Penulis Anonim dan Aura Misterius di Man Booker Prize

Rizky Sekar Afrisia | CNN Indonesia
Jumat, 15 Apr 2016 12:03 WIB
Jika penulis dengan nama pena Elena Ferrante memenangi Man Booker Prize, ia akan jadi penulis anonim pertama yang melakukannya.
Ilustrasi penulis (Unsplash/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penghargaan penulisan internasional Man Booker Prize tahun ini akan dimeriahkan aura yang agak misterius. Salah satu nominenya adalah seorang penulis anonim.

Penulis anonim asal Italia itu termasuk salah satu dari lima calon penerima Man Booker Prize dalam daftar pendek nomine yang baru diumumkan pekan ini.

Mengutip Reuters, penulis anonim itu akan diganjar penghargaan atas bukunya yang berjudul The Story of the Lost Child. Buku itu bercerita tentang persahabatan dan berlatar Italia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika buku itu mengalahkan nomine lain, sang pengarang akan menjadi penulis anonim pertama yang memenangi Man Booker Prize. Penulis anonim itu menggunakan nama pena Elena Ferrante untuk bukunya.

Ia telah mempublikasikan seri The Story of the Lost Child dan tiga buku lain. Identitas sesungguhnya dari penulis itu disebut-sebut sebagai salah satu penjaga rahasia dengan cara artistik terbaik sepanjang sejarah modern di Italia.

"Elena Ferrante dilahirkan di Naples. Hanya itu yang kami tahu tentang dia," demikian tertulis di situs web Booker Prize Foundation. Juru bicara ajang penghargaan itu menjamin belum ada penulis anonim yang menang sebelumnya.

The Story of the Lost Child merupakan buku ke-empat sekaligus terakhir dari seri yang ditulis Ferrante. Buku itu bersaing dengan pemenang Nobel yang berkebangsaan Turki, Orhan Pamuk.

Sebelum merilis buku pertamanya, Ferrante pernah menulis kutipan yang menggugah kepada penerbitnya. Melalui surat ia berkata, "Buku, sekali mereka ditulis, tidak butuh pengarangnya."

Buku-buku Ferrante ternyata laris manis. Neapolitan Novels, buku pertamanya yang dirilis di Italia pada 2011, penjualannya mencapai 1 juta kopi. Meski begitu, ia tak mau mengungkap identitas.

Spekulasi tentang identitasnya mencapai puncak pada Maret lalu, saat Marco Santagata mengungkapkan bahwa Ferrante sebenarnya seorang profesor yang tinggal di Pisa, seperti Elena dalam novelnya.

Namun profesor yang dimaksud, Marcella Marmo, menegaskan ia bukan penulis itu.

Ada juga yang berspekulasi bahwa Ferrante sebenarnya seorang laki-laki. Namun anggapan itu langsung dimentahkan karena mengingat kepekaannya terhadap tema-tema keperempuanan dan sering menyuguhkan hubungan ibu dan anak.

Hanya penerbit bukunya yang tahu identitas Ferrante. Namun meski ikut dinominasikan untuk hadiah senilai lebih dari US$70 ribu, penerjemahnya yang berbasis di New York, Ann Goldstein enggan menyampaikan kebenaran identitas.

"Saya terbiasa menerjemahkan karya penulis yang sudah meninggal, jadi saya terbiasa tidak berkontak dengan pengarang," kata Goldstein pada Reuters.

Ia melanjutkan, "Saya pikir mengagumkan betapa ia memutuskan tidak punya hubungan apa pun dengan buku-bukunya ketika ia menulis mereka." (rsa/vga)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER