Jakarta, CNN Indonesia -- Komite Seleksi Film Indonesia telah memilih film '
Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak' sebagai perwakilan ke
Oscar 2019. Mereka menyebut ada banyak alasan mengapa Marlina dipandang layak membawa nama Indonesia.
Komite menyebut ada 101 film lokal yang diseleksi untuk mendapatkan wakil Indonesia ke Oscar. Namun mengingat hanya bisa satu film, maka mereka harus menyeleksi dengan amat ketat.
Bahkan aktor senior Mathias Muchus yang juga anggota komite tersebut berkelakar dirinya bisa mendapat banyak musuh karena perdebatan alot yang terjadi kala pemilihan berlangsung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah pemilihan yang dimulai sejak Agustus, ketiga belas anggota komite pun sepakat memilih 'Marlina' karena dinilai sesuai dengan tema dan isu sosial yang ingin diangkat.
"Isu dalam film 'Marlina' cocok karena ngambil tema kemanusiaan dan gender," kata aktor Reza Rahadian yang juga anggota seleksi film ini, kala jumpa media di Jakarta, Selasa (18/9).
"'Marlina' punya kearifan lokal yang tinggi, dari segi
setting, tempat, cerita, dan bahasa yang Indonesia banget. Itu kenapa 'Marlina' kami pilih untuk Oscar," lanjutnya.
Sedangkan produser film yang mengisahkan perjuangan hidup seorang janda di Sumba, NTT itu, Fauzan Zidni mengatakan bahwa pergerakan #MeToo di Amerika Serikat juga jadi bahan pertimbangan bagi komite.
Menurut Fauzan, nilai #MeToo yang masih jadi bagian kemanusiaan dan tren di Amerika Serikat dianggap masih sesuai dengan isu yang dibawa 'Marlina'.
[Gambas:Instagram]Pergerakan sosial bertagar #MeToo kian ramai di media sosial karena mendorong wanita dari seluruh dunia untuk angkat bicara mengenai pengalaman pelecehan seksual.
Tak hanya itu, pengakuan 'Marlina' di kancah internasional juga dianggap menjadi peluang baik untuk lebih dikenal juri Oscar sehingga memperbesar peluang jadi nominasi.
"'Marlina' kan pernah masuk bioskop di Amerika Serikat selama tiga minggu, jadi harapannya distribusi dan promosinya akan lebih mudah," ujar Ketua Umum Persaturan Perusahaan Film Indonesia (PPFI) Firman Bintang.
Ketua Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbang Film) Kemendikbud, Maman Wijaya menyebut kualitas
Marlina yang sudah diakui di berbagai festival bisa jadi faktor unggul di antara film Asia lainnya.
Untuk proses pengiriman 'Marlina' ke Oscar, ketua Komite Seleksi Film Indonesia, Christine Hakim mengaku pihaknya mendapatkan bantuan dari pemerintah dalam bentuk dana untuk promosi film tersebut ke enam ribuan juri Oscar.
Dukungan itu diberikan dengan harapan, untuk kali pertama selama 31 kali mengirim film ke Oscar, Indonesia bisa 'pecah telor' masuk nominasi.
"Target kami cukup sampai dinominasikan. Sebenarnya apa yang kami lakukan lebih untuk memotivasi dan membangkitkan semangat sineas di Indonesia untuk semakin berprestasi di ajang internasional," ujar Maman.
Didukung NetizenPemilihan
Marlina ke Oscar juga dipilih oleh netizen Indonesia. Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh
CNNIndonesia.com, film garapan Mouly Surya tersebut menjadi film yang paling banyak dijagokan untuk maju ke Academy Awards ke-91.
Sebanyak 67 persen responden menjagokan
Marlina dibandingkan dua film lainnya,
Sekala Niskala dan
Pai Kau. Ketiganya merupakan film yang banyak mendapatkan nilai positif dari para kritikus.
Marlina yang di luar negeri dikenal dengan nama
Marlina The Murderer in Four Acts mendapatkan nilai 97 persen di lamar agregator
Rotten Tomatoes, berdasarkan ulasan dari 35 kritikus.
Sedangkan
Sekala Niskala yang dikenal dengan
The Seen and Unseen mendapatkan nilai 100 persen di laman agregator
Rotten Tomatoes, berdasarkan delapan ulasan. Film 'Pai Kau' yang rilis pada 2018 pun disebut salah satu film dengan cerita budaya yang kuat.
Namun faktor populis karena muncul di bioskop dan mendapatkan publikasi cukup luas di Indonesia menjadikan Marlina bisa memperoleh dukungan sebagian besar netizen, walaupun secara komersil film ini tak sampai 200 ribu tiket terjual.
[Gambas:Youtube]Film
Sekala Niskala yang merupakan garapan dan ditulis Kamila Andini, putri dari sutradara kondang Garin Nugroho itu mengisahkan sepasang anak kembar, Tantra dan Tantri yang mengulik pengalaman spiritual sarat kearifan lokal, mitos, cerita rakyat, tradisi, serta budaya Bali.
Film
Sekala Niskala tayang perdana di program Platform, Toronto International Film Festival (TIFF). Platform adalah ajang paling prestisius di TIFF. Film ini mengikuti jejak film Moonlight, Film Terbaik Oscar 2017, yang mengawali penayangan perdananya pada program yang sama di TIFF.
The Seen and Unseen merupakan filosofi hidup masyarakat Bali yang dikenal dengan Sekala Niskala. Filosofi itu berarti hidup selaras dengan semua yang terlihat dan tidak terlihat.
(tsy/end)