Perang Pahlawan Super Refleksikan Kondisi Dunia?

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Senin, 21 Mar 2016 10:00 WIB
Dua bulan ini, dua pasang pahlawan super berperang. Batman melawan Superman, Captain America melawan Iron Man. Apa kaitannya dengan dunia?
Iron Man akan berperang melawan Captain America di film terbaru Marvel. (REUTERS/Mario Anzuoni)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dunia pahlawan super seperti sedang bergejolak. Selama bertahun-tahun masing-masing dari mereka berjuang sendiri menghadapi kejahatan di Bumi maupun lain galaksi. Sesekali memang bersatu.

Namun tahun ini, dua pasang pahlawan super yang seharusnya satu visi soal menyelamatkan dunia, justru bertarung satu sama lain. Yang pertama, pasangan Batman dan Superman, pahlawan DC.

Dalam film yang akan tayang di dunia 25 Maret mendatang, kedua pahlawan super yang punya jubah ikonik itu harus saling menyerang. Pertarungan mereka disebut perang "Dewa" dan "manusia."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Batman v Superman: Dawn of Justice dilatarbelakangi perang Superman (Henry Cavill) dengan Jenderal Zod (Michael Shannon) dalam Man of Steel (2013). Superman menimbulkan kerusakan besar di Metropolis, kota Batman, kala itu.

Bruce Wayne (Ben Affleck) yang melihat gedung perusahaannya hancur dan ribuan warganya meninggal, geram dan menyalahkan Superman. "Penggemar akan selalu mempertanyakan, siapa yang akan menang?" Cavill melontarkan godaan.

Namun perang super bukan hanya milik mereka. Sekitar sebulan setelahnya, 6 Mei mendatang, dua pahlawan Marvel juga beradu kostum. Captain America (Chris Evans) melawan Iron Man (Robert Downey Jr.) dalam Captain America: Civil War.

Perang mereka mengejutkan, mengingat bagaimana keduanya satu tim--meski sering beradu mulut--dalam Avengers. Film-film mereka pun berjaya di box office. Apa jadinya jika mereka berperang?

Cerita pahlawan super yang saling berperang itu bukan tidak mungkin mencerminkan kondisi sosial yang sesungguhnya. Seperti ketika, mengutip Reuters, komik Superman pada 1938 sering dirasa sebagai jawaban bagi masyarakat Amerika yang membutuhkan pahlawan selama masa depresi itu.

"Teori" itu diamini pula oleh Jesse Eisenberg, yang dalam Batman v Superman memainkan Lex Luthor. Menurutnya, Batman v Superman, terutama karakternya, mungkin saja refleksi Amerika hari ini.

Luthor sendiri digambarkan Eisenberg sebagai sosok klasik yang ketakutan terhadap asing. Itu terlihat dari kengeriannya terhadap Superman yang merupakan makhluk dari planet asing. Ketakutan Luthor perlahan dirasukkan ke dalam ketakutan masyarakat.

"Saya pikir jika Anda melihat yang lebih buruk, diskursus politik yang terjadi di negara kita belakangan ini, Anda akan melihat lapisan itu," ujar Eisenberg membandingkan Luthor dengan Amerika. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER