Ketika Karya Shakespeare Dituangkan dalam Tarian

Resty Armenia | CNN Indonesia
Rabu, 26 Okt 2016 09:00 WIB
Koreografer Inggris, James Cousins menginterpretasi karya Shakespeare As You Like It, ke dalam tari kontemporer yang diberi judul Rosalind.
Menjadi bagian dari peringatan 400 tahun wafatnya William Shakespeare, koreografer Inggris, James Cousins menginterpretasi As You Like It, ke dalam tari kontemporer yang diberi judul Rosalind.(Foto: REUTERS/Dylan Martinez)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai koreografer tari, James Cousins selalu ingin menyampaikan kisah yang berbeda. Narasi dari karya William Shakespeare menarik perhatiannya, dan salah satu kisah yang ia tuju kemudian ada di dalam cerita As You Like It.

Karakter Rosalind, wanita tangguh dan cerdas dalam kisah itu, kemudian ia tuangkan ke dalam gerak tari kontemporer.

Dikisahkan, Rosalind jatuh hati pada Orlando. Situasi yang tidak aman membuatnya melarikan diri ke Forest of Arden. Dengan latar kota modern, Rosalind yang penuh rasa ingin tahu dan berani, memulai perjalanan untuk menemukan jati dirinya yang dilandasi rasa cinta dan penindasan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam beberapa tahun terakhir, saya menemukan bahwa dalam karya-karya tari yang saya buat, saya kerap mengimajinasikan ulang narasi yang telah ada, dan karya Shakespeare salah satunya,” ujar koreografer asal Inggris ini saat ditemui di sela-sela pertunjukannya di Jakarta, pada Selasa (25/10).

Sebagai penari, Cousins pernah tampil dalam film Anna Karenina (2012) yang dibintangi Keira Knightley dan dikoreografi Sidi Larbi Cherkaou. Ia juga pernah tampil dalam pertunjukan Swan Lake yang dibuat Matthew Bourne, untuk tur internasional dan tampil di New York City centre.

Menyerap Shakespeare

Untuk produksi yang beranjak dari karya Shakespeare ini, Cousins mengaku tidak berusaha menceritakan kembali suatu kisah yang ditulis Shakespeare melalui tarian.

Karena, bagaimanapun, kata dia, tarian tidak akan bisa melakukannya (penyampaian cerita) dengan lebih baik dari Shakespeare.

“Namun, tarian bisa menceritakan kisah lain. Ketika kata-kata gagal berfungsi, maka bahasa tubuh kita terus berbicara,” ujarnya menambahkan.

Dalam pementasan Rosalind, Cousins lalu menempatkan tubuh sebagai media penyampai pesan atau komunikasi yang menggiring penonton untuk masuk ke jantung cerita.

Karya As You Like It, kata dia, memiliki banyak lapisan cerita yang menarik. Salah satu lapisan itu mengangkat soal identitas dan penemuan jati diri seseorang.

"Karya ini mengeksplorasi dan menantang stereotipe gender yang tertanam di masyarakat, dan ketidaksetaraan yang telah mengatur hidup kita sejak zaman Shakespeare, dan masih terus begitu sampai sekarang,” ujarnya.

Tema yang beratus tahun ditulis itu ternyata masih sangat relevan dalam kondisi kekinian.

“Isu kesetaraan gender dan transgender menjadi isu yang mendapat perhatian cukup besar, di berbagai negara, tidak hanya Inggris, Korea Selatan tapi juga Indonesia.”

Empat penari

Pementasan Rosalind pertama kali dipentaskan di Daehakro Arts Theatre, Seoul pekan lalu. Di dalamnya, Cousins melibatkan tiga penari asal Korea Selatan dan satu penari dari Inggris.

Selama satu jam pertunjukan, para penari banyak melakukan adegan cross-dressing dan pergantian gender.

"Kami hanya ingin menampilkan citra-citra yang berbeda tentang gender atau kesetaraan,” ujarnya.

Di dalam pementasan, penonton akan mendapati dua sisi manusia yang berkelindan satu sama lain. Rosalind pria dan juga Rosalind wanita, kota dan hutan, maskulin dan feminin.

“Kami berharap karya ini bisa membawa kalian untuk melihat cerita dari dua sisi," katanya menegaskan.

Merayakan Shakespeare

Upaya Cousins menginterpretasi karya Shakespeare menjadi bagian dari perayaan akan penulis masyhur tersebut yang tahun ini, tepat 400 tahun ia tiada.

Aksinya itu juga menjadi bagian dari rangkaian acara UK/ID Festival 2016 yang diusung British Council, dalam menghidupkan kembali karya-karya Shakespeare dengan proyek kampanye 'Shakespeare Lives in 2016'.

Menurut Direktur Seni dan Kreatif British Council Indonesia, Adam Pushkin, karya-karya Shakespeare terbukti masih relevan dalam kebudayaan dan kehidupan abad 21.

"Shakespeare mungkin telah meninggal, tapi dia masih 'hidup'," katanya.

Untuk pementasan Rosalind di Jakarta, British Council bekerja sama dengan Ballet.id. Pementasan berlangsung di Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jakarta, pada Selasa (25/10).

Selanjutnya, pementasan akan dijadwalkan tampil di Institut Seni Indonesia di Solo, Jawa Tengah (29/10), dan Via San Vitale 69, Bologne Italia (2-3 November). (rah)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER