Jakarta, CNN Indonesia -- Proses adaptasi grup musik
Cokelat terhadap tren musik masa kini berbuah single bertajuk
Peralihan Hati. Rilis pada pekan lalu, suara synthesizer dominan terdengar pada single keempat dari album ke-sembilan grup musik yang digawangi Ronny Febry dan kawan-kawan ini.
Dalam wawancaranya dengan CNNIndonesia.com, Cokelat mengaku ingin terus naik kelas dalam karier bermusiknya termasuk mampu membuat karya yang sedang hangat digandrungi masyarakat.
Pada awal pembuatannya, tembang
Peralihan Hati ini justru tak memiliki unsur elektronik sama sekali. Namun di delapan bulan masa penggarapan, lagu ini mengalami proses bongkar pasang. Termasuk penambahan suara synthesizer yang datang dari gagasan sang produser, Irwan Simajuntak.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tanpa synthe, (lagu ini) akan jadi lagu Cokelat yang biasa atau pada umumnya saja. Ketika sudah ada synthe, gue inget banget, beat-nya langsung berubah," jelas sang gitaris, Edwin Marshal.
Sesungguhnya, bukan kali pertama grup musik asal Bandung ini menghadirkan unsur elektronik serupa. Dalam album ketiga
Rasa Baru dan kelima
Dari Hati. Namun, di single ini mereka menyelipkan nuansa 80-an atau
new wave di dalamnya. Layaknya musik
new wave lainnya, Cokelat berharap lagu ini mampu memancing pendengarnya untuk menari atau sekadar bergoyang.
Peralihan Hati merupakan single keempat dari total sembilan single yang akan hadir di album kompilasi Cokelat. Sebelumnya, mereka telah merilis single bertajuk
Dikhianati,
Cinta Matiku, dan
Garuda.
ami
"Kita punya
plan rilis single lagi tapi dalam bentuk album kompilasi. Sudah merilis empat single, jadi tinggal lima lagu lagi yang belum rilis," jelas sang pentolan, Ronny.
Bongkar-Pasang Personel
Berkarier selama 23 tahun di industri musik Indonesia, grup musik Cokelat kerap bergonta-ganti personel. Bahkan sampai saat ini hanya tinggal Ronny Febry yang bertahan dari antara personel Cokelat pada formasi awal debut.
"Ganti personel itu ribet banget, nggak mudah. Latihan lagi dari awal, mulai dari nol. Tapi kenyataannya Cokelat harus mengalami itu," ujar Ronny.
"Ini adalah identitas gua dan gua akan pertahankan. Kalau sering ganti personel terus gue nyerah dengan bikin band baru menurut gue cemen aja sih. Lebih baik gue mempertahankan apa yang gue percaya. Kalau temen-temen yang dulu di Cokelat tidak berpikir seperti itu, gue nggak salahin," tambahnya.
Ronny sendiri mengakui dirinya tak ingin lagi ada pergantian personel, namun ia hanya ingin menganggap hal tersebut sebagai pembelajaran untuk lebih menyelaraskan fokus semua personel.
Perjalanan Cokelat untuk tetap utuh memang tak mudah. Mulai dari hengkangnya sang vokalis, Kikan dan Ervin Syam Ilyas, sang drummer di 2010. Personel pun berganti dengan Sarah Hadju yang duduk di kursi vokalis dan posisi drum dipegang oleh Otto Trijati Pambudi.
Satu setengah tahun kemudian, Cokelat harus kembali sibuk mencari vokalis. Alasan ketidakcocokan menjadi sebab Sarah keluar dari grup musik ini. Akhirnya pada 2011, Cokelat mengadakan audisi pencarian vokalis dan menambatkan pilihan pada sosok Jackline Rossy yang resmi menjadi vokalis Cokelat pada 2012.
Selang tiga tahun, gebukan drum Otto untuk Cokelat harus terhenti. Resmi digantikan oleh Axel Andaviar pada awal 2018, Cokelat pun memulai kembali dengan formasi Ronny, Jackline, Edwin, dan Axel.
"Waktu itu ngiringin Om Edwin, lalu sebelum naik panggung saya samperin. Saya tunjukin sudah suka Cokelat mulai dari kecil dan bawa buktinya kalau waktu SD pernah mainin lagu-lagu hits mereka," ungkap Axel.
Sedari kecil mengidolakan Cokelat, putra gitaris Rif, Ovy Rachmansyah, ini kerap merasa bernostalgia kala manggung bersama Cokelat.
"Lagu-lagunya gua dengerin pas berangkat sekolah sampai pulang, lalu pas besar bisa ada di posisi drum dengan tokoh-tokohnya di hadapan gua. Itu nostalgia dan
happy-nya keluar lagi, bahkan kalau ngomongin bisa merinding lagi," tuturnya.
(rea)