Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah sukses mencuri perhatian melalui sederet single dan EP sejak 2015, akhirnya
Jeremy Zucker merilis album perdana bertajuk
Love Is Not Dying pada Jumat (17/04). Album ini diproduksi secara mandiri oleh penyanyi asal New Jersey tersebut, sembari menjalani isolasi diri.
Melalui 13 lagu, Zucker menyatakan isi hati paling dalam tentang cinta dan segala macam kerumitan yang menyertainya. Ia menyatakan bahwa album ini mengandung arti yang sangat personal.
Still menjadi pembuka
Love Is Not Dying, akord yang dimainkan dengan synthesizer, dilengkapi latar suara kicauan burung dan percakapan ringan. Tidak terdengar seperti perkenalan yang megah, melainkan sebuah jabat tangan yang hangat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nyanyian Zucker baru terdengar di
We're F--ked, It's Fine, tergambar jelas sesuai judul, ajakan untuk menerima sesuatu yang tidak sempurna. Lagu selanjutnya,
Somebody Loves You menghadirkan suasana lebih riang dengan bebunyian elektronik, sedikit mengingatkan pada karya-karya awal seperti
Bout It dan
Paradise.
Keintiman dalam
Love Is Not Dying semakin terbangun melalui
Orchid, sebuah balada lembut untuk mengenang sang mantan kekasih. Zucker kembali bicara tentang penerimaan dalam
Lakehouse, yang menceritakan pergumulannya untuk
move on.
Good For Her merupakan perayaan atas keberhasilan
move on itu, lagu melankolis yang diisi oleh suara lembut piano, sementara Zucker bernyanyi, "
She's with a new boy now/ I know that they're better off now."
[Gambas:Youtube]
Kemudian Full Stop yang sangat kaya dari segi sound, justru menceritakan kekosongan yang dirasa pasca perpisahan. Suasana sendu dan melankolis dari hati ini masih berlanjut hingga Hell or Flying, sebuah curhatan tentang janji yang tak ditepati, yang menurut Zucker sendiri merupakan lagu yang 'sederhana'.
Album ini telah sangat dinanti oleh penggemar Jeremy Zucker. Beberapa lagu unggul terlebih dahulu sebagai single, salah satunya
Julia. Melodi dalam
Julia yang menghanyutkan seperti membawa pendengar turut merasakan kegalauan Zucker, sentuhan elektronik di reff menambah kesan dinamis, bak hubungannya dengan sosok 'Julia' tersebut.
Hubungan personal tak melulu soal percintaan, melainkan juga kepada teman dan sahabat. Seperti
Not Ur Friend yang mengisahkan hubungan pertemanan beracun yang harus diakhiri, hingga kepedulian dan rasa sayang terhadap seorang sahabat dalam
Always, I'll Care.
[Gambas:Youtube]
Sebelum menutup album, Zucker menunjukkan sisi rentan dan kecemasannya sebagai manusia dalam lagu singkat berjudul
Brooks. Bagian tengah hingga akhir lagu tersebut dibiarkan kosong, seolah ia ingin memberi ruang bagi pendengar untuk merenung.
Oh, Mexico dipilih menjadi penutup yang sangat manis. Lagu terakhir ini menyerupai sebuah kesimpulan dari seluruh curahan hati Zucker. Bahwa cinta beserta segala kebahagiaan dan kepedihan yang menyertai, pada akhirnya adalah bagian dari pertumbuhan. Manusia harus tetap bertumbuh, karena kehidupan terus berjalan.
"I tried to be myself, but still, I've got some room to grow."Love is Not Dying bukan sekadar kumpulan lagu-lagu bernuansa cinta, melainkan curahan tentang segala kerumitan yang menyelimuti. Album ini memang cocok didengarkan di kala isolasi diri, sambil merayakan perasaan-perasaan yang pernah ada dalam hati. Di tengah kegilaan pandemi ini, kehadiran
Love is Not Dying patut disyukuri.
(gdn/rea)