2016, Minggu (6/3). (CNNIndonesia/Fadli Adzani).
Jakarta, CNN Indonesia -- Selain Dwiki Dharmawan dan Erwin Gutawa, perhelatan Java Jazz Festival (JJF) 2016 di JIExpo Kemayoran, Jakarta, pada hari ini (6/3) juga kedatangan pianis jazz legendaris Tanah Air lainnya, yakni Idang Rasjidi.

Idang, bersama dengan kelima anggota grup musiknya naik ke atas panggung Java Jazz Coffee tepat pada pukul 16.00 sore.  Namun sayang, rasa bahagia Idang karena mendapatkan kesempatan manggung di perhelatan JJF ke-12 ini diwarnai oleh rasa duka.

Kepergian sang maestro Ireng Maulana yang meninggal kemarin (5/3), telah meninggalkan rasa duka yang dalam bagi Idang. Tak hanya itu, kakak kandung Idang meninggal dunia 35 menit sebelum Idang naik ke atas panggung.
"Saya dedikasikan pertunjukan ini untuk Ireng Maulana dan kakak kandung saya," ujarnya dengan nada sedih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sang pianis seolah dapat merasakan keberadaan Ireng di JIExpo Kemayoran. Tak ragu-ragu, ia mengajak almarhum Ireng menonton penampilannya.

"Ireng, tonton pertunjukan saya!" kata Idang. 

Idang memulai pertunjukannya dengan sebuah lagu berjudul The Messenger, sebuah elegi jazz bernuansa musik timur.  Idang memencet tuts piano dengan lihai dan cepat, sambil ditemani hentakan drum, petikan contra bass, dan lantunan merdu trumpet.

Kesederhanaan Idang sebagai musisi ia tampilkan dengan kemeja lusuh hitamnya itu, tak seperti musisi jazz lainnya yang terkadang memakai setelan jas rapih.

Jika dilihat dari penampilannya, Idang tampak seperti pria paruh baya yang sudah tidak bisa banyak beraktivitas.  Namun, ketika ia sudah 'mengemudikan' pianonya di atas panggung, seluruh anggapan remeh terhadap dirinya hilang seketika. 

Penonton pun tampak asyik menikmati panggung Java Jazz Coffee untuk menyaksikannya. Sang pianis beratraksi menghentakkan kakinya, menggelengkan kepalanya, menandakan bahwa ia sangat menikmati permainan musik jazz-nya di atas panggung.

Lagu-lagu Idang dapat diibaratkan sebagai sebuah sungai, alirannya tak pernah sama, kadang cepat, kadang lambat. Durasi lagu yang dimainkan cukup panjang, sekitar  20 sampai 30 menit, namun tak membosankan.
Idang tidak mau memainkan lagu-lagunya sama seperti yang ia rekam di dalam album. Ia terus berimprovisasi. Penampilannya hari ini menjadi ajang bagi para anggota kelompok musiknya untuk menunjukkan keahlian masing-masing.

Sang penggebuk gendang terus memainkan jarinya dan memukul gendang yang dibaluti kulit sapi, begitu pula dengan pemain trumpet, yang menjadi daya tarik bagi pengunjung JJF 2016 karena mengeluarkan suara-suara unik.

Nuansa timur yang terasa kental di lagu pertama hilang seketika. Di lagu kedua, alunan bass dan hentakan drum santai yang membuat para pengunjung seperti ada di teater musikal Broadway, New York.

Tidak hanya Idang, seluruh personel grup musiknya pun mengeluarkan ekspresi muka yang tak biasa, seperti sudah menyatu dengan instrumennya masing-masing.  Terdengar teriakan-teriakan penonton yang terus menyemangati penampilan Idang pada sore itu.

"Ayo, Idang! Teruskan!" ujar salah seorang penggemar beratnya.

Walau usia Idang sudah mencapai 57 tahun, sekitar puluhan pengunjung yang meramaikan penampilannya didominasi oleh anak muda, mereka terlihat menikmati lantunan musik jazz khas Idang yang menghipnotis itu.Sesekali Idang melambaikan tangannya ke penonton, pun memberikan rasa hormat karena telah menonton dirinya.

Lagu ketiga akhirnya berkumandang, kali ini para pengunjung benar-benar 'dipaksa' untuk menari, berjingkrakan, serta berdendang. Idang mengajak penonton bertepuk tangan, memberikan tempo untuk sang pemetik bass yang asyik berdansa dengan contra bass-nya itu.
"Mudah-mudahan pertunjukan ini berkenan di hati kalian semua! Beri tepuk tangan untuk Java Jazz, Indonesia aman!" ucap Idang sambil memainkan lagu penutup penampilannya di sore hari itu.

Idang Tak Bisa Diam, Selalu Tersenyum

Terlepas dari rasa duka setelah ditinggal oleh dua orang penting dalam hidupnya, Idang terlihat atraktif di atas panggung.  Dia jalan ke sana dan kemari, menghampiri dan memperkenalkan seluruh anggota grup musiknya.

Tak lupa senyuman ia lontarkan, seakan ingin menutupi rasa sedih yang mendalam. (yul)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER