Jakarta, CNN Indonesia -- Malaysia akhirnya bisa menonton
Beauty and the Beast, meski terlambat. Walt Disney Malaysia baru mengumumkan bahwa film itu akan bisa ditonton pada 30 Maret mendatang.
Menariknya, tak ada pemotongan untuk 4,5 menit adegan gay yang sempat jadi kontroversi.
“Dengan senang hati kami mengumumkan bahwa
Beauty and the Beast Disney kini telah disetujui untuk dirilis di Malaysia tanpa pemotongan, dengan rating PG13. Silakan nikmati ketika film dibuka di bioskop-bioskop Malaysia pada 30 Maret 2017,” Disney menyatakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan rating PG13, artinya ada konten yang tidak pantas disaksikan anak di bawah usia 13 tahun. Dengan demikian, artinya mereka yang berusia itu harus didampingi orang tua.
Mengutip New Straits Times Malaysia, bioskop-bioskop di sana juga sudah mulai mengumumkan bahwa mereka akan memutar
Beauty and the Beast. Golden Screen Cinemas (SGC) misalnya, mengumumkan melalui media sosial, yang kemudian dikonfirmasi humasnya, Samantha Tan.
“Kami baru mendapat lampu hijau dari distributor lokal (The Walt Disney Co [Malaysia] Sdn Bhd) [bahwa Beauty and the Beast boleh tayang di bioskop],” kata Samantha menegaskan.
SGC termasuk bioskop yang belum mau menurunkan poster Beauty and the Beast meski Disney sudah memutuskan menarik film itu setelah Malaysian Censorship Board (LPF) akan memotong 4,5 adegan gay di dalamnya. Sehari setelah Disney menarik film, SGC masih memajangnya.
Itu disampaikan oleh warga Malaysia yang diwawancara
CNNIndonesia.com, Kuganaa dan Dennis Chan. “Saya melihat beberapa poster masih dipajang di GSC, salah satu jaringan bioskop terbesar. Mungkin mereka berharap seseorang akan berubah pikiran!” tulis Dennis di surel.
Malaysia memang akhirnya berubah pikiran. Mereka mengakomodasi harapan warga seperti Kuganaa dan Dennis, yang mengaku sudah menunggu lama film live-action Beauty and the Beast itu. Keduanya tumbuh dengan animasinya. Mereka ingin tahu bagaimana live-actionnya kini.
Tapi berbeda dengan Kuganaa yang tidak masalah menonton
Beauty and the Beast versi sensor, Dennis memilih mendukung sikap Disney. Lebih baik tidak menonton sama sekali sekalian.
“Menegakkan prinsip moral dalam masalah ini penting dan tidak bisa dinegosiasikan. Jika kita membolehkan versi sensornya, artinya kita sebagai masyarakat mendukung ide yang tidak berperikemanusiaan, menghukum hak basis orang untuk memilih pasangan hidup mereka. Jika Disney bersedia melewatkan keuntungan jutaan dolar untuk berdiri tegak dalam masalah ini, kita pun [harus melakukannya],” tutur Dennis tegas, saat diwawancara beberapa waktu lalu.
Dennis paham, homoseksual memang ada dalam aturan Malaysia. Hukumannya bisa 20 tahun penjara. Namun masyarakat urban di Malaysia sebenarnya sudah lebih terbuka akan itu.
Sementara Kuganaa berpendapat, sensor itu sendiri sudah bermasalah. Orang seharusnya dibiarkan menjalani pilihannya sendiri. Apalagi ketika itu tiba kepada memilih pasangan.
“Orientasi seksual adalah masalah personal yang pemerintah dan pembuat aturan seharusnya tidak ikut campur. Sama seperti pilihan untuk aborsi, meski itu cerita berbeda,” katanya.
Yang jelas, dalam konteks
Beauty and the Beast di Malaysia:
love wins!