Jakarta, CNN Indonesia -- Menjadi korban ejekan dan bully dari teman-teman di sekolah ternyata tak membuat dunia Park Tae Jun kelam. Tak dimungkiri, dunia sekolahnya memang sempat tak bersahabat, namun kehidupan terus berputar dan berubah.
Taejun memutuskan untuk pindah sekolah dan 'mengubah dirinya.' Era kebangkitan diri untuk jadi lebih percaya diri dan mewarnai dunianya pun dimulai.
Hal tersebut yang kemudian membawa Tae Jun lebih membuka diri setelah menjadi penyendiri selama masa sekolahnya. Ia pun menjajaki karir sebagai pengusaha online shopping, model, bintang reality show. Kini dia lebih dikenal sebagai seorang webtonnist atau pembuat webtoon.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Corat-coret komik strip di belakang buku tulis di sekolah akhirnya berubah menjadi sebuah komik digital paling laris di Korea, Lookism. Dalam Lookism, Tae Jun menceritakan kembali pengalaman masa kecilnya yang tak menyenangkan.
"Dari kecil memang sudah suka menggambar, mulai dewasa coba model dan di tv, akhirnya kembali mencoba buat karya (komik) karena passionnya di sana," ucapnya.
Tae Jun yang ditemui saat acara 'POPCON Asia 2016', di Jakarta Convention Center, Senayan, Jumat (12/8) mengaku bahwa kisah dari komik berjudul paling populer 'Lookism' merupakan pengalaman pribadinya.
"Inspirasinya dari kehidupan saya sendiri, tentang orang yang dibully saat kecil dan ketika besar berubah karena bertemu banyak orang sehingga menjadi orang yang lebih terbuka," kata Tae Jun.
Lookism pun membuat dia makin populer. Bahkan sampai saat ini, dia menjadi seorang webtoonist nomor satu di Korea dan memiliki 600 ribu pengikut dari seluruh dunia.
Hanya saja, kepopuleran webtoonnya ini pada akhirnya membuat dia harus bekerja ekstra keras. Pria kelahiran September 1985 ini tak memungkiri kalau dia memang harus menggarap komiknya di sela-sela kesibukannya. "Setelah acara ini, saya akan kembali ke hotel dan mulai menggambar lagi. Saya menggambar setiap hari," kata pria yang suka menggambar sejak kecil ini.
Dalam proses kreatifnya, Tae Jun menggunakan teknik menggambar secara digital. Dengan sebuah pen tablet, semua ide cerita, penggambaran masing-masing karakter, dan pewarnaan semua dilakukan. Untuk proses penyelesaian komiknya, dia dibantu oleh dua orang asistennya.
Proses pengerjaan webtoon ini diakuinya tak bisa dilakukan dalam waktu yang cepat dan buru-buru. Sama seperti proses kreatif membuat komik cetak, setidaknya pembuatan webtoon membutuhkan waktu seminggu, termasuk proses penggambaran karakter sampai pewarnaan lengkap.
Untuk membuat komiknya, pria asli Korea Selatan ini lebih suka berada di lingkungan yang tenang, seperti di kamarnya. Semuanya dilakukan demi mendapat konsentrasi penuh dan hasil maksimal. Proses kreatif ceritanya pun diakui tak terlalu banyak kesulitan, terutama untuk inspirasi cerita.
"Dari kecil saya adalah orang yang penyendiri. Tapi ketika sudah besar, bertemu dengan banyak orang. Dan inspirasi pun datang dari orang-orang di sekitar saya," ucap pria yang sempat mengambil jurusan komik di Korea Selatan ini.
Kepopuleran Lookism di Korea dan Indonesia ini tak hanya berujung pada komik digital semata. Tae Jun mengaku bahwa meski sudah dikenal sebagai webtoonis dia masih ingin menciptakan komik versi cetak.
"Sudah jadi komik cetaknya, dan dalam waktu dekat akan mulai dijual di toko buku di Korea," katanya dalam bahasa Korea.
"Selain komik cetak, saya juga sudah kontrak dengan perusahaan film untuk pembuatan drama atau film Lookism. Saya sendiri nantinya yang akan memerankan si tokoh tersebut."
Tae Jun sendiri mengaku bahwa dia merasa sangat gembira karena bisa memperkenalkan karyanya sampai ke seluruh dunia. Meski demikian, menjadi webtoonis ini diakuinya hanya sebagai hobi yang menyenangkan.
"Di antara semua pekerjaan yang sudah pernah saya kerjakan, saya paling suka jadi pengusaha. Meskipun pengusaha itu berarti saya bisa berinteraksi dengan banyak orang dan menangani banyak orang. Tapi adalah pengusaha yang juga sangat suka komik," katanya sembari iringi tawa.
(chs)