Jakarta, CNN Indonesia -- Membeli lagu atau album karya idola agar bisa merajai tangga lagu merupakan bentuk dukungan para penggemar di Korea Selatan. Tak hanya membeli album dan mendownload di situs resmi, melakukan pengambilan suara atau voting di program musik juga menjadi agenda rutin mereka.
Namun, melansir Sports Chosun via
Naver, baru-baru ini muncul pengumuman perubahan pengambilan suara yang dilakukan berbagai situs musik. Hal itu tak ayal membuat para netizen, yang sebagian besar adalah penggemar para idola, geram.
Diketahui, beberapa situs musik terkenal seperti MelOn, Genie, Bugs, dan Naver mengumumkan perubahan grafik real time perhitungan suara hanya dilakukan pada pukul 12.00 hingga 18.00 waktu setempat. Keputusan itu dinilai merugikan, mengingat banyak musisi merilis lagu mereka pada tengah malam. Selain itu, perubahan sistem tersebut akan membuat jumlah streaming yang dilakukan di luar jam baru tidak akan dihitung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara, salah satu pihak situs musik menjelaskan alasan melakukan perubahan ini. Menurutnya, banyak teguran yang disampaikan oleh Kementerian Kebudayaan Korea Selatan tentang rilis lagu pada tengah malam. Perubahan sistem ini juga dilakukan dalam rangka mempromosikan peringkat lagu yang stabil dan mencegah terjadinya 'sajaegi'.
"Tahun lalu kami menerima banyak peringatan dari Kementerian Kebudayaan tentang musik yang dirilis pada tengah malam. Melalui Asosiasi Industri Konten Musik Korea, kami [situs musik] sampai pada keputusan untuk melakukan perubahan ini," ujar perwakilan pihak MelOn, dikutip dari Herald Pop via
Naver pada Rabu (15/2).
'Sajaegi' merupakan kecurangan yang kerap terjadi di industri musik Korea Selatan, dimana para agensi akan memborong lagu atau album musisi mereka sendiri dalam jumlah sangat besar demi mendongkrak posisi di tangga lagu.
Lebih lanjut, setelah pengumuman perubahan sistem, tagar #MusicChart_ReformProtest dalam bahasa Korea menjadi viral di kalangan penggemar di Negeri Ginseng. Mereka menentang perubahan tersebut, karena menganggap tidak ada yang salah dengan melakukan streaming tengah malam.
Beberapa orang yang bekerja dalam industri itu juga meragukan efektivitas sistem tersebut. Menurut mereka, perubahan itu tidak akan mencegah terjadinya sajaegi. Sedangkan sebagian lainnya berpendapat bahwa meskipun menyingkirkan jumlah streaming malam hari, grup musisi yang memiliki banyak penggemar fanatik tetap akan merajai tangga lagu dengan
comeback mereka.
"Jika mereka ingin menciptakan tangga lagu yang adil, mereka pertama-tama harus menyusun kriteria peringkat yang transparan. Mereka lebih baik menghilangkan segala peringkat real-time dan menyisakan hanya peringkat harian dan mingguan, atau sebuah peringkat keseluruhan," ujar seorang sumber dari industri musik saat ditanya soal alternatif.
Disisi lain, protes yang dilakukan juga dikaitkan dengan status para penggemar yang kebanyakan merupakan pelajar. Sistem pendidikan Korea Selatan, yang membuat para siswa belajar seharian di sekolah, seringkali menyebabkan pelajar sekaligus penggemar khawatir tidak dapat menonton video musik idola mereka pada jam baru tersebut.
Adapun waktu streaming di tengah malam dianggap biasa, karena rata-rata para pelajar di Korea Selatan menyelesaikan tugas dan semua kegiatan mereka hingga larut malam.