Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Beijing sudah berhenti mengklasifikan homoseksual sebagai penyakit mental sejak 2001. Namun di dalam kepala kebanyakan masyarakat China masih terpatri, kondisi normal adalah hubungan heteroseksual dan pernikahan lain jenis.
Suasana politik China yang membatasi hampir segala hal, membuat pola pikir sulit berubah. Protes dan aksi damai dihalangi. Kegiatan lembaga nonpemerintah dicurigai. Situs tentang hubungan homoseksual yang menjadi viral di dunia maya disensor pemerintah.
ShanghaiPRIDE Festival menjadi salah satu 'pesta' terbuka bagi kelompok LGBT (lesbian, gay, biseksual, dan transgender). Ratusan orang menghadiri upacara pembukaannya pada Senin (20/6) lalu. Sebuah bar kecil di Shanghai sampai penuh berdesakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun lalu kami punya enam ribu partisipan selama sepekan," kata Charlene Liu, salah satu penggagas organisasi nirlaba ShanghaiPRIDE.
Ajang itu sudah digelar sejak 2009. Selain memutar film-film, ajang itu juga mengusung diskusi panel, pesta, pameran, bahkan kompetisi olahraga lari untuk bersenang-senang. Tahun ini, akan ada 40 film yang diputar selama 10 hari ShanghaiPRIDE Festival.
Film-film itu fokus menceritakan transgender dan pengalaman nonbiner. Setengahnya film asing, dan setengahnya lagi film lokal China.
"[Sejauh ini] perkembangannya bagus. Kami tidak sebesar festival di luar negeri seperti Los Angeles, San Francisco, Sydney, dan London. Tapi dari situasi yang ada, saya pikir kami berkembang," ujar Liu memberikan komentar.
Setelah memutar video yang menampilkan pasangan-pasangan sesama jenis berbagi soal momen intim mereka, ShanghaiPRIDE Festival menayangkan film dokumenter Kaspar Wan. Ia sutradara dan aktivis transgender yang memutuskan operasi kelamin pada 2012.
Film itu berjudul
If I Had a Soul. Itu menceritakan pergolakan batin sang sutradara asal Hong Kong soal identitasnya. Ia ingin menyeimbangkan jiwa dan fisiknya, tapi itu penuh tekanan. Sang ibu tak bisa mengerti.
Untungnya, akhirnya ibunda Wan mau paham.
"Saya pernah berpikir jika dia memaksa [operasi], saya tidak akan mengakuinya lagi. Tapi kemudian saya berpikir dia sudah dewasa, benarkah saya tidak ingin mengakuinya? Benarkah saya ingin merusak hubungan [ibu-anak] karena ini?" sang ibu mengungkapkan, seperti direkam di video.
If I Had a Soul memenangi peringkat ke-dua dalam ajang tahunan itu. Memutar film di ShanghaiPRIDE Festival baru dilakukan dua tahun belakangan. Menurut Matthew Baren, panitia festival asal Inggris, "Film sangat penting bagi pergerakan LGBT di China."
Itu adalah cara paling efektif menjangkau massa. "Banyak film LGBT didominasi oleh Barat. Kami ingin mendukung cerita-cerita dari China, wajah-wajah China," Baren berkata.
Itu juga diakui Raymond Phang, kepala perencana ShanghaiPRIDE. Belakangan, tema LGBT memang menguat dalam dunia film. Salah satu yang disebutnya berhasil adalah Brokeback Mountain. Bedanya, film LGBT di China lebih mengedepankan soal keluarga.
"Karena keluarga penting dalam kultur Asia."
Tapi film-film bertema LGBT di China masih belum bisa menyentuh distribusi yang lebih luas. Sebab, pasar perfilman China masih di bawah kontrol pemerintah dan LGBT masih menjadi tema yang sangat sensitif.
"Sineas itu independen. Mereka bereksplorasi, bahkan di dalam diri mereka sendiri. Sekarang mereka mencoba mengeksplor tema transgender. Pendekatannya berbeda," Phang mengatakan.
(rsa)