Jakarta, CNN Indonesia -- Pulau Banda di tengah lautan selatan Maluku nyaris tidak terlihat di peta. Namun, pulau ini sudah mahsyur terkenal hingga ke daratan Eropa. Pulau ini pula yang menyimpan sejarah kejayaan, sekaligus kelam, dan coba dikenalkan kembali oleh Jay Subiakto kepada generasi muda.
Jay Subiakto memilih membuat film dokumenter tentang sejarah Pulau Banda sebagai debut dia di layar lebar. Bertajuk
Banda The Dark Forgotten Trail, Jay mencoba menuturkan kembali kisah Pulau Banda yang nyaris tak lagi dikenal sebagian besar generasi Facebook.
Jay memilih cara dokumenter untuk menggambarkan rentetan sejarah panjang nan kelam yang dipadu dengan keindahan alam asli Banda, Maluku.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selayaknya dokumenter, Jay menempatkan sejumlah penutur yang berhubungan langsung dengan kisah Banda sebagai bekas pusat rempah-rempah dunia. Para penutur menjelaskan kisah Banda, baik yang sudah diketahui dunia maupun yang belum tertulis di buku sejarah.
Banda memiliki sejarah panjang, termasuk memiliki peran penting akan kedatangan dan mulainya rezim kolonial di Nusantara. Kepulauan kecil di tengah lautan itu pertama kali dikenalkan oleh para pedagang China.
Film ini pun mengungkapkan fakta harta yang pernah dimiliki Nusantara, berabad-abad lalu. Kala itu, Banda adalah penghasil pala terbesar. Segenggam pala, saat itu, dihargai lebih mahal dibanding segenggam emas.
 Jay Subiakto menampikan sejarah kelam Banda yang belum diketahui generasi modern. (Courtesy of Lifelike Pictures) |
Pedagang China pun kerap menyembunyikan pala di balik selendang sutra saat akan menjualnya melalui jalur yang kini dikenal dunia sebagai Jalur Sutra.
Ketenaran pala Banda sudah sampai di telinga para manusia Benua Biru. Bangsa Eropa pun berlomba-lomba mencari surga rempah itu, hingga menjelajahi bumi. Mereka pun bertemu di Pulau Banda.
Sejarah Banda mulai suram ketika Joen Pieterszoon Coen yang berbendera VOC menguasai pulau itu dan melakukan pemusnahan penduduk lokal pada 1621. Dari 14 ribu jiwa penduduk Banda kala itu, hanya tinggal tersisa 480 orang.
Pun, Belanda menjadikan Banda sebagai pusat pendulang kekayaan sekaligus penjara bagi para pejuang kemerdekaan Indonesia. Banda merupakan rumah yang pernah menaungi sejumlah
founding fathers Indonesia, Moh Hatta, Sutan Sjahrir, Dr Tjipto Mangunkusumo, dan Iwa Kusuma Sumantri.
Namun, nasib Banda yang jauh dari pusat peradaban Indonesia seolah terlupa di era modern, termasuk kisah tak terungkap dari mereka yang menjadi saksi atau masih menetap di kepulauan itu. Itulah yang diangkat oleh Jay selaku sutradara dan Irfan Ramli sebagai penulis.
Jay pun tak ingin sembarangan menggarap
Banda the Dark Forgotten Trail. Ia merekrut sejumlah nama papan atas di dunia film Indonesia, seperti Sheila Timothy yang berlaku sebagai produser dan Irfan yang pernah menulis untuk
Cahaya dari Timur, Surat dari Praha, dan
Filosofi Kopi 2.
 Jay Subiakto berusaha mengangkat pemandangan indah Banda sekaligus kisah kelamnya yang belum banyak diketahui publik. (CNN Indonesia/Agniya Khoiri) |
Banda the Dark Forgotten Trail bukan cuma menyajikan cerita bersejarah bagi mereka generasi penerus, namun juga keindahan alam yang dibantu sinemotrafi indah memanjakan mata.
Sebagai film dokumenter, Jay mampu menyeimbangkan penuturan sejarah dengan dukungan visual dan musik. Formula ini bisa menjadi sedikit penawar bagi mereka yang tak tahan kantuk saat melihat dokumenter sejarah.
Selain itu, tampilan animasi dari cerita yang disampaikan membantu film ini jadi lebih menarik dan memudahkan penonton membayangkan kejadian sesungguhnya.
Pemilihan animasi dirasa tepat bila melihat dokumenter ini ditujukan untuk semua umur, terutama menggambarkan pembantaian dan perbudakan. Dengan animasi, visual dapat lebih diterima semua kalangan tanpa mengurangi esensinya.
Secara keseluruhan, Jay mampu menuturkan sejarah kelam Banda, termasuk kisah yang dinilai masih terjadi sampai sekarang. Meski berkonten suram, Jay tak luput menunjukkan kekayaan Indonesia baik berupa keindahan dan sumber daya alam, maupun budaya.
Namun yang lebih penting, pelajaran yang dapat diambil dari
Banda the Dark Forgotten Trail yang tayang pada 3 Agustus nanti adalah mendorong penonton untuk menjejakkan kaki ke sana, menyaksikan secara langsung sejarah dan kehidupan yang masih ada di jantung Banda.