Jakarta, CNN Indonesia -- Bicara perfilman Indonesia tentu tak dapat dilepaskan dari fakta tentang adanya keterlibatan tangan warga keturunan India yang bergerak lewat rumah-rumah produksi. Mereka ikut andil membawa tren untuk film-film Indonesia. Produksinya terbilang populer, bahkan menggebrak industri perfilman.
Seperti pada 2016 lalu, film terlaris Indonesia berhasil dipecahkan Falcon Pictures lewat produksi film
Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! yang mendapat hampir 7 juta penonton. Diketahui, kepemilikan rumah produksi yang berdiri sejak 2010 itu dipegang oleh HB Naveen, pria kelahiran Jakarta yang masih memiliki darah India.
Jauh sebelum Naveen membangkitkan industri perfilman Indonesia, ada Rapi Film yang menjadi salah satu rumah produksi tertua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Itu tak lepas dari darah India pula. Rumah produksi itu didirikan oleh Gope T. Samtani pada 24 Agustus 1966 dan masih aktif sampai saat ini. Kepemimpinannya kini dipegang oleh putranya, Sunil Samtani.
Hingga kini, rumah produksi itu telah merilis lebih dari 130 judul film. Mulai dari film fenomenal seperti
Sundel Bolong (1981) yang dibintangi Suzzanna, hingga kini mencetak film-film laris Indonesia, seperti
Hangout besutan Raditya Dika yang memperoleh lebih dari 2 juta penonton.
Tak lama setelah kelahiran Rapi Film, rumah produksi lain yang ikut bermunculan. Tapi menariknya, kembali dipegang oleh mereka yang berdarah India.
Seperti Soraya Film yang didirikan Ram Soraya pada 1982. Di bawah kepemimpinan putranya, Sunil Soraya, Soraya Film menandai eksistensinya lewat karya layar lebar pertama yang langsung mendapat penghargaan.
Film
Budak Nafsu (1982) besutan sutradara Sjuman Jaya, meraih prestasi gemilang di Festival Film Indonesia dan Festival Film Bandung. Kesuksesan itu kemudian dilanjutkan dengan film produksinya bersama Suzanna yang hingga saat ini masih menarik minat.
Tak hanya itu, pada era '90-an Ram Soraya pun sukses lewat produksi film-film Warkop DKI yang selalu menjadi
box office.
Kesuksesan itu pun berlanjut pada awal 2000-an Soraya Film menggebrak lewat produksi
Eiffel I'm in Love, kemudian dilanjutkan dengan
5 cm (2012),
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck (2013),
Supernova (2014) dan
Antologi Rasa (2015).
Film-film tersebut berhasil melampaui angka lebih dari 1 juta penonton, bahkan ada yang mencapai lebih dari 2 juta penonton.
Tangan India lain yang ikut meramaikan perfilman Indonesia yakni lewat kehadiran Multivision Plus (MVP) yang didirikan Raam Punjabi pada 1988. Sebelum menjajal industri perfilman, MVP lebih banyak dikenal memproduksi sinetron pada era '90-an sampai 2000-an.
Hingga pada 2006 MVP merilis film bergenre horor berjudul
Kuntilanak yang terbilang sebagai salah satu film laris kala itu. Setelahnya, MVP masih bergerak di ranah film bergenre horor yang kemudian menjadikan hal itu ciri khas mereka.
Hingga pada 2010, mereka menggebrak lewat
Sang Pencerah sebagai film terlaris dengan mendapat lebih dari 1,1 juta penonton. Satu-satunya film yang mencapai angka satu juta pada tahun itu.
Kemunculan rumah produksi 'India' lainnya pun diikuti dengan lahirnya Starvision Plus yang didirikan oleh Chand Parwez Servia pada 1995. Starvision Plus dikenal sebagai rumah produksi yang menaungi karya-karya ringan bergenre romansa komedi, seperti
Get Married dan sekuelnya,
The Tarix Jabrix,
Perahu Kertas, hingga film cinta ala Raditya Dika.
Memasuki era millenial, MD Pictures serta Falcon Pictures turut hadir dengan hasil produksinya yang tak kalah menggebrak.
MD Pictures tercipta dari tangan Dhamoo Punjabi, yang merupakan adik dari Raam Punjabi, bersama putranya Manoj Punjabi. Dhamoo mendirikannya setelah hengkang dari Multivision Plus pada 7 Desember 2002.
Gebrakan MD Pictures dalam industri perfilman ditandai dengan mengangkat kisah dari buku
Ayat-Ayat Cinta pada 2008. Film itu meraih lebih dari 3,5 juta penonton dan memecahkan rekor penonton film
Titanic di Indonesia. Tidak cukup sampai di sana, mereka kembali mencuri perhatian dengan film
Habibie & Ainun (2012) yang mendapat 4,5 juta penonton.
Menjadi yang paling bungsu, Falcon Pictures didirikan HB Naveen pada 2010. Selama tujuh tahun terakhir, Falcon terbilang cukup produktif menandai kehadirannya di industri film.
Sampai saat ini mereka telah merilis sekitar 20 judul film, dan yang terbaru mereka berhasil memecahkan sejarah perfilman dengan mendapat lebih dari 6,8 juta penonton untuk produksi ulang film Warkop DKI. Selain itu film seperti
My Stupid Boss dan seri
Comic 8 juga berhasil mendapat lebih dari satu juta penonton.
Tak terelakkan, kehadiran para pemilik rumah produksi yang keturunan India itu berkontribusi dalam lahirnya film-film komersil yang laris di pasaran Indonesia. Boleh dikatakan mereka ikut membangkitkan gairah perfilman Indonesia dengan mampu menarik lebih banyak penonton untuk peduli pada perfilman negerinya sendiri.