Jakarta, CNN Indonesia --
Jakarta kebanjiran, di Bogor Angin RibutRumah ane kebakaran, gara-gara kompor meledukLirik barusan merupakan penggalan lagu
Kompor Meleduk karya Benyamin Sueb, seniman Betawi yang lahir pada 5 Maret 1939. Sampai saat ini, karyanya masih sering diputar di radio dan televisi walau ia meninggal hampir 23 tahun lalu.
Karya Benyamin yang masih bisa terdengar sampai sekarang tak lepas dari 'keajaiban' digitalisasi, suatu proses mengubah lagu dalam format kaset atau piringan hitam menjadi format digital.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Produser Bens Radio Ali Musaid adalah orang dibalik digitalisasi karya Benyamin. Ia mengawali karier di Bens Radio sebagai editor pada 1998 dan mulai mendigitalisasi karya Benyamin pada 2000 saat menjabat sebagai direktur kreatif.
"Tahun 2000 itu siaran mulai pakai komputer,
tape udah ditinggalkan. Mau tidak mau karya Benyamin harus didigitalisasi demi kebutuhan siaran," kata Ali kepada
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
Proses digitalisasi, kata Ali, tidak semudah yang dibayangkan.
Kaset atau piringan hitam harus melalui rekondisi dalam kurun waktu yang tidak bisa ditentukan. Semakin buruk kondisi kaset atau piringan hitam, akan semakin lama proses rekondisi.
Selama proses rekondisi, kaset akan diputar terus menerus agar tidak berjamur. Saat diputar, kaset tidak di-
rewind serta di-
fast forward agar pita kaset tidak goyang. Kaset juga tidak di-
pause sampai habis agar tidak ada bekas di pita.
"Kadang gabus dan roda yang ada di ujung kaset juga diganti, supaya suara bagus dan pita lancar berputar. Kurang lebih rekondisi kaset memakan waktu satu minggu," kata Ali.
Ali juga sempat memasukkan kaset ke dalam lemari es untuk mendapat kualitas suara yang baik. Saran itu ia dapat dari salah satu komunitas yang mengoleksi kaset.
"Setelah rekondisi
nasib-nasiban, kadang suara bagus kadang enggak. Lanjut direkam ke komputer, kemudian kami edit untuk menghilangkan
noise. Kadang kami
copy bagian lagu yang bagus untuk ganti bagian yang jelek," kata Ali.
 Produser Bens Radio Ali Musaid adalah orang dibalik digitalisasi karya Benyamin.(CNN Indonesia/Andito Gilang Pratama) |
Kaset yang menjalani proses digitalisasi merupakan kokeksi pribadi Ali dan terkadang kaset dari komunitas. Tak jarang ia mendapatkan kaser dengan kondisi yang sangat rusak, salah satunya kaset album
Dadada karya Benyamin bersama Koes Ploes.
Kaset keluaran 1983 itu hanya berbunyi "tit" ketika diputar. Berbagai proses rekondisi sudah dilakukan tapi tak memuaskan.
"Satu lagu bisa selamatkan dari kaset itu, kalau enggak salah lagu
Abakikik Abakuk. Itu dapat cuma setengah, ada yang di-
copy pada bagian tengah kemudian dibolak-balik pada akhir lagu. Lagu itu enggak begitu sebenarnya, tapi kerena kebutuhan
on air," kata Ali.
Ali mengatakan rekondisi piringan hitam lebih mudah ketimbang kaset selama piringan hitam atau vinil tidak retak. Jamur pada piringan hitam bisa hilang dengan dilap menggunakan kain.
Piringan hitam harus direkam ke kaset lebih dulu lantaran ketika Ali melakukannya beberapa tahun lalu, belum bisa tersambung ke komputer. Setelah itu baru dilanjutkan rekam ke komputer.
"Dari piringan hitam lebih bagus karena gak ada
noise, paling suara
kretek-kretek, tapi itu bumbu piringan hitam. Dulu kami usahakan satu hari satu lagu," kata Ali.
Mengutip buku biografi
Benyamin S: Muka Kampung Rezeki Kota yang ditulis Ludhy Cahyana dan Muhlis Suhaeri, semasa hidupnya pahlawan budaya itu telah membintangi 61 judul film, serta menyanyikan 312 lagu, baik dinyanyikan secara solo maupun duet.
Jumlah tersebut belum dapat dipastikan sebagai jumlah yang benar. Ketua Yayasan Benyamin Sueb Beno Rachmat memprediksi ada sekitar 500 lagu yang menjadi karya Benyamin.
[Gambas:Youtube]Ali mengatakan sudah mendigitalisasi sekitar 400 lagu karya Benyamin. Sebanyak 80 persen lagi didigitalisasi dari kaset, sedangkan 20 persen dari piringan hitam.
"Album
Kompor Meleduk hampir semua dan album Benyamin sama Ineke semua udah. Yang belum sama sekali album Benyamin sama Herlina Efendi," kata Ali.
Ali melanjutkan, "Ya kalau dihitung per dekade, karya Benyamin di tahun 70-an sudah banyak yang direkam. Karya tahun '80-an masih susah didapat karena paling diuber kolektor. Kalau karya '90-an aman, tidak terlalu banyak soalnya."
Proses digitalisasi berhenti pada 2008 karena semua rilisan Benyamin yang terkumpul sudah didigitalisasi. Digitalisasi akan kembali dilakukan bila memperoleh karya Benyamin yang belum didapat.
Saat ini, kaset dan piringan hitam tersimpan rapi dalam ruangan rumah Biem Triani Benyamin di kawasan Jagakarasa, Jakarta Selatan. Biem Triani yang merupakan anak ketiga Benyamin dengan Noni, istri pertamanya.
(end)