Jakarta, CNN Indonesia -- Nama
Candra Darusman mungkin asing di telinga pecinta musik era 2000-an. Tapi nama Candra sangat eksis pada era 1970-an hingga 1990-an.
Karier dalam belantika musik dimulai Candra dengan bergabung dalam band Chaseiro pada 1978. Kala itu ia berperan sebagai vokalis dan kibordis.
Selain Chaseiro, musisi asal Bandung ini juga tergabung dalam band Karimata. Walau tak pernah menyatakan bubar, Karimata vakum sejak tahun 1991.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya tergabung dalam band, Candra juga merilis karya sendiri. Tercatat ia pernah merilis dua album solo bertajuk
Indahnya Sepi (1981) dan
Kekagumanku (1983).
Tahun ini Candra kembali menghasilkan sebuah album. Tak lagi berperan sebagai vokalis atau kibordis, kali ini sejumlah musisi lintas generasi membawakan ulang 14 lagu Candra yang sudah pernah dirilis.
Album diberi judul
Detik Waktu: Perjalanan Karya Cipta Candra Darusman yang dirilis dibawah naungan label Signature Music Indonesia.
Pemuda (Marcel, Once dan Sammy),
Kau (Glenn Fredly),
Rintangan (Shili dan Adi),
Senantiasa (Andien),
Lautan Kenangan (Maliq & d'Essentials) dan
Detik Waktu (Adikara Fardy) adalah sederet lagu dalam album tersebut.
Selain itu, juga terdapat lagu
Hanya Membekas Kini (Sheila Majid),
Kekagumanku (Afgan),
Perkenalan Perdana (Monita Tahalea),
Indahnya Sepi (Mondo Gascaro dan White Shoes & The Couples Company),
Ceria (5Romeo),
Dunia di Batas Senja (Candra Darusman dan Fariz RM) dan
It's Amazing (Candra Darusman).
"Proses pemilihan lagu dan siapa musisi yang menyanyikan melalui proses yang panjang. Satu per satu dibahas bahkan sampai pakai angket," kata Candra di Kemang, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Candra mengatakan lagu tersebut merepresentasikan sosoknya yang berkarier selama ini. Terutama lagu
Kau,
Pemuda,
Kekagumanku dan
Indahnya Sepi.
 Selain balik aktif bermusik, Candra Darusman bekerja di World Intellectual Property Organization (WIPO). (CNN Indonesia/M. Andika Putra) |
Bukan hanya melibatkan penyanyi, Candra juga melibatkan penyusun musik dalam abum tersebut. Beberapa di antaranya adalah Addie MS dan Erwin Gutawa.
Candra menilai semua pihak yang terlibat dalam album ini bekerja sepenuh hati. Bahkan ada salah satu penyusun musik yang tidak ingin menerima bayaran, namun Candra enggan menyebut siapa musisi yang dimaksud.
Saat proses pengerjaan, Candra membiarkan penyanyi dan penyusun musik untuk bereksplorasi. Ia hanya memberi sedikit arahan agar lagu tersebut tetap terasa unsur Candra.
"Misal, saya beri arahan waktu itu Maliq & d'Essentials untuk nambahin instrumen bas sedikit. Kemudian mereka lakukan itu," kata Candra.
Tak disangka, album yang dirilis pada 3 Maret lalu itu laris di pasaran. Cetakan pertama album sebanyak seribu keping sudah habis. Kini Demajors selaku distributor sedang produksi album cetakan kedua.
Di tengah bermusik, Candra bekerja di World Intellectual Property Organization (WIPO) sebagai deputi direktur biro. Ia berdomisili di Singapura dan terkadang ia ke Jenewa, Swiss.
Sebagai organisasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), kata Candra, WIPO fokus melindungi apapun yang berkaitan dengan kekayaan intelektual. WIPO membantu negara memiliki sistem hak kekayaan intelektual (HKI) yang baik.
Candra memang peduli dengan hak cipta sejak masih di Indonesia. Pada tahun 1991 ia membuat Yayasan Karya Cipta Indonesia (YKCI) untuk melindungi karya pekerja seni.
"Pada 2001 ada lowongan di WIPO. Jadi saya mau lebih tahu lagi di luar negeri bagaimana. Setelah saya pelajari, di negara lain juga ada pelanggaran HKI, sama saja," kata Candra.
Candra menjelaskan teknologi yang serba digital adalah masalah utama dalam perlindungan HKI saat ini. Dalam musik misalnya, siapa pun dengan mudah bisa mengunggah album dari musisi ke media sosial.
Tindakan seperti itu berpeluang terjadi pembajakan karya. Belum lagi bisa membuat orang tidak membeli karya musisi lantaran sudah mendengar lewat media sosial.
"Perlindungan HKI yang bagus itu di Swedia, mereka sukses beralih ke digital. Di sana juga minim pembajakan," kata Candra.
Sejak Senin (2/4) lalu, Candra sudah kembali ke Singapura untuk bekerja. Tapi ia tak lupa bermusik karena ada piano yang menemaninya di apartemen. Bahkan piano itu distem enam bulan sekali agar suara tetap stabil.
"Saya, walau enggak aktif bermusik, bikin lagu dengan main piano. Lagu
It's Amazing pada album itu saya buat pada 2008. Kurang lebih ada 15 lagu yang saya buat," kata Candra.
Masa jabatan Candra akan berakhir pada 2019. Jabatan itu sangat mungkin diperpanjang sampai 2022 namun Candra sangat ingin kembali ke Indonesia.
Candra berencana akan tetap memantau sistem HKI di Indonesia. Ia juga akan kembali fokus bermusik, walau hanya ingin menjadi musisi belakang layar.
(res)