Jakarta, CNN Indonesia -- Arab Saudi mulai menerapkan rencana Vision 2030 yang memasukkan budaya populer ke lingkungan konservatif. Baru-baru ini Arab mencabut larangan mengemudi bagi perempuan.
Kini Arab Saudi pun mulai mengizinkan munculnya bioskop, meski pemerintah belum mengumumkannya secara resmi. Selama berdekade-dekade, bioskop dilarang di sana.
Akhir pekan lalu masyarakat Arab Saudi bisa menonton film di Riyadh, hal yang sudah lama tak mereka rasakan. Malam film itu pun membuat masyarakat semakin berharap pemerintah segera mencabut larangan ke bioskop, sebab mereka sejatinya suka menonton film.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi sutradara Faisal Alharbi, film bagaikan jiwa bagi masyarakat Arab Saudi. “Itu [film] membuat orang melihat realitas, refleksi kehidupan mereka di layar lebar,” katanya.
Salah satu mahasiswa yang juga pencinta film, Sultan ‘meramalkan’ jika Arab punya bioskop lokasi itu akan selalu ramai sepanjang waktu. Ia sendiri membayangkan bioskop yang normal, ada ruang-ruang pemutar film dan mesin pop corn yang bisa dinikmati penonton.
Salah satu aktor asal Arab Saudi, Hisham Fageeh yang berperan dalam Barakah Meets Barakah menganggap jika tidak adanya bioskop dapat membuat bakat artistik mati.
"Tanpa bioskop, bakat artistik yang dimiliki negara ini akan mati,” katanya. “Arab Saudi membutuhkan nuansa identitas budaya di luar prisma religi,” ia melanjutkan. Film Fageeh sendiri, yang bergenre komedi romantis dijagokan ke Academy Awards untuk mendapat Oscar.
Sementara Ali Kalthami, salah satu penggagas C3 Films and Telfaz11 yang menyediakan konten komedi di video mengatakan, “Bioskop akan membuat kita merasa jadi seperti manusia.”
Sineas juga menyebut bioskop akan membantu industri perfilman dan ekonomi berkembang.
Mengutip
Gulf News, mendapatkan hiburan di Arab Saudi termasuk barang mahal. Masyarakat harus mengeluarkan uang miliaran tiap tahunnya untuk dapat menonton film dan mengunjungi taman hiburan di Dubai maupun Bahrain. Sebab mereka tak punya hiburan itu di dalam negeri.
Di sisi lain, ulama tertinggi dan kelompok konservatif di Arab masih berpendapat bioskop bisa melakukan korupsi moral, seperti yang disebutkannya pada Januari lalu. Mereka berpendapat bioskop ancaman terhadap budaya serta agama, karenanya ditutup pada 1980-an.