Jakarta, CNN Indonesia -- Penyiar radio adalah batu tahapan paling dekat dengan profesi pengisi suara. Itu diakui langsung oleh para pelakunya, Fla 'Tofu' Priscilla dan Imam Darto.
Kini keduanya sudah jadi pengisi suara ternama. Suara mereka bisa didengar baik di iklan, promosi perusahaan, maupun film. Sebelum itu, belasan tahun mereka melakoni pekerjaan penyiar radio.
Ditemui di rumahnya beberapa waktu lalu Darto mengatakan, penyiar radio berpeluang besar jadi pengisi suara karena selama menjalani profesi itu karakter suara akan terbentuk dengan sendirinya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, radio memang sering menjadi ladang berburu para klien yang mencari pengisi suara.
"Studio yang fokus dalam dunia sulih suara itu banyak mencari pengisi suara ke radio-radio. Mereka akan ambil sampel suara, ketika dapat suara yang bagus menurut mereka," kata Darto saat ditemui CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Suara sampel itu tidak hanya diambil sendiri. Itu dibagikan pula ke beberapa studio lain. Peluang penyiar radio menjadi pengisi suara pun semakin besar. Apalagi, kata Fla, ruang lingkup sulih suara di Indonesia masih kecil. Orangnya itu-itu saja.
"Sampel suara itu tersebar dan networking berjalan sendirinya. Orang-orang dalam dunia sulih suara Indonesia juga dia-dia lagi. Kalau udah masuk dunia itu, bisa mendapatkan uang," kata Darto.
Tak jauh berbeda dengan Darto, Fla juga mengalami hal yang sama. Sebelum menjadi pengisi suara, wanita 39 tahun itu menjadi vokalis selama delapan tahun dan penyiar radio 17 tahun.
"Secara tidak langsung menyanyi dan siaran itu melatih suara saya. Menyanyi dan siaran menggunakan suara perut dari diafragma. Begitu juga kalau mengisi suara," kata Fla saat ditemui CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Mereka sepakat peluang bisnis dalam dunia sulih suara di Indonesia masih terbuka lebar. Pasalnya, banyak orang Indonesia yang belum tahu profesi pengisi suara cukup menjanjikan. Darto sendiri senang bisa dapat uang dengan cepat dan mudah.
"Saya pernah dapat uang menjadi pengisi suara orang sakit perut. Cuma mengeluarkan suara orang sakit perut, dapat uang," kata Darto sambil tertawa.
Asuransi suaraDengan kenyataan itu, tak salah jika penyiar radio dan penyulih suara menganggap suara sebagai aset. Tapi Darto tidak berniat mengasuransikan suara selayaknya itu aset berharga, seperti yang dilakukan selebriti-selebriti di luar negeri.
"Seandainya saya asuransi lalu, suara saya hilang, pas saya klaim belum tentu diterima. Klaim mobil yang asuransi saja sering ditolak," kata Darto sambil tertawa. Apalagi, ia menambahkan, pekerjaan sulih suara sendiri belum diapresiasi.
Meski itu cukup menjanjikan, jika membandingkan Indonesia dengan luar negeri, ada jarak yang jauh. Pekerjaan itu masih dipandang sebelah mata. Banyak yang menyangka itu tidak bisa menghidupi pelakunya. Penyulih suara juga dianggap mudah.
(rsa/rsa)