Jakarta, CNN Indonesia -- Di bawah bayang-bayang awan hitam politik, Busan International Film Festival (BIFF) digelar di Busan Cinema Center, Korea Selatan. Festival film tahunan yang memberi ruang bagi film-film independen di Asia itu dimulai Kamis (12/10) sampai Sabtu (21/10).
Ada 300 film dari 75 negara yang tayang di BIFF tahun ini. Sebanyak 100 penayangan perdana film juga digelar. Sineas internasional sekelas Oliver Stone yang pernah dua kali membawa pulang Piala Oscar pun hadir. Darren Aronofsky juga datang untuk film horornya,
Mother!Beberapa sineas Asia yang menghadiri BIFF 2017 termasuk maestro laga Hong Kong, John Woo yang tengah mempromosikan filmnya,
Manhunt. Sutradara Jepang, Hirokazu Kore-eda dan tokoh perfilman China, Jia Zhangke juga memeriahkan festival.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari Indonesia, ada film
The Seen and Unseen yang diputar di program ‘A Window on Asian Cinema.’ Film
Marlina the Murderer in Four Acts yang melenggang ke Festival Film Cannes di Perancis pun diputar.
The Carousel Never Stops Turning karya Ismail Basbeth bahkan menggelar pemutaran perdana, dan mendapat cap Kim Jiseok Award dalam festival itu.
BIFF 2017 dibuka dengan pemutaran perdana film karya sutradara Korea Shin Su-Won, berjudul
Glass Garden. Film karya sutradara Taiwan Sylvia Chang,
Love Education menutupnya.
Penggagas festival itu, Kim Dong-Ho kembali membantu BIFF sejak 2015, setelah skandal politik menghantam reputasi festival yang akan digelar untuk ke-22 kalinya itu.
Skandal BIFF melibatkan ketua sebelumnya, Lee Young-Kwan, yang pada 2014 memutuskan untuk tetap menayangkan film dokumenter kontroversial,
Diving Bell: The Truth Shall Not Sink with Sewol meski sudah ada desakan dari Wali Kota Busan untuk tidak memutarnya.
Seperti diberitakan AFP, film itu sendiri menampilkan kritik soal penanganan bencana feri Sewol yang tenggelam dan menewaskan sampai 300-an orang. Setelah film sensitif itu tetap diputar, pemerintah memotong pengucuran dana kepada BIFF. Beberapa kelompok perfilman seperti asosiasi sutradara di Korea, menuding bahwa ada skandal politik di baliknya.
“Meski festival tahun ini masih menghadapi masalah-masalah yang tak terpecahkan, kami tetap bertekad untuk mendukung sutradara-sutradara Asia baru, mendukung film-film baru Asia dan peran kami selanjutnya di industri film,” kata Kim dalam pernyataan resminya.
Di tengah skandal yang masih pekat, beberapa staf meminta Kim dan Direktur Festival Kang Soo-Yeon untuk mundur karena dianggap tak bisa menangani masalah yang ada. Keduanya memutuskan menerima permintaan itu dan menyerahkan penyelenggaraan
BIFF ke tangan lain.
(haf/rsa)