Amsterdam, CNN Indonesia -- Kerumunan orang memadati depan salah satu bangunan yang berjajar di Jalan Reguliersbreestraat, Amsterdam, Senin (23/7) sore waktu setempat. Mereka berkumpul di depan salah satu gedung tertua di kota tersebut, bioskop Tuschinski.
Bangunan itu memang sudah biasa ramai. Ia bukan hanya bangunan tertua yang dibangun pada 1919. Tuschinski juga bioskop yang dianggap prestise. Ia kerap digunakan sebagai lokasi tayang perdana sebuah film, seperti Senin sore yang mencuri perhatian itu.
Tuschinski akrab menyambut film-film komersial besar dari Hollywood. Namun agenda penayangan perdana film kali itu bukan untuk
Avengers, Mission Impossible atau
James Bond.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Masyarakat setempat yang menoleh penasaran pada kerumunan di sana tidak akan menemukan wajah artis papan atas Hollywood yang mudah dikenal terpajang di poster-posternya.
Hanya ada wajah pria berkumis tebal, tatapannya serius namun penuh kegalauan, berdiri di atas sebuah jembatan yang tak asing bagi penduduk Amsterdam.
Poster yang menghiasi berbagai titik bioskop Tuschinski itu adalah film
Si Doel The Movie. Film asli Indonesia, yang diarahkan dan dimainkan orang Indonesia, bahkan membawa budaya Betawi, meski syuting di Amsterdam. Karakter Si Doel lekat dengan Indonesia sejak 1970-an.
 Rano Karno sebagai Si Doel, pria berkumis tebal yang terpampang di poster-poster film di bioskop Tuschinski, Amsterdam, Senin (23/7) sore waktu setempat. (dok. Falcon Pictures) |
Kumpulan orang di depan Tuschinski pun tampak antusias menunggu dan melongok kegiatan premier film Indonesia tersebut. Kebanyakan dari mereka adalah ibu-ibu berwajah Asia Tenggara. Sedikit menguping pembicaraan mereka, terdengar bahasa Indonesia nan kental.
Tapi ada seorang pria bule paruh baya berkemeja putih, kacamata hitam, tampak 'nyempil' di antara ibu-ibu itu. Leo, pria asli Amsterdam, harus bersabar menunggu masuk.
"Saya belum pernah nonton film Indonesia sebelumnya, tapi penasaran ingin lihat," kata Leo saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com sebelum acara tayang perdana
Si Doel The Movie.
Leo tak datang sendiri. Ia ditemani istrinya dan anaknya. Mereka tampak tak terganggu melihat kehebohan ibu-ibu penggemar Doel, walau mengaku tak begitu paham soal film ini.
"Saya dapat undangannya dari keponakan saya. Ia dapat dari Christine Hakim. Karena diberi tahu dan penasaran, ya sudah lihat saja," katanya.
Bila Leo terdorong akan rasa penasaran "seperti apa film Indonesia," berbeda dengan Alec. Pria paruh baya yang juga asli Amsterdam itu datang menemani istrinya, seorang wanita Indonesia, yang memang penggemar Doel.
"Saya belum pernah menonton [Doel] sebelumnya. Namun saya tahu istri saya fan berat Rano Karno," kata Alec mengisahkan soal istrinya, Nyoman.
"Saya hanya diajak oleh istri, dia bilang dapat undangan menonton premier film Indonesia pada Senin dan bertanya apa saya dapat menemaninya. Saya cek jadwal dan ternyata lowong, ya sudah datang saja," terang Alec ceplas-ceplos.
Nyoman, istri Alec, terlihat bersemangat bakal menonton dan bertemu dengan idolanya sejak masih gadis. Ia menyiapkan pakaian serapi mungkin, tak lupa sedikit menyasak rambut untuk bertemu idolanya itu.
 Si Doel dan Mandra diceritakan sampai ke Belanda. (dok. Falcon Pictures) |
"Saya ke sini mau lihat Rano Karno. Dia kesayangan saya sejak masih kecil," kata Nyoman tertawa malu-malu. Alec melirik melihat tingkah istrinya. "Film terakhir dia yang saya tonton itu
Gita Cinta dari SMA [1979]!"
Nyoman menyebut mendapatkan undangan
Si Doel The Movie dari kawannya yang ikut membantu mempersiapkan premiere di Tuschinski. Ia dan Alec yang tinggal di West Amsterdam selama 29 tahun pun menyempatkan hadir.
"Saya kangen ada film Indonesia. Ini terasa nostalgia," kata Nyoman.
"Ya saya harap ini berjalan dengan baik, seru juga melihat ini semua," timpal Alec.
