Jakarta, CNN Indonesia -- Film
Death of Stalin tidak akan bisa ditonton di Rusia. Pemerintah negara itu memutuskan pada Selasa (23/1) bahwa film sindiran gelap dari sutradara Inggris, Armando Iannucci itu tidak akan tayang di bioskop karena dianggap menyinggung masyarakat Rusia.
Film itu memang bercerita tentang masa lalu Uni Soviet. Fokusnya pada pertarungan dan pengkhianatan antarpemimpin Soviet karena sama-sama menginginkan kekuasaan setelah Stalin meninggal pada 1953. Cerita itu dianggap mengolok-olok sejarah Rusia.
Film itu sudah ditonton secara terbatas oleh orang-orang dari Kementerian Kebudayaan dan penasihatnya. Mereka menonton itu setelah Kementerian Kebudayaan, Vladimir Medinsky mendapat banyak protes yang memintanya mencabut lisensi rilis
Death of Stalin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia pun menonton film itu bersama ahli hukum dan meminta mereka memeriksa kontennya.
“Banyak orang dari generasi terdahulu, dan tidak hanya mereka, akan menganggap itu sebagai ejekan yang menyinggung tentang masa lalu Soviet, tentang negara yang membasmi fasisme dan bagi orang-orang biasa. Yang lebih buruk, bahkan bagi korban Stalinisme,” ujar Medinsky.
Ia melanjutkan, kementeriannya sudah menyatakan pada distributor film itu bahwa merilisnya di saat perayaan 75 tahun kemenangan Perang Dunia II bagi Stalingrad adalah tidak pantas. Sebab di peperangan itu, banyak tentara Soviet mengorbankan nyawa atas nama Stalin.
Namun, seperti dikutip Reuters, distributor film itu tidak merespons apa pun.
“Kami tidak punya sistem sensor. Kami tidak takut atas kritik dan penilaian yang tidak bagus tentang sejarah kami. Tapi ada garis moral antara menganalisis sejarah kami secara kritis dan menodainya,” katanya.
Di sisi lain, sutradara film itu masih berharap
Death of Stalin bisa tayang di Rusia dan masyarakat menontonnya secara objektif. Sejauh ini, ia menuturkan, masyarakat Rusia dan jurnalis negara itu yang diundangnya menonton, sangat menikmati filmnya.
“Mereka mengatakan dua hal: itu lucu, tapi itu juga benar. Saya masih percaya diri kami bisa membuat film ini untuk tayang di bioskop-bioskop,” tutur Iannucci.
Film itu bahkan masuk nominasi Film Inggris Terbaik di BAFTA Awards tahun ini.
Namun beberapa orang yang diwawancara
Reuters justru merasa jijik dengan film itu.
“Itu film yang hina. Itu film yang buruk, film yang membosankan, dan itu kotor, menjijikkan serta menyinggung,” ujar Nadezhda Usmanova, kepala Departemen Informasi di Russian Military Historical Society, yang ikut menonton secara terbatas film itu.
Elena Drapeko, kepala komite budaya State Duma juga menemukan ekstremisme dalam film itu.
(rsa)