Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari satu dekade silam, sebelum munculnya grup boyband seperti One Direction, nama Backstreet Boys telah lebih dulu besar. Pada 1999, grup yang digawangi Nick Carter, Kevin Richardson, A. J. McLean, Brian Littrell, dan Howie Dorough itu mampu menjual albumnya hingga hampir 9,5 juta kopi.
Bahkan, album mereka yang berjudul
Millenium dinobatkan sebagai album terlaris di Amerika dan terbaik pada tahunnya. Salah satu lagu populer mereka berjudul
I Want It That Way, yang pada masanya sempat dipertanyakan makna di baliknya.
Disebut-sebut, lagu itu tidak masuk akal. Paduan antara lirik pada bait pertama ke bait lainnya saling bertentangan. Temanya tidak jelas—apakah soal cinta, perpisahan, atau emosi. Seorang penulis
The New Yorker Jon Seabrook bahkan memasukkan lagu itu dalam buku
The Song Machine sebagai lagu berlirik aneh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai saat ini, saat lagu itu masih diingat meski sudah lama berlalu, diketahui itu hanya disebabkan sang penulis yang tak memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik. Lagu itu merupakan karya seorang Swedia bernama Max Martin. Ia sendiri tak menyadari bahwa meski populer, karyanya itu masih penuh dengan teka-teki.
Mengutip
Huffington Post, baru-baru ini personel Backstreet Boys akhirnya buka suara soal kontroversi yang timbul karena lagu mereka. "Ya, itu lucu, kami sesungguhnya baik-baik saja saat mendengar lirik itu pertama kali," kata Carter mewakili.
Tapi ia tak memungkiri, saat mendengar itu bos JIVE Records yang menaungi album mereka berkata ada beberapa orang yang ingin mengubah lirik lagunya. "Untuk membuat lagunya lebih masuk akal," tambah Richardson menimpali.
Menurut Carter, mereka akhirnya menyewa sejumlah produser untuk menulis ulang lagu tersebut. Tapi nasibnya berbeda. "Jadi, ada versi lain dari lagu ini di luar sana. Tapi sebagai grup, kami telah memilih untuk tidak menyetujuinya,” ujarnya. Alhasil, lirik lama dari sang penulis asli yang aneh itulah yang dipertahankan.
Keputusan mereka memilih versi aslinya itu, diakui Richardson, merupakan pilihan tepat. Berkat itu nama mereka pun turut melambung. "Saya tidak berpikir itu akan berakhir seperti itu, bahwa kami memilih sesuatu yang tepat. Saya kira Anda bisa mengatakan, ini jadi salah satu yang masuk akal," giliran McLean yang menimpali.
Grup itu tidak bisa menjelaskan secara logika mengapa mereka memilih versi aslinya. Menurut mereka itu berkaitan dengan hal di luar batas. “Rasanya tidak baik [mempertahankan lirik yang kontroversi], tapi terkadang Anda harus memilih apa yang terasa benar menurut Anda," kata Richardson menjelaskan.
"Saya berbicara dengan penggemar bahwa lagu itu masuk akal buat mereka, dan semua orang punya penafsiran lirik yang berbeda bahkan setiap lagu telah mengubah cara orang yang berbeda juga,” tutur Richardson mengakhiri.
(rsa)