Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Vira Talisa menjadi perbincangan hangat sejak ia merilis mini album dengan namanya sendiri pada akhir 2016. Dengan senandung yang halus, diirinya alunan musik mengayun, Vira bagai suara baru di dunia musik, yang mengusung genre retro pop dalam mini albumnya.
Vira tidak sengaja memilih genre itu. Ia bahkan sebelumnya tidak punya rencana untuk menekuni profesi musisi. Semua itu, kata Vira, berawal ketika ia berkuliah di Jurusan Arts Plastiques Universitas Rennes II, Prancis, pada 2012 lalu.
"Sejak di Prancis saya memutuskan untuk serius bermusik, karena lingkungan dan teman-teman yang mendorong. Dulu sering menulis dan merekam lagu, tapi enggak pernah menganggap serius," kata Vira saat mengunjungi kantor
CNNIndonesia.com beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Vira memang sudah suka musik sejak lama. Sembari kuliah, ia sering berkunjung ke perpustakaan kota Rennes untuk meminjam cakram padat atau compact disc (CD) sejumlah musisi. Nama-nama musisi zaman dulu seperti Peggy Lee, Herbie Hancock, Aretha Franklin dan The Cordettes mengisi kupingnya. Di samping itu, ia juga menyukai The Beach Boys.
Secara tidak langsung musisi itu memengaruhi musik Vira. Terlebih ia sering datang ke berbagai acara musik di Rennes, sampai akhirnya kenal dengan sejumlah musisi.
Musisi berusia 24 tahun itu juga mengisi waktu lowong saat kuliah dengan menyanyikan ulang lagu musisi lain yang kemudian diunggah di Soundcloud. Terkadang ia menyisipkan lagu-lagu yang ia tulis dan produksi sendiri.
"Soundcloud berperan banget dalam musik saya, kalau enggak ada Soundlcoud mungkin saya enggak berani," kata Vira.
Seiring berjalannya waktu, Vira merekam lagu yang melibatkan tujuh musisi Prancis, salah satunya Romain Baousson, yang berperan sebagai prosuder. Lima lagu ia rekam:
If I See You Tomorrow, Into Dust, Get Up Get Down, Walking Back Home, dan
Whirlwind.Sesampainya di Indonesia pada 2016, keluarga sempat kaget Vira menjadi musisi. Untungnya mereka tak menentang. Keluarga Vira memang sudah akrab dengan dunia itu. Sebelumnya pun sudah ada keluarga yang menjadi musisi.
"Yang jadi musisi kebanyakan angkatan nenek saya. Kebetulan nenek saya sepupuan sama eyang Titiek Puspa, mereka jadi contoh musisi dalam keluarga. Mungkin saya dianggap generasi baru eyang Titiek dalam keluarga," kata Vira sambil tertawa.
Ia pun tak ragu lagi merilis lagu-lagu yang dahulu direkamnya dalam mini album.
Mini album itulah yang mengantar Vira mendapat nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI) Award 2017 untuk kategori Pendatang Baru Terbaik. Tidak juara memang, tapi bisa masuk nominasi AMI merupakan pencapaian tersendiri untuk seorang musisi baru sepertinya.
Seperti roda yang beputar, Vira tak selalu beruntung dalam bermusik. Ia pernah berada pada tahap ingin menyerah menjadi musisi padahal sudah merilis mini album.
"Saat itu saya ngobrol sama manajer, reformasi personel dengan mencari yang baru, dan dari situ seperti mendapat energi baru. Di saat bersamaan dukungan dari keluarga mulai tumbuh," kata Vira bercerita soal bagaimana ia mengatasi titik terendah itu.
Tahap itu terlewati, Vira semakin percaya diri. Beberapa pekan lalu ia kembali merilis lagu Janji Wibawa yang disusul dengan peluncuran musik video. Tembang itu akan masuk dalam album perdananya yang direncanakan rilis pada Agustus mendatang.
Kemudian pada Jumat (4/10) lalu ia mendapat penghargaan Alumni Award untuk kategori Talenta Muda dari Kedutaan Besar (Kedubes) Prancis untuk Indonesia. Penghargaan itu diberikan kepada orang Indonesia yang pernah menimba ilmu di Prancis.
Cerita Vira Talisa dan musik retro popnya masih berlanjut di
CNNIndonesia.com Music at Newsroom yang tayang Rabu (23/5) pukul 14.00 hingga 15.00 WIB.
(rsa)