Jakarta, CNN Indonesia -- Di balik meriahnya sebuah program televisi, ada pelaku industri yang jatuh bangun membuat tayangan yang bisa diminati masyarakat agar bisa mengerek
rating.
Seperti salah satu produser Trans TV, La Ode Andhika yang berjibaku meracik program
Pagi-Pagi Pasti Happy. Tayangan yang sudah berjalan lebih dari 120 episode itu berkonsep acara
variety yang menampilkan Uya Kuya, Lambe Turah dan sesi perjodohan.
Awalnya, Ode mengaku kesulitan mengangkat rating program yang sudah digarapnya sejak Februari lalu itu. Dia berulang kali berganti konsep demi mengerek rating yang terus menurun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari tiga bulan pertama kami sudah ganti konsep, terus enam bulan terakhir ganti konsep lagi, hingga akhirnya konsep saat inilah yang jalan sudah sekitar dua sampai atau tiga bulan ini," kata Ode saat bercerita kepada
CNNIndonesia.com.
Pergantian konsep itu dilakukan setelah mengevaluasi program dengan menganalisis data kepemirsaan dari episode yang sudah tayang. Ode menjelaskan, evaluasi dilakukan rutin setiap hari untuk produksi program dan per minggu bersama tim program dan para atasan.
Dalam evaluasi per minggu dengan para bos besar, rating akan jadi bahasan utama. Jika rating menunjukkan tren menurun, para bos biasanya akan memberi tantangan agar ada sentuhan baru pada program untuk bisa mengangkat rating.
Target rating itu harus bisa tercapai jika program masih ingin bertahan. Untuk program yang tayang setiap hari, diberi waktu satu minggu untuk mencapai target. Jika tak kunjung terpenuhi, program akan setop tayang.
Dari evaluasi itu, tim produksi menganalisis data kepemirsaan dan membuat konsep baru yang disesuaikan dengan selera para penonton.
Ode beberapa kali mengganti konsep acara sesuai dengan data kepemirsaan penonton seperti mendatangkan Lambe Turah.
"Waktu itu pernah benar-benar turun dan kita diperingatkan dan ditantang untuk bikin sesuatu yang baru. Kami mencoba mengembangkan video viral dan juga melihat pengikutnya Lambe Turah di Instagram yang banyak dan kami mencoba mendatangkan dia, dan ternyata sangat menaikkan rating," tutur Ode
Berdasarkan data kepemirsaan, diketahui mayoritas penonton saat program tersebut ditayangkan pada pukul 08.30 - 10.00 WIB adalah dewasa, terutama perempuan. Profil penonton itu diketahui menyukai drama.
Atas dasar pertimbangan profil penonton itu, Ode kemudian juga menambahkan bumbu-bumbu drama di program
Pagi-Pagi Pasti Happy lewat sesi perjodohan. Drama itu muncul dari konflik yang terjadi di antara peserta perjodohan.
Pagi-Pagi Pasti Happy juga bersaing dengan program dari stasiun televisi lain yang lebih banyak menyiarkan serial drama. ANTV dan Indosiar misalnya, menayangkan serial drama luar negeri, RCTI memutar ulang sinetron, Trans 7 menyiarkan drama Indonesia, sedangkan SCTV menayangkan program gosip.
Per pekan lalu, mulai 11 September hingga 15 September 2017, rating
Pagi-Pagi Pasti Happy rata-rata berkisar antara 6,5 hingga 7 persen dari target 8 persen. Angka itu, menurut Ode, masuk dalam kategori aman.
Sedikit saja, di bawah 6 persen atau malah mendekati 5 persen, program itu masuk dalam kategori kritis. Sementara, jika ditas 9 persen, rating itu tergolong tinggi.
Tak bisa dipungkiri, industri televisi kini terpaku pada rating. Data kepemirsaan untuk memprediksi jumlah penonton itu jadi tolak ukur kesuksesan sebuah tayangan televisi.
Rating bakal menentukan nasib sebuah program, termasuk iklan yang selama ini menjadi sumber pemasukan utama stasiun televisi.
"Rating sangat penting, karena menentukan umur program. Makin tinggi, makin awet programnya dan berpengaruh ke iklan" ujar Ode.
Sebagai pembuat kami masih ingin ada [tayangan yang] membuat penonton berpikir, tapi ternyata enggak menyasar karena karakter penonton Indonesia kan ingin ‘Gue enggak perlu mikir saat nonton tv.'La Ode Andhika, produser 'Pagi-Pagi Pasti Happy' Trans TV. |
Manurut Ode, pengiklan masih menjadikan rating sebagai acuan utama untuk memasarkan produknya. Rating yang tinggi membuat pengiklan kian menjamur dan pemasukan stasiun teve semakin melambung.
Meski demikian, rating tak selalu berbanding lurus dengan kualitas suatu tayangan teve. Boleh jadi, sebuah tayangan dengan rating pemirsa tinggi memiliki kualitas buruk, atau sebaliknya, tayangan berkualitas apik malah memiliki rating melempem.
Ode beranggapan, hal ini terjadi lantaran karakter penonton Indonesia yang tidak suka dengan tayangan yang berat, cenderung santai untuk hiburan. Padahal, dia pun mengaku ingin menciptakan tontonan yang berbobot.
"Sebagai pembuat kami masih ingin ada [tayangan yang] membuat penonton berpikir, tapi ternyata enggak menyasar karena karakter penonton Indonesia kan ingin ‘
Gue enggak perlu mikir saat nonton tv," tutur Ode.
[Gambas:Video CNN]