Komposer Gema Swaratyagita bakal ikut tampil di acara Musim Seni Salihara yang digelar mulai 12 September-11 Oktober mendatang. Gema akan membawakan komposisi yang memadukan suara vokal, seni pertunjukan dan alat bebunyian tak biasa seperti peralatan memasak, padi dan beras, sayur-mayur dan menanak bubur.
Karyanya tersebut diberi judul Jeng Sri, yang juga menjadi bagian ketiga dari seri karya Gema berbasis dongeng, Ngangon Kaedan. Sebelumnya, ia telah menampilkan seri yang lain yakni Dongeng Polifoni (2018) dan Dari Ruang Rahim (2019).
Dalam jumpa pers Musim Seni Salihara secara virtual pada Kamis (10/9), Gema mengungkapkan bahwa ide pertunjukannya kali ini terinspirasi dari sosok Dewi Sri yang dikenal sebagai Dewi Ibu atau Dewi Padi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami mengangkat peristiwa Nutu Nganyaran, proses setelah panen padi di Kasepuhan Ciptagelar, Banten Kidul. Dari mulai menumbuk padi, menanak, sampai dihidangkan oleh para ibu dengan prosesi adat," tutur Gema.
Dia lanjut menuturkan, "Karya ini melibatkan partisipasi sejumlah ibu secara acak. Mereka mengungkapkan hal-hal yang ingin mereka utarakan apabila bertemu dengan Jeng Sri."
Naskah partisipatif tersebut kemudian ia olah sebagai bagian dari komposisi musik.
"Satu komposisi itu menjadi satu kesatuan karya baik di materi pada bunyi maupun alat masak seperti alat musik. Saya pakai talenan sama pisau, panci, kompor, memadukan orkestranya dalam pengolahan karya itu sendiri," tambahnya.
Nantinya, pertunjukan Gema ini akan ditayangkan secara virtual di laman YouTube Salihara pada 13 September mendatang, pukul 12:00 WIB.
Gema juga mengungkapkan bahwa ada perbedaan yang ia rasakan bila tampil secara virtual dibandingkan dengan pertunjukan langsung dihadapan penonton.
"Pelaksanaan di lapangan kalau salah bisa diulang lagi tapi secara emosional, spiritnya jadi berubah. Karena biasanya energi di panggung beda sekali ketika berada di ruang nyata. Masalah mindset pun harus diubah fleksibilitas supaya karya bisa ditampilkan," katanya.
Selain Gema, Musim Seni Salihara juga akan menyuguhkan penampilan dari seniman seperti Melati Suryodarmo, Achmad Krisgatha, Ratri Ninditya, Yudi Ahmad Tajudin, Kafiuddin, Riyo Tulus Pernando, Gatot Danar Sulistiyanto, Eyi Lesar, 69 Performance Club ft. Rizki Resa Utama, Nursalim Yadi Anugerah, Ayu Permata Sari, Jim Adhi Limas, Muhammad Khan, Putri Ayudya, Nus Salomo, serta Dua Empat.
Gema merupakan komponis, penampil dan pengajar musik. Ia pernah berkolaborasi dengan sejumlah musisi seperti Doris Hochscheid & Frans van Ruth (Belanda) dan Jerome Kavanagh (Selandia Baru).
Salah satu karyanya yang berjudul Da-Dha-Dah (2015) untuk ansambel dan alat musik bambu pernah dimainkan oleh Ensemble Modern (Frankfurt) di Jerman, Indonesia dan Belanda.
Selain itu sejumlah karyanya pun pernah dimainkan di Yogyakarta Contemporary Music Festival (YCMF), Festival Musik Tembi, October Meeting (Yogyakarta), Ruang Suara (Frankfurt, Jerman), Holland Festival (Amsterdam, Belanda), Pekan Komponis Indonesia dan International Gamelan Festival (Solo).
(agn/end)