Jakarta, CNN Indonesia -- HIV masih menjadi sebuah krisis kesehatan dunia. Ini merupakan kondisi seumur hidup yang bisa menggiring penderita terancam AIDS, yang notabene hingga kini belum ada obatnya.
Terlepas dari apa yang kita tahu soal HIV dan AIDS, masih banyak stigma negatif yang mengelilinginya. Faktanya adalah setiap orang bisa terjangkit HIV, tak peduli orang terkaya atau terkondang di dunia.
CNNIndonesia.com merangkum lima nama seniman terkenal di dunia yang mengidap HIV/AIDS:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Charlie SeenPada 2015, aktor asal AS Charlie Sheen mengumumkan kepada publik soal diagnosis HIV miliknya. Meski Sheen telah menjadi HIV-positif sejak 2011, dia memutuskan untuk mempublikasi kondisinya untuk meningkatkan kesadaran.
Sheen menambah kontroversi kala ia secara terang-terangan mengaku terus berhubungan dengan sejumlah wanita meski tahu bahwa ia positif menderita HIV saat itu.
Pria bernama asli Carlos Irwin Estévez itu telah membintangi puluhan film dan drama televisi. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah serial
Anger Management (2012-2014). Tahun ini ia menjadi pemeran di film
Mad Families dan
9/11.
[Gambas:Instagram]
Freddie MercuryFreddie Mercury juga didiagnosis dengan HIV. Dia menyimpan diagnosis itu secara privat selama bertahun-tahun.
Vokalis utama Queen itu meninggal akibat komplikasi AIDS hanya beberapa hari setelah ia mengumumkan kepada publik bahwa ia merupakan seorang HIV-positif.
The Los Angeles Times melaporkan, pengumuman yang ia buat sebelum meninggal.
“Menyusul banyaknya dugaan di media selama dua pekan belakangan, saya ingin mengonfirmasi bahwa saya telah tes HIV-positif dan mengidap HIV. Saya rasa benar jika saya menyimpan informasi ini secara pribadi hingga kini demi melindungi privasi orang-orang di sekeliling saya,” ujar Mercury kala itu.
“Meski demikian, waktu telah tiba sekarang bagi teman-teman dan fan saya di seluruh dunia untuk mengetahui kebenarannya dan saya berharap bahwa semua orang bisa bergabung dengan saya, dokter-dokter saya dan semua di dunia yang tengah berperang melawan penyakit buruk ini.”
Mercury berusia 45 tahun kala meninggal pada November 1991. Suara melodiknya dan talentanya dalam bermusik tetap menginspirasi orang-orang hingga kini, juga perjuangannya melawan HIV.
 Freddie Mercury berusia 45 tahun kala meninggal pada November 1991 akibat komplikasi AIDS. (Foto: AFP PHOTO/JEAN-CLAUDE COUTAUSSE) |
Eazy-EEric Lynn Wright, terkenal dengan nama Eazy-E, merupakan seorang personel hip hop grup asal Los Angeles, N.W.A. Ia meninggal pada 1995, sebulan setelah didiagnosis mengidap AIDS.
Sebelum meninggal, mengutip
Rap Basement, Eazy-E merilis pernyataan pembebasan dan harapan terakhirnya.
“Saya tidak mengatakan ini karena saya mencari sebuah bantal lembut ke mana saja saya berjalan, saya hanya merasa bahwa saya memiliki ribuan dan ribuan penggemar muda yang harus belajar mengenai apa yang nyata ketika berbicara soal AIDS. Seperti semua orang sebelum saya, saya ingin mengubah problem saya menjadi sesuatu yang baik yang bisa mencapai kalian semua.”
Putra Eazy-E, Lil Eazy-E, telah melanjutkan warisan ayahnya di bidang musik dan, di saat yang sama, juga menjadi aktivis HIV dan AIDS.
Chuck PanozzoPersonel awal sekaligus basis band Styx Chuck Panozzo telah menjadi aktivis dalam dua bidang: hak kaum gay dan pencegahan HIV.
Pada 2001, Panozzo mengumumkan bahwa dia didiagnosis mengidap HIV. Dia juga menulis memoar yang menceritakan detail pengalaman pahitnya itu.
Pada 2012, Panozzo menyatakan bahwa menjadi personel Styx merupakan dukungan utamanya.
“Apa yang diajarkan band ini kepada saya secara psikologis adalah bahwa saya perlu pergi ke luar dan bersama dengan band saya karena mereka meneruskan warisannya dalam dunia rock and roll selamanya… Bagaimana itu bisa menolong saya dalam proses penyembuhan? Saya memiliki sebuah band yang mau meyakinkan bahwa saya tetap sehat,” ujarnya kala itu, melansir
Ultimate Classic Rock.
Pedro ZamoraPedro Zamora berhasil melakukan hal yang berdampak signifikan di dalam hidupnya yang cukup singkat. Ia menjadi salah satu personel serial realita
Real World: San Francisco di MTV.
Pria kelahiran Havana, Kuba itu menggunakan acara itu sebagai platform untuk meningkatkan kesadaran publik soal HIV dan AIDS, serta hak kaum gay.
“Sebagai pemuda gay, kami termarginalisasi. Sebagai pemuda gay yang juga HIV-positif dan mengidap AIDS, kami benar-benar dilupakan,” ujar Zamora dalam acara itu.
Dia kemudian meninggal pada 1994 di usia 22 tahun. Sejak saat itu, orang-orang yang mengasihinya, termasuk para mantan personel
Real World, meneruskan usahanya dan bekerja untuk mempromosikan pencegahan HIV.
(res/res)