Jakarta, CNN Indonesia -- Pesta dansa musik elektronik atau
rave party yang digelar secara ilegal di London meningkat dua kali lipat dalam satu tahun belakangan.
Sepanjang 2017 polisi telah mengetahui 133 rencana pesta liar yang tidak punya izin tempat maupun keramaian. Jumlah itu meningkat drastis dibanding tahun sebelumnya, yang hanya ada 70
rave party.
Biasanya pesta-pesta itu digelar di gudang pabrik atau bangunan yang terbengkalai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditutupnya kelab-kelab malam di London menjadi alasan di balik peningkatan
rave party itu. Tercatat, lebih dari 50 persen club di London tutup sepanjang tahun 2005 sampai 2015.
Dua diantaranya adalah Cable dan Plastic People, tempat yang biasa dipakai pesta.
Harga minuman beralkohol di Inggris juga meningkat. Sebuah survei yang digagas kelompok pembela hak konsumen, Camra pada September lalu menyebut bahwa bersenang-senang di pub kini menjadi hal yang mewah dan tak terjangkau.
Akibatnya, publik terutama anak muda mencari alternatif.
"Banyak anak muda mencari sesuatu yang lebih transgresif [seperti rave party]. Saya pikir itu merupakan pembawaan dari remaja usia awal 20 tahunan, mereka ingin melakukan hal yang tidak seharusnya mereka lakukan," kata DJ Bill Brewster, seperti dikutip
The Guardian.
Brewster melanjutkan, "Meski rave party itu ilegal, kebanyakan dari acara itu tidak terlalu bermasalah selain mengganggu orang yang tidur malam hari."
Brewster menjelaskan sebenarnya banyak klub malam yang mungkin bisa menjadi tempat pesta. Namun, ia mengakui bahwa semakin sulit mengadakan pesta di tengah kota.
Kepala Bagian Kriminal Kepolisian London John Oldham mengatakan, pihaknya akan terus menyelidiki
rave party ilegal. Kepolisian akan mencari siapa yang menyelanggarakan
rave party itu dan mencari di mana mereka tinggal.
"Kami siap menangani masalah ini dan menjalankan operasi intelijen yang lebih tinggi untuk menyelidiki," kata Oldham.
(rsa)