Jakarta, CNN Indonesia -- Penyebab kematian rocker asal Amerika Serikat, Tom Petty akhirnya terungkap. Keluarga menyatakan, pelantun lagu
Free Fallin' itu meninggal pada 3 Oktober 2017 lalu lantaran overdosis obat-obatan.
Sang istri, Dana Petty beserta anak perempuannya Adria, membeberkan penyebab kematian Petty di situs resmi
tompetty.com. "Keluarga kami duduk bersama pagi ini bersama pemeriksa medis dari kantor koroner dan kami menerima informasi bahwa analisis final mereka tentang kematian Petty disebabkan overdosis obat, sebagai akibat dari penggunaan berbagai zat medis," tulis Dana dan Adria dalam situs tersebut, dikutip Sabtu (20/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka menjelaskan, tubuh Tom menderita banyak penyakit serius, mulai dari emfisema, masalah lutut, hingga pinggul yang paling parah. Meskipun mengalami cedera menyakitkan tersebut, dia berkukuh mempertahankan komitmennya kepada penggemar dengan melakukan tur selama 53 kali dengan pinggul yang retak. Hal tersebut pun memperparah kondisi kesehatannya.
"Di hari kematiannya, ia diberitahukan bahwa pinggulnya mencapai kondisi patah dan menurut kami, rasa sakitnya sudah tidak tertahankan yang kemudian menjadi penyebab penggunaan pengobatan berlebihan," terang mereka.
Berdasarkan hasil pemeriksaan otopsi medis terhadap Petty, ditemukan zat berlebihan dalam tubuh Petty, yakni fentanyl, oxycodone, acetyl fentanyl, dan despropionyl fentanyl. Zat yang merupakan opioids, yakni temazepam dan alprazolam, sedangkan zat yang merupakan obat penenang yaitu citalopram dan antidepresan.
Petty, sebelumnya diduga meninggal akibat serangan jantung.
Kendati demikian, Dana dan Adria mengaku telah mengetahui penyebab kematian Petty, bahkan sebelum keterangan resmi tim medis keluar. Hal ini lantaran Petty kerap menggunakan obat penghilang rasa sakit.
Keduanya berharap, penyebab kematian Petty dapat menjadi bahan diskusi. Banyak orang yang overdosis, hanya karena tidak mengetahui potensi mematikan dari obat-obatan yang dikonsumsinya.
"Sekarang kami tahu bahwa dia mengalami penderitaan tanpa rasa sakit setelah melakukan apa yang paling dia cintai, untuk yang terakhir kalinya, yaitu tampil live dengan band rocknya yang tak tertandingi. Untuk penggemar setia di tur terbesar dalam 40 tahun karirnya. Dia sangat bangga dengan pencapaian itu di hari-hari sebelum dia wafat," ungkap keduanya.
(agi)