Jakarta, CNN Indonesia -- Bila kebanyakan musisi bergonta-ganti gaya mengikuti tren, maka tidak demikian halnya Orkes Moral Pengantar Minum Racun (OM PMR). Sejak awal dibentuk pada 1977, penampilan mereka "klasik."
Jhonny Iskandar (vokal) masih setia dengan gaya
old school: rambut kribo gondrong dan kacamata tanpa lensa yang dilengkapi rantai. Gaya kawan-kawan segrup band-nya pun tak banyak berubah.
Adakah dengan gaya
old school OM PMR ditinggalkan penggemar? Tidak juga. Terlihat di akun Twitter-nya, pelantun
Judul-judulan dan
Bintangku Bintangmu ini masih aktif tampil di sana sini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baru-baru ini, OM PMR berkonser di Kemang, Jakarta, setelah sebelumnya menggegerkan Cirebon. Pekan depan, pada Rabu (18/5), mereka siap memanaskan CNNIndonesia.com Music at News Room.
Sebagaimana grup band lain, sepanjang kariernya di ranah musik, OM PMR pun mengalami pasang surut. Setelah sempat vakum sepuluh tahun, akhirnya mereka eksis lagi, bahkan lebih "menggila."
Selain perubahan nama Jhonny Iskandar menjadi Jhonny Madu Matikutu, jajaran personel lain pun tambal sulam. Kini didukung Boedi Padukone (gitar), Yuri Mahippal (mandolin dan cuk), Imma Maranaan (bass), Adjie Ceti Bahadur Sjah (perkusi), Harry Muka Kapphour (gendang).
Pada pengujung 2013, OM PMR merekam karya terbaru, masih bernuansa jenaka, jahil, dan menghibur. Selain membawakan lagu orisinal karya sendiri, juga menggubah karya musisi lain.
“Jadi waktu itu, ada satu bar namanya Borneo Beer House, itu lagi ada acara DJ-DJ-an,” ujar Abi, selaku salah satu manajer OM PMR, dalam serial
Belum Ada Judul.“Tiba-tiba,” kata Abi, “DJ terakhir itu
muterin lagunya PMR. Itu waktu diputar, yang tadinya capek joget, langsung joget. Wah, ini masih banyak yang nunggu, nih.”
Dari sanalah awal mula OM PMR bersatu dan eksis lagi. Jelang tampil di Borneo Beer House, mereka berkumpul di Cileungsi dan langsung menjajal lagi alat musik yang dulu mereka mainkan.
Penampilan tersebut terbilang perdana sejak akhir 1990-an. Tak disangka, OM PMR mendapat respon baik dari kalangan anak muda. Hal ini membuat mereka bersemangat untuk
come back.“Ternyata yang merespon itu pantaran anak-anak kami. Itu jadi motivasi kami, jadi semangat,” ujar Yuri. “Kalau kami pikir
jaman dulu, enggak ukuran
dengerin PMR nih, kan gitu ya,” tambah Adjie.
Setelah sukses tampil pada 2013, OM PMR akhirnya merilis
single terbaru berjudul
Topan (
Tato atau Panu), pada Mei 2014.
Single tersebut tak lain hasil gubahan dari lagu
Posesif milik Naif.
Selanjutnya, OM PMR menggarap mini album
Orkeslah Kalau Bergitar yang berisi empat karya. Satu lagu karya sendiri,
Time is Money (
Yang Penting Jadi Uang), sementara tiga lagu lain merupakan hasil gubahan.
Selain
Topan (
Tato atau Panu), juga ada gubahan lagu
Mengadili Persepsi dari grup band metal Seringai dan lagu
Cinta Melulu dari grup band Efek Rumah Kaca.
Pembuatan mini album tersebut sekaligus sebagai bukti bahwa grup musik yang sudah hampir 40 tahun berdiri ini, masih diminati oleh masyarakat Indonesia, bahkan kalangan muda.
Pada akhir September 2015 lalu, OM PMR mengguncang perkemahan Tanakita, Sukabumi, Jawa Barat, saat digelar Festival Musik RRRECFEST in the Valley. Mereka disambut luar biasa.
Alunan lagu jenaka dan aksi kocak OM PMR bisa disaksikan kembmali di CNNIndonesia.com Music at Newsroom pada Rabu (1/6) pukul 14.00-15.00 WIB, hanya di www.cnnindonesia.com!
(vga/vga)