Musik dan film bisa dibilang menjadi dua dari 17 subsektor ekonomi kreatif yang kurang mendapatkan perhatian dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Kedua subsektor itu lebih terurus ketika sektor ekonomi kreatif dipisah dari pariwisata dan diatur oleh Badan Ekonomi Kreatif yang dibentuk 2014. Namun, kembali tidak terurus ketika kembali dilebur jadi Kemenparekraf pada 2019.
Sejak kembali dilebur, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menunjuk Wishnutama Kusubandio sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ia ditugaskan mengurus wisata, sepuluh destinasi wisata baru, dan mengembangkan industri kreatif.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penunjukan Wishnutama menimbulkan harapan pada industri hiburan karena memiliki menteri berlatar belakang kreatif. Sejak tahun 1990-an ia berkecimpung dalam dunia televisi hingga mendirikan NET pada 2013 silam.
Namun, pengamat musik Wendri Putranto menilai tidak ada gebrakan berarti yang dilakukan Wishnutama dalam industri ekonomi kreatif. Terlebih pada industri musik yang merupakan bagian dari ekonomi kreatif.
"Menjabat sebagai menteri dengan nomenklatur kata kreatif di belakang namanya seharusnya kreatif, bikin terobosan. Kalau enggak buat apa, mending kembalikan saja jadi Kementerian Pariwisata," kata Wendi saat dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu (23/12).
Setali tiga uang, kritikus film Hikmat Darmawan menjelaskan hal serupa. Ia menilai Wishnutama hanya memberikan perhatian pada industri film pada permukaan saja, tidak benar-benar serius.
"Perhatian Wishnutama basic, dan ketika masuk ke Kemenparekraf perhatian jelas ke pariwisata. Sektor lain yaitu ekonomi kreatif amsyong, enggak ada gebrakan apa-apa," kata Hikmat.
Kini posisi Wishnutama digantikan oleh Sandiaga Uno yang berlatar belakang bisnis dan sudah pasti politikus. Ia merupakan mantan wakil gubernur DKI Jakarta dan mantan calon wakil presiden 2019-2024.
Dalam berbagai kesempatan sejak diumumkan menjadi Menteri Parekraf, Sandi mengatakan akan fokus pada sektor wisata, terutama lima destinasi super prioritas yang sudah ditunjuk pemerintah.
Keterangan itu seakan menjadi isyarat bahwa sektor ekonomi kreatif kembali tidak mendapat perhatian penuh kementerian yang Sandi pimpin. Terutama subsektor musik dan film.
"Nasib industri musik hanya jadi vote getter ketika Pemilu. Seperti biasa, musik harus berjuang sendiri dan menurut saya teman-teman musisi sudah biasa, militansi mereka tinggi. Enggak usah banyak berharap sama negara kayak begini," kata Wendi.
Ia melanjutkan, "Apalagi menterinya Sandi, dari kecil DNA dia itu kan saudagar dan pebisnis, bukan orang di sektor kreatif. Wishnutama yang orang kreatif saja enggak ada gebrakan apa-apa untuk sektor ekonomi kreatif dan musik."
Meski demikian, Wendi mewajarkan Kemenparekraf selalu tidak memberi perhatian lebih pada musik. Pasalnya, kontribusi industri musik pada Produk domestik bruto (PDB) kecil ketimbang subsektor ekonomi kreatif lain.
Berdasarkan data Bekraf tahun 2017, PDB ekonomi kreatif mencapai Rp1.000 triliun. Subsektor fashion, kuliner dan kriya menyumbang 97 persen, sementara musik hanya menyumbang 0,47 persen.
![]() |
"Soal musik pemerintah sering bahas soal K-pop, padahal untuk seperti itu pemerintah harus hadir dan butuh puluhan tahun. Kalau (Bekraf) baru lima tahun lalu dilebur mau berharap apa?" kata Wendi.
Berbeda dengan Wendi, Hikmat yang juga merupakan Kabid Program Dewan Kesenian Jakarta dan Anggota Komite Film justru memiliki harapan pada industri film di tangan Sandi. Ia memiliki pengalaman saat Sandi menjabat sebagai wakil Gubernur DKI.
"Sandi orang yang bisa menyimak kepentingan seniman, dia bisa ngobrol dan nongkrong sama seniman. Ketika bertemu dengan DKJ, dia bertanya apa yang diinginkan komite film, waktu itu saya ajukan bioskop rakyat," kata Hikmat.
Kala itu Sandi yang menurut Hikmat menangani sektor seni tidak membahas kembali mengenai bioskop rakyat dengan DKI. Namun, kurang lebih satu tahun setelah pertemuan itu muncul bioskop rakyat bernama Indiskop di Teluk Gong, Penjaringan, Jakarta Utara.
Hikmat tidak menutup mata bahwa Sandi memang berlatar bisnis dan sama sekali tidak ada latar dalam dunia hiburan. Tapi setidaknya, Sandi bisa menyimak apa yang diinginkan seniman dan mewujudkannya meski tidak langsung.
"Ya asumsikan ini semua permainan politik dan jatah-jatahan, tetapi dibandingkan menteri sebelumnya yang fokus pariwisata, sekarang saya punya harapan," kata Hikmat.
Sandi sendiri telah menggandeng 12 pengusaha lewat Rumah Siap Kerja (RSK). Bahkan RSK telah mengadakan audisi untuk film bertajuk You and Me Always, namun sampai saat ini belum ada informasi lebih lanjut.
Jadi atau tidak film tersebut, sebagai menteri Parekraf, Sandi sebaiknya turut memberi perhatian lebih pada sektor ekonomi kreatif. Terutama pada subsektor yang kurang mendapat perhatian.
(bac)