LAPORAN DARI SINGAPURA

Seni Indonesia di Tengah Perhatian Dunia

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Jumat, 01 Apr 2016 08:57 WIB
Salah satu nama baru yang membuatnya terkesan adalah I Gusti Nyoman Lempad, pelukis yang berbasis di Pulau Dewata.
Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Affandi, Sudjojono, maupun Raden Saleh sebagai pelukis Indonesia sudah bergema di mana-mana. Eropa sekali pun mengakuinya. Namun ada beberapa nama seniman era modern yang baru mencuat.

Centre Pompidou, sebuah rumah seni asal Paris, Perancis menemukan nama-nama baru saat mengurasi "Reframing Modernism" bersama National Gallery of Singapore.

Itu merupakan pameran seni modern pertama yang mengolaborasikan artis-artis Eropa dan Asia Tenggara. Henri Matisse, Pablo Picasso, Marc Chagall, bersanding dengan Le Pho, Georgette Chen, Tang Chang, Affandi, dan lainnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terdapat lebih dari 200 karya 51 seniman Eropa dan Asia Tenggara yang dipamerkan dalam eksibisi "Reframing Modernism" di National Gallery of Singapore sejak Kamis (31/3) sampai 17 Juli mendatang.

Dr. Phoebe Scott, kurator National Gallery of Singapore dalam sambutannya pada media belum lama ini mengatakan, salah satu nama yang membuatnya terkesan adalah I Gusti Nyoman Lempad, pelukis yang berbasis di Pulau Dewata.

Terdapat delapan karya Lempad yang dipajang bersama dengan pelukis lain di Singtel Special Exhibition Gallery. Kebanyakan subjeknya mengeksplorasi kehidupan masyarakat Hindu di Bali.

"Dia juga mengeksplorasi bagian rahasia dari ketelanjangan perempuan. Itu baru bagi masyarakat Bali saat itu," kata Lisa Horikawa, kurator senior National Gallery of Singapore menerangkan Lempad.

Menurutnya, Lempad menyuguhkan diversitas dan kompleksitas era seni modern, terutama di Indonesia. Itu menimbulkan adanya dialog-dialog terbuka dan perkembangan sosiologi masyarakat yang ditransformasikan melalui seni.

Lisa menemukan keindahan lain lewat karya Emiria Sunassa. Ia satu-satunya pelukis perempuan dari Indonesia yang karyanya ikut dipamerkan dalam "Reframing Modernism." Empat pelukis Indonesia lainnya adalah laki-laki.

Ia banyak melukis dengan subjek perempuan. Salah satu lukisannya yang terkenal adalah Pengantin Dayak. Seperti beberapa pelukis kenamaan lainnya, Emiria pernah mengenyam pengalaman belajar seni di Eropa, saat dipinang oleh seorang duta besar negara di sana.

Kalau Lempad dan Emiria fokus pada keperempuanan, karakter berbeda ditunjukkan pelukis Indonesia lain di "Reframing Modernism." Affandi, Sudjojono, dan Ahmad Sadali.

Seperti sudah banyak diketahui, Affandi lebih menyuguhkan potret sosial lewat goresan-goresan catnya yang unik. Demikian pula Sudjojono. Salah satu lukisannya, Maka Lahirlah Angkatan '66 yang jelas menggambarkan kondisi sosial politik masa itu, disandingkan dengan karya Edouard Pignon, The Dead Worker.

Ahmad lebih menyuguhkan karakter simetris dalam lukisannya. Beberapa karyanya menjadi penutup di akhir perjalanan galeri "Reframing Modernism."

Melihat karya kelima pelukis Indonesia, Lisa mengakui dirinya tak bisa tak mengagumi bagaimana seni digarap di Negeri Khatulistiwa. "Saya harus mengakui bahwa Indonesia wujud terbaik dari seni modern dan kontemporer."

Ia melanjutkan, dunia seni di Indonesia bergejolak dengan sangat dinamis. "Sangat menarik untuk diamati. Bedanya dalam pameran ini, kalau biasanya memberi perhatian pada artis yang sudah punya nama, kami fokus pada praktik individu masing-masing artis dan melihat bagaimana mereka memberi platform global dan koneksi dengan artis lain di dunia."

(sil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER