Kebangkitan K-pop secara global membuat semakin banyak idol Korea Selatan berkolaborasi dengan musisi dan penyanyi barat. Salah satu yang terbaru adalah BLACKPINK dan Selena Gomez dalam lagu Ice Cream. Melalui lagu yang dirilis pada 28 Agustus tersebut.
Selena Gomez bukan satu-satunya penyanyi Barat yang pernah berkolaborasi dengan BLACKPINK. Lady Gaga (Sour Candy) dan Dua Lipa (Kiss and Make Up) sempat bekerja sama dengan girlband buatan YG Entertainment ini.
Sementara itu, BLACKPINK juga bukan satu-satunya idol Korea yang berkolaborasi dengan Dua Lipa. Pada awal tahun ini, Dua Lipa dan Hwasa berkolaborasi lewat lagu Physical setelah keduanya tampil dalam Mnet Asian Music Awards 2019.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Steve Aoki juga termasuk musisi yang sering berkolaborasi dengan idol Korea, mulai dari BTS dalam beberapa lagu Mic Drop, The Truth Untold, Waste It on Me, serta Monsta X lewat lagu Play It Cool.
Kolaborasi dengan musisi Barat juga bukan hal baru dalam industri K-pop. Idol-idol generasi dua seperti 2NE1, G-Dragon Bigbang, dan Super Junior sudah melakukan hal tersebut.
![]() |
Tembus ke pasar musik global menjadi motif para idol K-pop di generasi kedua K-pop tersebut.
Namun perbedaannya kini, semakin banyak pula musisi Barat yang terang-terangan ingin berkolaborasi dengan idol K-pop. Dunia musik seolah pun berbalik.
Beberapa musisi sempat mengungkapkan ingin berkolaborasi dengan idol K-pop seperti Westlife, Alec Benjamin, Anne Marie, Trevor Daniel, Backstreet Boys, dan Boyzone.
Belum lagi fakta penyanyi top dari Amerika Serikat, Justin Bieber, yang memberikan pernyataan positif terhadap popularitas BTS yang mendunia. Beiber mencoba secara objektif menilai karya BTS, Dynamite, yang bertengger di puncak tangga lagu Billboard Hot 100.
"Bila ada yang tahu bagaimana caranya membuat sejarah, dialah BTS," kata Bieber dalam sebuah rekaman suara kepada E!. "Grup K-Pop tersebut telah memecahkan rekor di industri musik global," lanjutnya.
Target Pasar
Beberapa hal mendasari kolaborasi tersebut. Salah satunya adalah target pasar. Layaknya bisnis pada umumnya, pelaku-pelaku industri tentu harus peka melihat pasar untuk pengembangan usahanya.
Sehingga, hal tersebut pasti mendorong terjalinnya kerja sama dengan kawasan tersebut. Contohnya Super Junior. Indonesia dan Amerika Latin bisa dibilang menjadi negara yang hampir selalu disambangi ketika tur karena memiliki basis fan besar.
Sehingga, Super Junior pernah berkolaborasi dengan Rossa, menyanyikan lagu bahasa Indonesia beberapa tahun lalu. Super Junior juga berkolaborasi dengan Leslie Grace, musisi AS, lewat lagu Lo Siento yang memiliki lirik Korea, Inggris, dan bahasa Spanyol.
Perusahaan tentu sudah memiliki data terkait pasar-pasar baru atau yang perlu diperkuat. Namun, pemerintah Korea Selatan melalui juga setiap tahun merilis survei Korean wave di banyak negara yang menunjukkan idol-idol favorit serta kawasan yang menjadi basis penggemar mereka.
Pada awal 2020, Kementerian Kebudayaan Korea Selatan merilis hasil survei 2019 yang menunjukkan BTS menjadi pilihan nomor satu pecinta K-pop di AS, Eropa, Timur Tengah, dan Afrika, yang kemudian diikuti BLACKPINK di posisi kedua.
Sehingga, wajar rasanya apabila kedua idol tersebut banyak berkolaborasi dengan musisi-musisi Barat.
Ragam Kolaborasi
Beberapa jenis kolaborasi dilakukan idol Korea dengan musisi internasional. Dua jenis yang paling sering dilakukan adalah berada di belakang layar membuat lagu seperti Ed Sheeran dalam lagu Make It Right BTS dan Jonas Blue dalam lagu Now or Never GOT7 atau featuring/duet seperti Halsey dalam Boy with Luv BTS dan Missy Elliott dalam Niliria G-Dragon.
Jenis kolaborasi lainnya adalah me-remix lagu yang telah dirilis sebelumnya. Hal tersebut dilakukan oleh Chen EXO-Alesso (Years) dan AB6IX-Lizzo (Truth Hurts).
Hasil kolaborasi pun beragam yakni sebagian besar campuran dari Inggris atau bahasa asing lainnya dan Korea, atau sepenuhnya berbahasa Inggris.
Lagu hasil kolaborasi juga biasanya memiliki nuansa atau warna yang disukai target pasarnya. Contohnya adalah Dynamite. Lagu tersebut merupakan genre funk pop yang dibuat David Stewart bersama Jessica Agombar dan Johnny Thirkell yang sebelumnya terlibat dalam pembuatan lagu Uptown Funk Bruno Mars.
![]() |
Uptown Funk menjadi lagu amat populer pada 2015-2016. Lagu tersebut membuat Bruno Mars memperbanyak koleksi piala mulai dari Grammy Award, Brit Award, MTV Video Music Award, iHeartRadio Music Award, dan masih banyak lagi.
Dampak Kolaborasi
Salah satu dampak kolaborasi dengan musisi Barat atau internasional adalah perluasan basis fan dan pengenalan budaya kepada negara-negara lain. Dampak ini sesungguhnya bisa dirasakan kedua artis; perluasan basis penggemar idol Korea di luar negeri dan penambahan penggemar artis Barat di Korea.
Profesor Universitas George Mason menilai proyek kolaborasi lintas budaya seperti yang terjadi beberapa tahun terakhir mewakili inklusivitas serta keragaman budaya saat ini.
"Ini membuka peluang untuk musik non-Inggris dan bahasa non-Barat di kancah musik pop global yang selama ini berpusat di sekitar bahasa Inggris," kata Lee Gyu-tag seperti dilansir Yonhap.
Dengan bertambah luasnya pasar internasional, perusahaan/agensi pun mendapatkan cuan lebih besar. Mulai dari hasil penjualan merchandise, album, penonton konser dan YouTube, bahkan peningkatan nilai saham.
Seperti dilansir Korean Investors, saham YG Entertainment menyentuh angka 52.500 won dan menjadi nilai tertinggi sejak akhir 2015 setelah resmi merilis Ice Cream, hasil kolaborasi BLACKPINK dan Selena Gomez.
Hal tersebut menguatkan pandangan bahwa bahasa ternyata masih memengaruhi capaian musik dan rentang pendengar.
Selain karena basis penggemar yang sudah kuat di AS, BTS mencetak banyak rekor lewat Dynamite, lagu yang full berbahasa Inggris. Ia menjadi idol K-pop pertama yang berada di posisi pertama Billboard Hot 100 dan bertahan di sana dua pekan berturut-turut. BTS juga diperkirakan memberikan cuan kepada Korea Selatan mencapai Rp21,1 triliun.
(bac/bac)