Jakarta, CNN Indonesia -- Vokalis
Paramore Hayley Williams nyaris menangis saat menatap ponselnya beberapa waktu lalu. Ia menemukan sepenggal lirik yang sempat ditulisnya, namun tak pernah selesai.
"
Sanity, why must you make a fool of me/ You been a friend to me, now I think we're enemies/ When I fall on my knees I hear you laughing/ When I call on your name, you don't come," demikian penggalan lirik itu ditulis ulang Hayley dalam esainya untuk
Paper.
Lirik itu seharusnya ia selesaikan bersama personel lain, Taylor York dan menjadi bahan untuk album kelima mereka. Namun itu seperti jalan tak berujung. Kini, itu menyadarkan Hayley betapa dahulu alam bawah sadarnya sudah mengirim sinyal dirinya tak baik-baik saja.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam esai yang ditulisnya sendiri, Hayley mengungkapkan bahwa ia merasa seperti gadis 26 tahun berambut pirang yang hendak menyongsong kehidupan sempurna. Itu tahun 2015. Ia akan menikah. Piala Grammy baru saja ia menangkan. Ia ada di kampung halamannya di Nashville.
"Saya akan menikah September itu, bersantai sejenak, menanam tanaman, punya anak, membuat album Paramore yang lain. Semuanya akhirnya akan menjadi sempurna dan saya akan hidup bahagia selamanya," tulis Hayley. Namun kenyataannya, gadis periang itu terbungkam.
Tarian, nyanyian dan tawanya di sepanjang tepi jalan terempas piano yang mendadak dijatuhkan seseorang dari apartemen tepat di atasnya. Tepat mengenainya.
 Hayley Williams bersama personel lawas Paramore. (Christopher Polk/Getty Images for CBS Radio Inc./AFP) |
Hayley seakan melihat gadis itu bangkit, namun tak lagi sesempurna sebelumnya.
"Saya terbangun dari tabrakan itu dengan anggota band yang berkurang satu, perkelahian lain tentang uang dan siapa yang akan menulis lagu apa. Dan saya punya cincin kawin di tangan, meski telah membatalkan pertunangan beberapa bulan sebelumnya," tulis Hayley.
Semua terjadi begitu cepat. Benar-benar seperti piano yang diempaskan dari atas. Hayley sendiri masih ragu untuk menyebutnya 'depresi.' Yang jelas, ia merasa tersiksa.
"Saya tidak makan, saya tidak tidur, saya tidak tertawa ... untuk waktu yang lama," ujarnya.
Ia memaksa diri menulis lagu. Hayley menyadari bagian yang ditulisnya terasa begitu menyedihkan, sampai mendengarnya pun bak menyaksikan seseorang tewas di depan mata.
Namun menulis juga membuatnya tetap hidup. "Memaksa saya untuk jujur. Membuat saya jadi punya empati terhadap Taylor tentang perjuangannya dengan kesehatan mental."
"Itu [menulis] membuat saya menyadari tidak seharusnya saya [tetap] menikahi mantan kekasih saya dan cinta bukanlah sesuatu yang bisa kita ambil dari orang lain," lanjutnya dalam
Paper.
Setelah masa-masa kelam pikirannya terlampaui, bersama Paramore yang kini digawangi Taylor dan Zac Farro (Josh Farro dan Jeremy Davis hengkang) Hayley berhasil menyambung nyawa. Tahun lalu, Paramore meluncurkan album
After Laughter. Salah satu lagunya:
Hard Times.
Hayley pun sudah melewati masa berat setelah perceraiannya dengan musisi Chad Gilbert, yang dinikahinya pada Februari 2016 tapi kemudian berpisah pada Juli 2017. Hidupnya mungkin tak sesempurna yang ia bayangkan, dengan tanaman di kebun dan tawa anak-anak.
Namun bersama Paramore, ia kini sibuk kembali menjalani tur dunia.
Band itu bahkan akan menginjakkan kaki di Indonesia pada 25 Agustus mendatang, setelah Februari lalu penampilan mereka tertunda karena Hayley disebut sakit tenggorokan.
"Inilah yang saya sebut
Life with AL-kependekan dari
After Laughter. Sedikit bodoh, tapi membuat saya menandai masa ini sebagai titik balik yang signifikan dalam hidup saya."
Hayley menutup esainya, "Saya hidup untuk rasa sakit dan bahagia sekarang. Saya punya tawa saya kembali, seperti kata ibu saya. Beberapa tahun yang lalu, saya berharap saya mati."
(rsa)