[Gambas:Video CNN]Tayangnya
Si Doel The Movie di Amsterdam nyatanya bukan hanya soal gengsi menyelenggarakan premier film Indonesia di negeri orang. Banyaknya permintaan dari warga Indonesia yang haus akan kenangan di kampung halaman di masa lalu juga mendorong itu terwujud.
Hal itu diakui sendiri oleh Frederica, produser
Si Doel The Movie kala berbincang dengan
CNNIndonesia.com dalam kesempatan terpisah.
Banyaknya antusiasme yang diklaim diterima pihak Frederica dan Rano Karno selama syuting
Si Doel The Movie di Belanda bak penyemangat Falcon melakukan premier di Belanda.
Falcon Pictures dan Rano Karno selaku sutradara film berani merogoh kocek besar untuk mengadakan premiere di tempat prestise itu. Falcon setidaknya membawa 80 orang dari Indonesia ke Amsterdam yang terdiri dari pemain, kru dan media.
Belum lagi soal akomodasi seluruh rombongan dari Indonesia, biaya menyewa Tuschinski yang dipastikan tidaklah murah, dan menyewa sebuah event organizer di Belanda yang mengurus segala keperluan premier
Si Doel The Movie.
Miliaran rupiah ditaksir sudah keluar hanya untuk premier
Si Doel The Movie.
 Si Doel dikisahkan 'mengejar' Sarah ke Belanda. (dok. Falcon Pictures) |
"Biayanya? Besar lah pasti, kita berangkatin berapa orang juga bisa dilihatlah berapa. Tapi semuanya dilihat dari keseriusan kita juga, kita mesti membawa film Indonesia ke yang lebih keren," kata Frederica.
Di sisi lain, pemilihan Belanda juga terkait dari cerita film yang menuntut 80 persen kegiatan produksi dilakukan di Amsterdam. Pun, sudah jadi ambisi lama Frederica mampu menayangkan film di luar negeri.
Frederica mengakui sudah mengincar Tuschinski kala memproduksi
Negeri Van Oranje (2015). Saat itu keinginannya harus gagal. Hingga kemudian sekitar 2016, Rano Karno datang kepada Falcon untuk menawarkan proyek
Si Doel The Movie.
[Gambas:Youtube]"Iyalah langsung
say yes. Seneng pasti,
excited pasti," kata Frederica. "Memang sudah kenal lama dan ada pembicaraan-pembicaraan sebelumnya, tanpa ragu mengiyakan karena kita lihat potensinya besar dan kita senang dengan hal baru. Apa pun hasilnya."
"Kami mencoba menghubungi pihak yang mengurusi premiere ini dan mereka kaget karena belum pernah ada sebelumnya film Indonesia premier di luar negeri. Biasanya muterinnya di KBRI," kata Frederica.
Namun Frederica tak mau filmnya hanya diputar di KBRI.
 'Si Doel The Movie' masih dibintangi pemain-pemain lawas. (dok. Falcon Pictures) |
"Beneran ingin di bioskop. Dan mereka juga semangat karena kami serius, bukan cuma tayang di auditorium, dan Tuschinski jadi salah satu tempat prestisius di sini," katanya.
Frederica mengakui, tak mudah bisa menayangkan Si Doel di layar Tuschinski. Dengan banyaknya persyaratan dari Pemerintah Belanda sejak masa produksi, Falcon lebih percaya diri untuk jalan sendiri.
Kepercayaan diri untuk menggelar tayang perdana dan memproduksi film di luar negeri sejatinya bukan hanya bisa dilakukan oleh perusahaan sebesar Falcon. Semua sineas juga bisa melakukan hal yang sama.
Fikry Cassidy, wakil duta besar Indonesia untuk Belanda memastikan hal tersebut.
"Paling mudah adalah menghubungi Pak Dubes, nanti ada bagiannya, dan dibantu. Nanti kami bisa memberikan rekomendasi dan saran bila ingin tampil di sini," kata Fikry saat ditemui
CNNIndonesia.com di gala premier
Si Doel The Movie.
Namun, ia menambahkan, sineas harus memahami mekanisme perizinan sebelum mengajukannya.
Kini,
Si Doel telah mencetak sejarah baru sebagai film Indonesia pertama yang rilis perdana secara komersial di luar negeri. Film ini padahal baru resmi tayang di bioskop di Indonesia pada 2 Agustus.
"Mudah-mudahan dengan adanya film ini semua bisa bernostalgia dan bisa tahu kelanjutan sinetronnya. Dan film ini dimainkan oleh pemain aslinya," kata Frederica. "Banyak yang meragukan awalnya, tapi kita mesti coba buktiin mereka berikan yang terbaik."
(end/rsa)