Jakarta, CNN Indonesia -- Lightcraft menjadi satu-satunya musisi dari Indonesia yang tampil dalam South by South West (SXSW) di Austin, Texas, Amerika Serikat pada pertengahan Maret lalu. Band asal Jakarta ini berhasil menembus seleksi ketat panitiia dan melangkah mantap hingga panggung SXSW meski ada isu mengenai deportasi.
Beberapa pekan belakangan tersiar rentetan kabar bahwa beberapa musisi dari Italia, Korea Selatan, Inggris, Australia dan negara lainnya harus rela mengubur mimpinya untuk bermain di panggung SXSW setelah bahwa kedatangannya ditolak pihak bea cukai di bandara Amerika Serikat.
Hal itu tentu membuat ketar-ketir para musisi lain, terutama yang berasal dari negara berpenduduk mayoritas Islam seperti Indonesia. Pasalnya, belum lama ini Presiden Amerika Serikat Donald Trump pun membuat kebijakan terkait pelarangan imigran dan menolak kedatangan warga dari negara-negara Islam.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski demikian, hal nahas itu tidak terjadi kepada para personel Lightcraft. Band yang terdiri dari
vokalis Imam Wisaya Suraturna, gitaris Safarilhaj Febrian, penggebuk drum Yopi Santosa Sasmita, dan kibordis Enrico Prabowo ini mengaku tidak mengalami hal yang berarti saat tiba di Negeri Paman Sam. “Kami mulus saja. Kami hanya ditanya, ‘Kalian di sini melakukan apa?’ Mungkin orang sudah paranoid dulu ya, tapi memang di beberapa kasus tertentu ada, misalnya band dari Australia yang vokalisnya saja yang tidak bisa masuk, jadi drummer band itu harus menyanyi,” ujar Imam saat berbincang dengan CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Setelah berhasil melewati meja pihak imigrasi bandara, Imam dkk langsung melenggang pergi.Imam bercerita, saat di SXSW, Lighcraft berada dalam panggung yang sama dengan beberapa band dari macam-macam negara, termasuk White Label Analog dari Austin, Satellite Story dari Finlandia, The Rumjacks dari Australia, dan lainnya.
“Saya suka dengan Satellite Story sudah lama, lalu kemarin bisa satu panggung sama mereka,” katanya sumringah.
Selain itu, Yopi juga berkesempatan untuk berfoto bersama pembetot bas band
grunge legendaris Nirvana, Krist Novoselic.
Tak hanya berkesempatan untuk tampil dan bertemu dengan para musisi berpengaruh,
Safarilhaj mengungkapkan bahwa grupnya juga memanfaatkan momen tersebut untuk membangun jaringan dengan para agensi talenta. “Kami bertemu dengan orang-orang penting di industri [hiburan] di sejumlah negara, lalu ada sesi one on one juga, jadi kami bisa pindah-pindah meja dengan orang-orang penting itu. Itu penting sekali,” ujarnya.SXSW merupakan s
alah satu festival musik terbesar di dunia yang memberikan kesempatan bagi 2.500 musisi untuk tampil di lebih dari 100 panggung. Selain musik, festival ini juga menggelar ajang bagi sineas dari seluruh dunia untuk memamerkan karyanya secara perdana dalam SXSW Film. Tahun ini, diperkirakan sekitar 70 ribu orang hadir untuk mengikuti festival tahunan yang terdiri dari berbagai kegiatan konferensi, festival, dan pameran.