Cerita Goresan Jadul Pinot di 'Star Wars' & 'Stranger Things'

CNN Indonesia
Selasa, 05 Sep 2017 16:12 WIB
Wahyu Ichwandardi alias Pinot, animator asal Indonesia, membuat trailer versi jadul untuk 'Star Wars: The Last Jedi' dan 'Stranger Things 2.'
Pinot, animator asal Indonesia yang menggarap ulang trailer 'The Last Jedi' dan 'Stranger Things 2.' (Screenshot via twitter.com (@pinot))
Jakarta, CNN Indonesia -- Tangan dan wajah Rey yang terengah-engah berubah menjadi piksel. Demikian pula Finn yang matanya terpejam dan Kylo Ren yang dengan penuh dendam mengayunkan lightsaber-nya.

Tampilannya seperti gim video zaman baheula, saat almanak masih di angka 1980-an.

Bukan hanya itu, tulisan 'LucasFilm,' 'This Christmas' dan 'Star Wars: The Last Jedi' pun berubah menjadi piksel. Urutan, struktur sampai suara menggema yang mengatakan bahwa waktu bagi Jedi telah berakhir, sama persis seperti dalam teaser trailer resmi filmnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

[Gambas:Instagram]

[Gambas:Instagram]

Versi piksel itu merupakan bikinan animator asal Indonesia yang berdomisili di New York City Wahyu Ichwandardi. Sudah sejak kecil ia bercita-cita membuat remake trailer dengan komputer Apple jadul bermonitor monokrom. Baru sekarang ia berhasil mewujudkannya.

“Dulu kepikiran ingin iseng bikin remake trailer A New Hope menggunakan komputer saat itu,” ceritanya pada CNNIndonesia.com melalui surat elektronik. Namun, proyek itu tidak diteruskan karena berbagai kendala seperti keterbatasan perangkat lunak dan disket.

Apalagi Wahyu, atau akrab disapa Pinot seperti ia banyak dikenal di media sosial, saat itu hanya meminjam komputer orang lain. “Di usia itu juga masih sangat mood-moodan,” imbuhnya.


Tapi ia tak pernah melupakan keinginannya. Maka saat melihat Apple IIc keluaran 1984 di pasar loak di Kuwait, tanpa pikir panjang ia membelinya. “Namun kondisinya tidak siap kerja, akhirnya saya coba bangun lagi dengan mengumpulkan bagian-bagian tertentu di eBay.”

Saat akhirnya komputer itu siap, ia butuh waktu sekitar tiga minggu untuk membuat ulang trailer Star Wars: The Last Jedi menjadi versi piksel dengan program Dazzle Draw dan KoalaPad+ yang juga dari 1980-an. Ia juga menghabiskan 48 disket dan 288 fail gambar.

Fail itu kemudian ia pindahkan ke komputer modern untuk proses editing.

[Gambas:Instagram]

“Beberapa disket mengalami masalah karena usia, sehingga proses penyimpanan tidak berjalan lancar,” tuturnya. Kapasitas penyimpanan disket juga terbatas, hanya 140 kilobyte.

Ia akhirnya memilih SD card modern yang khusus dibuat untuk Apple IIc. SD card itu dihubungkan melalui alat khusus ke sambungan disk drive di Apple IIc. Efeknya masih sama, warna hitam putih dan gambar yang terpikselisasi. Hanya penyimpanannya lebih ‘lega.’

“Rusaknya beberapa gambar sempat membuat frustasi, tapi saya anggap sebagai tantangan yang harus dilalui,” ia melanjutkan. Hasilnya, trailer Star Wars: The Last Jedi yang memukau.


Ia bukan saja mendapat banyak tanda suka di Twitter. Sutradara Star Wars: The Last Jedi, Rian Johnson dan aktor Mark Hamill yang memerankan Luke Skywalker pun mengapresiasinya.



Johnson berkata, karya Pinot sangat mengesankan. “Eksotis dan memukau,” ia mengungkapkan.

Sementara Hamill tanpa berkata-kata memberi tanda suka untuk karya Pinot itu.



