Jakarta, CNN Indonesia -- Kepergian sastrawan dan novelis
Nh Dini pada Selasa (4/12) kemarin meninggalkan duka yang begitu mendalam bagi aktris dan produser
Happy Salma. Pasalnya, sepekan yang lalu, seharusnya menjadi waktu pertama bagi Happy bertatap muka dengan sang penulis idola.
Pada pertemuan itu, Happy yang belakangan aktif berada di balik Titimangsa Foundation, berencana mengutarakan niat untuk mengalihwahanakan salah satu karya Dini ke panggung teater. Namun sayang, rencana pertemuan itu terpaksa dibatalkan karena waktu yang dianggapnya kurang bersahabat.
Hingga Dini menghembuskan nafas terakhirnya pada usia 82 tahun, rencana Happy bertemu serta silaturahmi akhirnya tak terwujud.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sudah beberapa tahun ini saya ingin mengangkat karya dia, tapi masih berpikir yang mana ya. Akhirnya setahun yang lalu saya memutuskan untuk mengadaptasi salah satunya buku Nh Dini yang
Pangeran dari Seberang," ucap Happy saat dihubungi via telepon oleh
CNNIndonesia.com, Rabu (5/12).
Dia menambahkan, "Itu sudah mau ngobrolin dan segala macam, mau silahturahmi dan menyampaikan apresiasi saya pribadi bahwa dia sudah begitu banyak memberi sumbangsih dan inspirasi. Eh pas kemarin dapat kabar meninggal, sedih banget."
Happy lantas mengungkapkan bahwa dia ingin mementaskan pertunjukan yang diadaptasi dari karya Dini pada Februari tahun depan. Hingga kini, ia mengaku naskah pertunjukan telah rampung. Oleh karenanya, ia ingin menunjukkan itu pada sang pemilik cerita sekaligus mengundangnya untuk hadir menonton pementasan secara langsung.
"Saya belum pernah ketemu langsung, telepon juga belum, selama ini hanya lewat penulis [naskah] saja yang berhubungan. Jadi saya ingin ketemu langsung tadinya gitu, ingin dia hadir Februari nanti," ungkapnya bersedih.
Terlepas dari pupusnya harapan Happy menemui Dini secara langsung, ia tetap memiliki kekaguman tersendiri. Baginya pribadi, dia menganggap sastrawan kelahiran Semarang 29 Februari 1936 itu merupakan sosok penulis yang produktif.
Dengan membaca karyanya, ia merasa seperti mengikuti perjalanan hidup Dini. Bahkan, ia mengaku seolah telah mengenalnya secara pribadi.
"Saya seperti mengikuti masa kecilnya, bagaimana dia dengan orangtuanya, pengaruh ibunya, juga sampai akhirnya jadi pramugari, menikah dengan warga negara Prancis, dan punya anak-anak, akhirnya berpisah, ini jadi kayak mengikuti dia banget walau banyak cerita -cerita fiksinya dia. Sedikit banyak saya jadi kayak bolak-balik dengan kehidupan nyatanya dia," tutur Happy.
Lebih lanjut, Happy kemudian mengungkapkan bahwa karya yang hendak diangkatnya menjadi pementasan merupakan salah satu yang terfavorit. Dari sana, ia mengenal betapa pentingnya sosok Amir Hamzah untuk kesusasteraan, bahasa Indonesia, dan sejarah indonesia. Menurutnya, kehidupan Amir Hamzah digambarkan dengan begitu indah oleh Dini.
"Selain itu, karyanya dia yang
Pada Sebuah Kapal,
Namaku Hiroko, terus yang saya suka juga yang dia di Lembang, di Jakarta, saya lupa judulnya," tambah Happy.
 Novelis Nh Dini saat ulang tahun ke-80, 2016 silam. (CNN Indonesia/Silvia Galikano) |
Berkat membaca karya Dini dan sejumlah sastrawan lain, Happy mengatakan bahwa itu mempengaruhi pola pikir serta pandangan hidupnya.
"Tidak hanya dia [Dini], tapi juga Sutan Takdir Alisjahbana, Marah Roesli, Pramoedya Ananta Toer, itu mempengaruhi saya berpikir, bertutur. Nh Dini juga mempengaruhi bagaimana mengungkapkan perasaan, bagaimana segala sesuatu ditulis, ditulis dan ditulis," ungkapnya.
Tak ayal, Happy mengatakan bahwa kepergian Dini sebagai seorang penulis yang produktif menjadi sebuah kehilangan yang besar bagi dunia sastra Indonesia.
"Kita perlu berterima kasih sekali atas dedikasi dia ke bidang ke susasteraan, bidang penulisan, yang memilih jalur profesi yang tidak populer, mengabdikan dirinya pada dunia sunyi, dunia menulis, tapi dari kesunyiannya itu memberi gambaran besar kehidupan untuk banyak orang," katanya.
Wanita bernama lengkap Nurhayati Sri Hardini Siti Nukatin meninggal di usia 82 tahun karena mengalami kecelakaan dalam perjalanan setelah melakukan tusuk jarum.
Sebelumnya, berdasarkan laporan khusus tentang Dini di
CNNIndonesia.com dua tahun silam, meski pada usia 80-an Dini terbilang sehat tapi ia memang kerap melakukan kontrol melalui jamu-jamuan dan tusuk jarum untuk mengobati osteoartritis dan vertigo yang kerap dialami.
"Saya turut berduka cita dan saya mendoakan Ibu jalannya diberi kemudahan, diterima segala kebaikan, diampuni kekurangan sebagai manusia, dan keluarga yang ditinggalkan tabah dan ikhlas, sahabat-sahabatnya merelakan dengan penuh keikhlasan," tambah Happy menyampaikan duka cita.
(agn/rea)