Jakarta, CNN Indonesia -- Bila membicarakan masalah komik, sebagian besar akan terbayang komik-komik keluaran Jepang seperti Doraemon, Kapten Tsubasa, Naruto, dan sebagainya. Bila bukan Jepang, maka yang terbayang adalah komik buatan Amerika seperti Batman, Superman, Spider-Man, dan sejenisnya.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Tak banyak yang mengetahui bahwa Indonesia juga memiliki banyak koleksi komik yang khas, sebut saja Wiro Sableng dan Gundala Putra Petir yang melegenda, atau Juki dan Mice yang mewakili era kekinian.
Peluang dan potensi komik asli Indonesia ini coba digalang oleh para komikus-komikus muda dalam sebuah acara yang menghimpun bukan hanya komikus lokal, tetapi juga mengundang komikus se-Asia, yaitu Popcon Asia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Bedanya kami dengan ajang
con yang lain adalah kami menonjolkan yang lokal, kami mengundang yang dari luar negeri agar dapat saling berbagi pengetahuan guna dapat diterapkan di Indonesia," kata Faza Meonk, Promotional Director Popcon Asia 2015 ketika ditemui oleh
CNN Indonesia, beberapa waktu lalu.
Popcon Asia menjadi salah satu
con atau
convention yang mempertemukan para penikmat budaya pop berbasis visual mulai dari komik,
games, film, mainan, hingga
cosplay atau
costume play. Konvensi ini dimulai, sejak 2012, dan tahun ini adalah yang ke-empat kalinya diadakan.
Popcon Asia memang sekilas lebih identik dengan komik, hampir mirip dengan Comic Con di San Diego ataupun Jakarta yang akan diadakan beberapa waktu ke depan. Namun Popcon Asia berusaha fokus pada budaya pop cita rasa lokal, meskipun musik akan sedikit "terseret."
"Ajang ini sekaligus menjadi ajang promosi karya budaya pop Indonesia juga, dan tidak terbatas di komik semata," kata Faza. "Kami juga ingin fokus mengumpulkan yang ada di Asia agar dapat saling kolaborasi dan bekerja sama, terutama di ASEAN."
Kawasan Asia Tenggara menjadi fokus pertama untuk menghimpun para kreator visual pop dalam Popcon Asia 2015 kali ini. Kesamaan kultur menjadi modal pertama yang memungkinkan terjadinya pertukaran bisnis kreatif yang sedang berkembang ini.
Salah satu contoh terjadinya pertukaran karya kreatif pop ini adalah meledaknya animasi dan kartun
Upin Ipin buatan Malaysia di Indonesia. Meskipun menggunakan bahasa Melayu yang kadang memiliki perbedaan makna dengan bahasa Indonesia, namun sosio-kultur yang digambarkan juga ikut dirasakan oleh orang Indonesia.
Pencerdasan Karya IntelektualSelain menjadi ajang promosi dan menjalin kolaborasi antar kreator se-Asia, Popcon Asia juga bertekad untuk melaksanakan pencerdasan hak cipta atau Hak Kekayaan Intelektual (Haki) yang masih terhitung rendah di antara kreator Indonesia.
Sebuah karya intelektual berupa tokoh animasi ataupun komik dapat menjadi sumber pundi-pundi uang, juga menjalankan industri kreatif. Seperti di Jepang, contoh Doraemon yang semula berbentuk komik, lantas kemudian "beranak pinak" menjadi animasi, film, mainan, aksesori, dan sebagainya.
"Kami tidak ingin para kreator hanya asyik di komik saja, atau masing-masing jalan sendiri. Kami ingin menumbuhkan kesadaran, bahwa dari satu karya cipta dapat menjadi segala macam. Yang penting, pegang dan pahami soal hak ciptanya," kata Faza.
Guna mengurus sebuah karya cipta, sebenarnya untuk era sekarang sudah dapat dikatakan lebih mudah hanya dengan mendaftarkan diri pada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual. Namun hal itu diakui Faza tidaklah cukup.
Seorang pemegang hak cipta bukan hanya berhak atas royalti karya yang ia buat, namun pengembangan dari karya tersebut. Seorang kreator dituntut dapat menghadapi berbagai tantangan mengenai karya cipta, seperti pembajakan.
"Pencipta harus punya strategi dalam menjaga IP itu sendiri. Dan juga butuh edukasi ke masyarakat mengenai pembajakan juga, tetapi itu sudah dibahasi di Popcon tahun lalu, untuk saat ini kami akan membahas ke arah pengembangan IP," kata Faza. IP yang ia maksud tak lain
Intellectual Property atau Haki.
Popcon Asia 2015 sendiri akan dilangsungkan, pada 7-9 Agustus 2015, di Jakarta Convention Center. Popcon Asia akan mengundang ratusan kreator lokal Indonesia dan dunia untuk saling bertemu dan bertukar ide. Beberapa negara yang terlibat adalah Indonesia, Singapura, Australia, Jepang, Perancis, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, juga Filipina.
(end/vga)