Jakarta, CNN Indonesia -- Terbentuk sejak 2005, agaknya cukup bagi Soulvibe mencicipi asam garam industri musik Indonesia.
Diakui Bayu Adiputra Imran (vokal), Ramadhan Handyanto Jiwatama (bass), Mohamad Caesar Rizal (drum), banyak hal dialami grup band-nya sepanjang 11 tahun meniti karier musikal.
"Industri musik Indonesia sangat fluktuatif. Tren musik Indonesia enggak
ketebak,” kata Rama kepada CNNIndonesia.com. Saat Soulvibe merilis lagu-lagu bernuansa pop dengan bumbu R&B, jazz, funk, ternyata disukai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini, Bayu dkk sudah merilis
Soulvibe (2008),
Antartika (2010),
Gravitasi (2012), plus yang paling gres
Bersinar (2016). Album baru tersebut menjagokan lagu
Sandaran Keluh yang digadang bisa menandingi lagu
Biarlah dan
Antartika.
Namun kemudian arus berubah, tren musik Indonesia beralih. Menurut pandangan Rama, lagu-lagu yang menyelipkan irama Melayu mendadak laris, disusul berikutnya lagu-lagu yang dinyanyikan
boy band atau
girl band.Rama mengaku senang dengan keberagaman musik Indonesia. Terlebih kini di era digital, di mana para musisi leluasa memperkenalkan karya secara lebih luas via Soundcloud, YouTube dan lain-lain. Soulvibe harus beradaptasi dengan perkembangan industri musik.
Caesar menambahkan, kini stasiun televisi bukan satu-satunya media yang ampuh bagi musisi untuk berpromosi. Banyak pencinta musik lebih menikmati layanan musik
streaming, sebab bisa dilakukan di mana saja, tanpa harus 'mematung' di depan layar televisi.
Di sisi lain, perubahan industri musik Indonesia juga terjadi di antara musik
mainstream dan
sidestream. Dapat dikatakan satu dekade belakangan ini, musisi
sidestream lebih '
megang' atau lebih dilirik daripada musisi
mainstream.
"Satu sisi, setuju dengan pendapat itu. Tapi di sisi lain, takaran '
megang' itu seperti apa. Misalnya, Barasuara [
sidestream] dan Sheila On 7 [
mainstream], dua-duanya tetap
megang. Tapi sekarang musisi
sidestream jadi punya porsi lebih banyak,
off air mereka banyak dan
fanbase juga banyak.”
Rama menambahkan, tren ini membuat stasiun televisi tertarik mengundang musisi
sidestream untuk tampil di acaranya. Jika misalnya Barasuara dan Sheila on 7 sama-sama
megang atau dengan kata lain digemari, maka stasiun televisi mengundang kedua grup band karena ingin meraup penonton yang merupakan penggemar masing-masing.
"Ya, akhirnya sekarang
sidestream punya kesempatan [untuk unjuk gigi]," kata Rama. “
Sidestream dan
mainstream itu enggak bisa
dipisahin karena mereka beriringan dengan media konvensional.”
(vga/vga)