Pinot tak bisa mengungkap hal lain selain bangga. “Proyek iseng Star Wars adalah persimpangan dari segala hal yang saya sukai. Saya suka Star Wars, saya suka produk-produk retro dari Apple dan yang terpenting: saya suka berkarya dalam keterbatasan,” tuturnya.

Dan ia berhasil mendobrak keterbatasan piksel itu menjadi sesuatu yang mengesankan.

Berkat karya yang dalam penggarapannya dibantu anak-anaknya itu, Pinot dapat peluang lain. Ia diminta terlibat langsung membuat konten kreatif serial Stranger Things di Netflix.



"Setelah dikerjakan selama tiga minggu, ternyata hasilnya membuat banyak pihak kagum. Hingga akhirnya saya mendapatkan kesempatan membuat konten kreatif untuk serial populer Stranger Things dari Netflix," ujarnya. Stranger Things 2 akan tayang Oktober

Pinot mengaku, seperti Star Wars: The Last Jedi, ia pun awalnya hanya iseng membuat remake trailer Stranger Things 2. Namun ia kemudian dikontak oleh tim media sosial resmi mereka.

"Inisiatif sendiri, terus dipakai tim sosmed Stranger Things untuk di-retweet secara official,” katanya. Ia juga diminta membuat beberapa grafik untuk Stranger Things 2.


“Detailnya masih rahasia,” ia melanjutkan.







Seni Indonesia Masih Cari Jati Diri

Pinot lebih suka dikenal sebagai seniman animasi tradisional. Namun bukan berarti ia tak menciptakan karya-karya modern, seperti yang dilakukannya dengan Apple IIc untuk Star Wars: The Last Jedi dan Stranger Things 2. Karier itu, katanya, terinspirasi sang ayah.

Ayah Pinot merupakan seorang animator, ilustrator dan komikus.


"Bisa dibilang, karier saya adalah bentuk simulasi apa yang dilakukan orang tua dalam level selanjutnya. Kami sekeluarga berdomisili di New York City. Saya masuk sebagai seniman animasi tradisional yang menggunakan pensil dan kertas untuk platform media sosial. Saat itu Vine," ujarnya menerangkan masa-masa awalnya berkarier.

Tidak banyak animator tradisional di plaftorm itu, kata Pinot. Talentanya pun dianggap unik dan dibutuhkan untuk perkembangan advertising serta konten komersial di media sosial.

Ia kemudian memilih mengembangkan karier di Negeri Paman Sam, bukan tanpa alasan. Di Indonesia, ia mengatakan, perkembangan seni digital masih mencari jati diri.

[Gambas:Youtube]

“Pekerjaan dan industri seni digital belum mendapatkan apresiasi yang layak. Rumusan karya berkualitas dan profit belum ketemu, karena orientasinya lebih ke nilai ekonomi jangka pendek—yang tidak membuka celah untuk berinovasi. Begitu profitnya besar dan jelas, akan selalu berpegang pada hal tersebut, membuat sulit bergerak dan inovatif," katanya.

Sementara di AS, menurut Pinot, rumusan antara kreativitas dan profit sudah lebih baik. Dengan perubahan teknologi yang sangat cepat, industri kreatif juga membutuhkan inovasi.

"Sebagai seniman yang sudah tidak lagi muda, hal ini membuat saya merasa awet muda karena selalu dituntut pertanyaan ‘What’s next? What’s next? Besarnya apresiasi yang didukung industri membuat saya bersemangat untuk selalu mencari hal baru," ungkapnya.

[Gambas:Instagram]

Menurutnya, sudah banyak orang Indonesia yang punya talenta berskala internasional. Tak heran mereka banyak diperbantukan. “Tidak hanya komikus atau animator, hasil karya prajin pun mendapatkan apresiasi tinggi di negara barat seperti NYC sini," tambah Pinot.

Untuk itu, ia pun berpesan untuk pekerja kreatif lainnya, jika industri di Indonesia belum sepenuhnya mendukung, tak perlu patah arang karena masih bisa 'mengekspor’ talentanya.

"Dengan cara kerja remote atau merantau sejenak untuk melihat perbandingan dan bisa menemukan formula yang pas di Indonesia kelak," katanya menutup perbincangan.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER