Si Pemalu di Balik Lagu 'Kasih Ibu'
Kamis, 22 Des 2016 14:02 WIB
Jakarta, CNN Indonesia -- Kasih ibu kepada betaTak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi, tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia
Lagu itu hanya sepotong dan sederhana. Dinyanyikan pun tak setiap masa. Paling sering didengar saat perayaan Hari Ibu yang jatuh setiap tanggal 22 Desember. Namun ia begitu membekas dan memiliki makna dalam tentang besarnya pemberian dan kasih sayang seorang ibu.
Haru, bulu kuduk merinding, terasa setiap mendengar atau mendendangkan lagu itu. Air mata pun terasa ingin jatuh karena mengingat pengorbanan seorang ibu di dalam hidup.
Namun Mochtar berhati lembut. Pria kelahiran 5 Januari 1934 itu sudah menunjukkan bakat bermusik sejak kecil, dan akhirnya tumbuh menjadi seorang pencipta lagu anak.
Ia bahkan mendapat beberapa kesempatan beasiswa di sekolah musik di Jepang semasa kuliah. Namun, entah kenapa tawaran itu justru ia tolak. Mochtar lebih memilih mengenalkan karya-karyanya di Indonesia. Tapi, ia sangat pemalu. Saat mulai dikenal sebagai pencipta lagu, Mochtar kembali bersembunyi. Ia tak suka diekspos soal keahliannya menciptakan lagu.
Walau sempat menolak mengambil sekolah musik di Jepang, Mochtar tetap berkesempatan menorehkan prestasi. Kala ada festival lagu pop internasional di Jepang pada 1971, lagu ciptaan Mochtar yang berjudul With the Deepest Love from Jakarta memperoleh penghargaan.
Uniknya, saat itu para peserta festival tidak tahu bahwa penciptanya ada di tengah mereka. Di festival itu diam-diam Mochtar pun tampil sebagai dirigen orkestra yang mengiringi lagunya. Mochtar pun jadi orang Indonesia pertama yang pernah menjadi dirigen di Tokyo.
Sayangnya, selang dua tahun mendapat penghargaan itu, Mochtar meninggal dunia karena penyakit liver dan kanker hati, di Bandung pada 20 Juli 1973, dalam usia 39 tahun.
Selain dikenal sebagai pencipta lagu anak, Mochtar juga salah satu komponis seriosa yang tembang karyanya bersifat puitis. Ia dapat mengolah dan memadukan harmoni musik dengan musikalisasi karya puisi.
Mochtar sudah menggubah sajak-sajak dari tokoh-tokoh sastra Indonesia seperti WS Rendra, Chairil Anwar dan Usmar Ismail menjadi komposisi musik dan lagu.
Semasa hidupnya, Mochtar telah menciptakan lebih dari 100 lagu. Beberapa lagu miliknya telah menjadi bagian abadi dalam sejarah musik Indonesia, seperti Di Wajahmu Kulihat Bulan, Di Sudut Bibirmu, dan Tiada Bulan di Wajah Rawan.
Kontribusi musik Mochtar juga mencapai kancah politik, dengan menciptakan lagu Mars Pemilu yang digunakan sebagai mars Pemilihan Umum di Indonesia. Mochtar pun turut menciptakan Lagu KB untuk membantu menyukseskan gerakan Keluarga Berencana yang dimulai pada 1970-an.
Lagu tersebut menjadi sangat populer dan akhirnya menjadi lagu wajib anak-anak sekolah mulai dari Sekolah Dasar. Kala masih bersekolah di SMA Yayasan Perguruan Cikini, Mochtar juga sempat menjadi guru musik dari Guruh Soekarnoputra.
Jauh sebelum wafat, Mochtar sempat menyelesaikan Kumpulan Lagu Populer I, sebuah buku yang memuat 27 lagu rakyat Indonesia dan sembilan lagu barat.
"Dengan buku ini saya bermaksud mengetengahkan kepada dunia luas bahwa Indonesia juga memiliki lagu-lagu rakyat yang cukup berbobot," kata Mochtar kala itu. (rsa)
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
Ending One Piece Bisa Jadi Akhir yang Menyedihkan untuk Luffy
Hiburan • 5 jam yang laluSinopsis Red 2, Bioskop Trans TV 2 Agustus 2025
Hiburan • 3 jam yang laluSiasat Penulis Panggil Aku Ayah Kala Adaptasi Pawn ke Indonesia
Hiburan • 1 jam yang laluVIDEO: Cerita Memed Bisa Disebut Thomas Alva Edi Sound Horeg
Hiburan • 9 jam yang laluBendera Jolly Roger One Piece Maknanya Apa?
Hiburan • 12 jam yang laluLAINNYA DARI DETIKNETWORK