Ditemukan Berbagai Obat Penghilang Rasa Sakit di Rumah Prince

CNN Indonesia
Selasa, 18 Apr 2017 08:52 WIB
Berbagai obat itu punya resep dokter, atas nama teman dan pengawal pribadinya Kirk Johnson. Namun tidak ditemukan fentanyl, penyebab kematian Prince tahun lalu.
Hasil investigasi meninggalnya Prince disampaikan di pengadilan Minnesota setahun setelah kematiannya. (REUTERS/Chris Pizzello)
Jakarta, CNN Indonesia -- Investigasi polisi atas kematian bintang pop Prince setahun lalu menghasilkan temuan opioid. Mengutip Reuters, berbagai obat dengan efek penghilang rasa sakit seperti morfin itu bertebaran di rumah Prince di Paisley Park, di mana Prince ditemukan meninggal.

Hasil investigasi itu baru disampaikan di pengadilan melalui sebuah dokumen yang tak tersegel, Senin (17/4) kemarin. Investigasinya selama ini dinamakan ‘bunuh diri aktif.’

Dokumen itu dijaga kerahasiaannya sampai Senin kemarin karena pengadilan Carver County, Minnesota dan jaksa khawatir saksi mungkin lari dan menghilangkan bukti potensial.
Opioid yang ditemukan di rumah Prince diketahui berefek kuat. Menurut laporan, obat-obatan itu didapat berdasarkan resep dokter, atas nama teman dan pengawal pribadi sang musisi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Temuan itu didapat berdasarkan penelusuran di komputer pribadi Prince, catatan telepon sang pelantun I Wanna be Your Lover dan teman-temannya, serta wawancara orang terkait.

Meski demikian, sampai saat ini tidak ada seorang pun yang dituding atas kriminalitas pembunuhan Prince. Sang ‘Purple Rain’ itu tetap dianggap bunuh diri ‘tak sengaja.’
Penyebab resmi kematiannya adalah overdosis fentanyl, salah satu obat penghilang rasa sakit yang juga tergolong sebagai opioid. Namun, itu dianggap kecelakaan belaka. Penyidik juga tak menemukan di mana dan dari mana fentanyl yang menyebabkannya meninggal.

Efek fentanyl sendiri diketahui 50 kali lebih kuat dari heroin.

Tak seperti obat-obat lain, mereka tak berhasil menemukan resep dokter untuk fentanyl.

Obat-obatan itu termasuk pil berlabel Watson 853, yang diketahui sebagai versi generik untuk hydrocodone-acetaminophen. Ada pula beberapa pil yang mengandung narkotika yang masih terkontrol di beberapa lemari, termasuk botol vitamin atas nama pengawal Prince.
Nama pengawal itu adalah Kirk Johnson. Namun pengacara Johnson tak menjawab konfirmasi.

“Kebanyakan lokasi [ditemukannya obat itu] merupakan daerah yang sering didatangi Prince, seperti kamar tidur dan ruang busana atau laundry,” tertulis di salah satu dokumen.

Detektif yang menyelidiki kasus Prince menyadari bahwa, dari saksi yang mereka wawancara, sang musisi pernah mengalami masa-masa menarik diri dari orang dekat di sekelilingnya. Itu disebut-sebut merupakan hasil dari penyalahgunaan obat-obatan resep dokter.

Penemuan berbagai obat-obatan itu jelas membantah anggapan bahwa selama ini Prince hidup sehat, bahkan jadi seorang vegetarian. Selain kemungkinan mengonsumsi berbagai obat, Prince juga diketahui tidak menggunakan ponsel. Surelnya pun punya banyak nama palsu.
Penyelidikan juga menemukan Prince tidak punya dokter tetap. Timnya akan menjadwalkan Prince bertemu dengan sembarang dokter untuk memberinya vitamin B-12 sebelum pentas.

Belum ada kesimpulan bahwa segala perilaku Prince dan orang-orang terdekatnya semasa hidup itu membawa pengaruh atas kematiannya. Itu masih harus diputuskan oleh hakim Minnesota.

Seperti diketahui, Prince ditemukan meninggal 21 April 2016 di usia 57, karena fentanyl.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER