Jakarta, CNN Indonesia -- Menjelang akhir tahun, Walt Disney Studios mengeluarkan sajian penutup berupa film animasi tentang seorang puteri pemberani bernama Moana.
Film ini melengkapi deretan kisah perjuangan hidup para puteri yang kerap diusung Disney seperti Cinderella, Belle, Jasmine, Elsa, Rapunzel, Pocahontas, Tiana, juga Merida (Brave).
Moana dikisahkan sebagai seorang anak kepala suku Motunui, di Kepulauan Pasifik. Gadis berusia 16 tahun itu digariskan untuk melanjutkan tahta sang ayah, oleh karenanya sejak kecil dirinya dibesarkan untuk menjadi seorang pemimpin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai anak, Moana pun mencoba untuk menuruti permintaan orangtuanya. Tapi, di saat bersamaan dirinya merasakan satu kegundahan. Meski tumbuh besar di kepulauan dan dikelilingi alam yang begitu luas, orangtuanya melarang untuk mendekati laut. Bahkan, sekadar bermain di pantai pun tak dibolehkan. Alasannya, laut dianggap berbahaya bagi suku Motunui.
Tidak hanya dia, nelayan di sana pun dibatasi untuk menjaring ikan hanya di laguna saja, laut yang terbilang dangkal dan tenang. Meski demikian, suara hati Moana terus berkata lain, baginya laut begitu ramah untuknya dan tak perlu takut mengarunginya.
Sampai tiba masanya, sumber kehidupan di pulau mengalami masalah. Ikan sudah tak terjaring, pohon kelapa pun banyak yang mati. Sebagai pemimpin, Moana pun mengambil keputusan agar para nelayan untuk menjaring lebih jauh ke tengah laut, melewati batu karang yang disinyalir ikan lebih banyak hidup di sana.
Namun, keinginannya itu tak disetujui ayahnya. Moana bingung dan mencari jalan keluar. Nenek yang tahu keinginan besar Moana lalu memberikan dukungan. Moana lalu memutuskan untuk nekat mencoba sendiri dan membuktikan bahaya seperti apa yang ayahnya takutkan.
Diam-diam Moana berlayar dengan membawa babi peliharaannya bernama Pua. Tapi, di tengah perjalanan ia diterjang badai yang membuat perahunya terbalik. Moana pun memutuskan kembali lagi.
Dia kemudian percaya bahwa apa yang dikatakannya ayahnya benar. Melihat Moana mulai patah semangat, sang nenek pun coba membangkitkannya kembali. Nenek Moana tahu, kalau cucunya punya semangat yang besar dan dipilih oleh semesta untuk mengubah kondisi kehidupan di sana.
Dalam petualangan selanjutnya Moana bertemu dengan Maui (Dwayne Johnson), manusia setengah dewa yang tangguh dan tanpa sengaja ditarik oleh kekuatan laut. Bersama Maui, ia berlayar dan mengalami berbagai macam hal menantang, seperti berhadapan dengan monster besar dan petualangan mengalahkan diri mereka sendiri.
Pencarian jati diri Moana (diisi suara Auli'i Cravalho) mengusung kisah puteri pemberani yang ingin keluar dari zona nyaman di pulaunya, untuk mengarungi perjalanan yang menegangkan dan sekaligus menyelamatkan kaumnya.
Di antara kisah para puteri yang kerap dibuat Disney, di mana mereka bertemu kekasih atau belahan jiwa sebagai penolong mereka, kali ini Disney berinovasi. Dari tangan sutradara Ron Clements dan John Musker (The Little Mermaid, Aladdin, The Princess & the Frog), Moana hadir sebagai sosok yang berusaha menentukan takdirnya sendiri, mengambil langkah tanpa berharap ada sosok pangeran datang membantunya.
Sebagai gantinya, Moana malah dihadapkan dengan manusia setengah dewa yang menyebalkan dan berseberangan dengan pemahamannya. Itu yang kemudian menjadi konflik cerita tersendiri dan berbeda dari kisah Disney lainnya.
Meski demikian, Moana juga tak digambarkan sepenuhnya egois melakukan semua atas keyakinannya sendiri sebagai perempuan mandiri. Dia tetap memikirkan baik-buruknya, mempertimbangkan segala kemungkinan, dengan menerima masukan dari orang-orang yang ada disekitarnya.
Moana mengusung banyak muatan pesan moral. Di antaranya, keteguhan hati akan apa yang diyakini, dan bagaimana semesta turut mendukung.
Film yang ditulis naskahnya oleh John Musker, Ron Clements, Taika Waititi dan Jared Bush ini menyuguhkan cerita petualangan penuh keseruan dengan sedikit drama dari perjalanan Moana. Beberapa di antaranya mengundang tawa, seperti kekonyolan ayam peliharaannya Heihei yang ikut terbawa, pertemuannya dengan karakter Mau'i sang manusia setengah dewa, menghadapi monster jahat, hingga pertarungan batin Moana sendiri.
Kepercayaan tradisi akan mitos pun dituangkan begitu kuat, bahkan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Terlebih bagi Indonesia, yang secara geografis jaraknya tak jauh dari tempat cerita Moana berasal, yakni Polinesia. Indonesia dan Polinesia punya satu kesamaan cerita yang mengusung paham, "Nenek Moyangku Seorang Pelaut!"
 Film animasi Moana menghadirkan sosok idola baru yang cerdas, juga pemberani. (Foto: CNNIndonesia) |
Lagu pengiringSelain cerita, lagu-lagu pengiringnya yang dipadukan dengan bahasa Polinesia menjadi hal menarik tersendiri. Seperti halnya, lagu-lagu pengiring film Disney dengan ciri khas tersendiri, yakni mengusung arti serta emosi yang begitu melekat juga kuat.
Seperti lagu pengiring utamanya,
How Far I'll Go yang dibawakan pengisi suara karakter Moana sendiri, dan dibawakan kembali oleh penyanyi Alessia Cara. Bahkan lagu itu diterjemahkan ke beberapa bahasa di berbagai negara termasuk Indonesia dan dinyanyikan kembali oleh Maudy Ayunda dengan judul "Seb'rapa Jauh Ku Melangkah".
Lagu itu menjadi refleksi atas keyakinan Moana untuk melangkah, mendorong setiap orang yakin atas apa yang menjadi 'panggilan' hatinya.
Selain cerita dan lagu, suguhan visual dari film yang digarap selama lima tahun itu pun memang tak perlu diragukan lagi. Tak hanya dimanjakan oleh keindahan alam kepulauan, laguna yang berwarna hijau toska, laut, ikan pari yang bercahaya, sekalipun permainan rambut Moana panjang bergelombang yang memesona.
Secara keseluruhan, film ini membawa Disney pada sebuah inovasi yang menyegarkan dari kisah perjuangan puteri Moana sebagai pemberani penakluk laut, dan menolak terikat dengan apa yang digariskan oleh tradisinya.
Osnat Shurer sebagai produser film ini melengkapinya dengan lagu pengiring dari Lin-Manuel Miranda, Mark Mancina dan Opetaia Foa'i.
Dirilis di bioskop pada 25 November 2016, Moana menjadi warna baru setelah film animasi Brave.
(rah)