Juri di Perancis Terpincut Cerita Kelam Yogyakarta

Muhammad Andika Putra | CNN Indonesia
Jumat, 27 Mei 2016 14:22 WIB
Prenjak, yang menampilkan realita kelam Yogyakarta tentang gadis penjual korek api, memikat juri Festival Film Cannes 2016.
Wregas Bhanuteja bersama aktor film pendek Prenjak dan tim produksi film, Studio Batu, saat menerima penghargaan Leica Cine Discovery Prize For Short Film dalam Cannes Film Festival 2016. (Dok. Pribadi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Film pendek Prenjak yang disutradarai oleh Wregas Bhanuteja berhasil masuk dalam Festival Film Cannes 2016. Tak sekadar diputar, film berdurasi 12 menit itu menjadi juara dalam kategori La Semaine de La Critique.

Pada 19 Mei lalu, Prenjak dianugerahi penghargaan The Leica Cine Discovery Prize. Itu terhitung sebagai kemenangan pertama bagi Indonesia. Tahun-tahun sebelumnya film Indonesia berhasil masuk kategori yang sama, tapi belum pulang membawa kemenangan.

Dalam La Semaine de La Critique, Prenjak harus bersaing dengan sembilan film pendek lain dari berbagai negara. Wregas dan tim Studio Batu mengaku tidak menyangka bisa mengalahkan film-film itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Film lain ada dari Brazil, Portugal, Yunani, dan Jerman. Dari segi gambar bagus banget, kamera yang digunakan pun kamera untuk film. Kami jiper pas nonton," kata Wregas di Jakarta, Jumat (26/5). Pagi tadi, alumnus IKJ itu baru pulang ke Indonesia.

Yang membuat Wregas kagum, film-film pesaingnya menggunakan bahasa yang sangat sinematik. Penggarapannya pun apik. "Ada yang bikin paus terdampar di pantai bukan dengan CGI," kata sutradara asal Yogyakarta itu kagum.

Sementara Prenjak, menggunakan bahasa Jawa dengan dialek kental, meski teks terjemahannya berbahasa Inggris.

Cerita Prenjak juga didasarkan pada kisah lokal. Tentang realitas Yogyakarta masa lalu, yang dikisahkan lewat seorang perempuan penjual korek api. Korek itu dijual Rp10 ribu per batang. Namun pembelinya bisa dapat "bonus" melihat anggota tubuh perempuan itu sampai api korek padam.

Wregas bercerita, justru cerita itulah yang membuat Prenjak menang. Salah satu juri dari Amerika yang menghampiri Wregas usai pemutaran film berkata, Prenjak memang sederhana namun dibalut alur yang sangat puitis. Juri itu merasa ada metafora yang tidak pernah ia bayangkan, dimunculkan dalam Prenjak.

"Mereka enggak menyangka ada kejadian seperti itu di Jawa dan sangat puitis. Dia menjelaskan, dia tertawa dengan juri lain saat menonton, karena candaannya natural. Tapi di akhir film mereka terharu. Saat itu mereka memutuskan bahwa Prenjak adalah pemenangnya," kata Wregas.

Film itu juga dipuji Badan Perfilman Indonesia. Bungkam, salah satu perwakilan BPI menilai Prenjak bisa menarik bangsa lain dari segi seni.

"Ya inilah seni, menampilkan salah satu budaya di Jawa yang pernah terjadi dan mengandung kritik sosial. Wregas berhasil menyampaikan dengan cara yang bagus," kata Bungkam.

Setelah berjaya di Cannes, Wregas mengatakan, Prenjak akan terus didaftarkan ke festival film internasional lain. Di Indonesia sendiri, Prenjak juga akan diputar di beberapa acara komunitas film.

Ditanya soal rencana komersialisasi, Wregas dan studio batu justru tak tertarik menayangkannya di bioskop.

"Rencana itu sejak awal memang tidak ada, ini sumbangsih untuk kebudayaan dan seni. Festival film kan juga untuk bertemu dengan sineas lain dan memberikan pandangan kami terhadap sesuatu," kata Wregas memaparkan. (rsa)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER