Soulvibe: Tren Musik Indonesia Sulit Ditebak

Andika Putra | CNN Indonesia
Rabu, 13 Jul 2016 15:17 WIB
Sempat berjaya kala lagu bernuansa pop dengan bumbu R&B, jazz, funk, berada di atas angin. Kini, Soulvibe mesti beradaptasi dengan perubahan tren musik.
Sempat berjaya kala lagu bernuansa pop dengan bumbu R&B, jazz, funk, berada di atas angin. Kini, Soulvibe mesti beradaptasi dengan perubahan tren musik. (Dok. Soulvibe)
Jakarta, CNN Indonesia -- Terbentuk sejak 2005, agaknya cukup bagi Soulvibe mencicipi asam garam industri musik Indonesia.

Diakui Bayu Adiputra Imran (vokal), Ramadhan Handyanto Jiwatama (bass), Mohamad Caesar Rizal (drum), banyak hal dialami grup band-nya sepanjang 11 tahun meniti karier musikal.

"Industri musik Indonesia sangat fluktuatif. Tren musik Indonesia enggak ketebak,” kata Rama kepada CNNIndonesia.com. Saat Soulvibe merilis lagu-lagu bernuansa pop dengan bumbu R&B, jazz, funk, ternyata disukai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejauh ini, Bayu dkk sudah merilis Soulvibe (2008), Antartika (2010), Gravitasi (2012), plus yang paling gres Bersinar (2016). Album baru tersebut menjagokan lagu Sandaran Keluh yang digadang bisa menandingi lagu Biarlah dan Antartika.

Namun kemudian arus berubah, tren musik Indonesia beralih. Menurut pandangan Rama, lagu-lagu yang menyelipkan irama Melayu mendadak laris, disusul berikutnya lagu-lagu yang dinyanyikan boy band atau girl band.

Rama mengaku senang dengan keberagaman musik Indonesia. Terlebih kini di era digital, di mana para musisi leluasa memperkenalkan karya secara lebih luas via Soundcloud, YouTube dan lain-lain. Soulvibe harus beradaptasi dengan perkembangan industri musik.

Caesar menambahkan, kini stasiun televisi bukan satu-satunya media yang ampuh bagi musisi untuk berpromosi. Banyak pencinta musik lebih menikmati layanan musik streaming, sebab bisa dilakukan di mana saja, tanpa harus 'mematung' di depan layar televisi.

Di sisi lain, perubahan industri musik Indonesia juga terjadi di antara musik mainstream dan sidestream. Dapat dikatakan satu dekade belakangan ini, musisi sidestream lebih 'megang' atau lebih dilirik daripada musisi mainstream.

"Satu sisi, setuju dengan pendapat itu. Tapi di sisi lain, takaran 'megang' itu seperti apa. Misalnya, Barasuara [sidestream] dan Sheila On 7 [mainstream], dua-duanya tetap megang. Tapi sekarang musisi sidestream jadi punya porsi lebih banyak, off air mereka banyak dan fanbase juga banyak.”

Rama menambahkan, tren ini membuat stasiun televisi tertarik mengundang musisi sidestream untuk tampil di acaranya. Jika misalnya Barasuara dan Sheila on 7 sama-sama megang atau dengan kata lain digemari, maka stasiun televisi mengundang kedua grup band karena ingin meraup penonton yang merupakan penggemar masing-masing.

"Ya, akhirnya sekarang sidestream punya kesempatan [untuk unjuk gigi]," kata Rama. “Sidestream dan mainstream itu enggak bisa dipisahin karena mereka beriringan dengan media konvensional.”

(vga/vga)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER