Relief bersejarah peninggalan masa pemerintahan Presiden Sukarno di Gedung Sarinah, Jakarta Pusat sedang menjadi perbincangan hangat masyarakat.
Relief itu disebut memiliki kemiripan dengan patung pahlawan atau Tugu Tani karya pematung asal Rusia, Matvey Manizer dan putranya yang bernama Ossip Manizer.
Nama Manizer mencuat ketika Arkeolog dari Institut Konservasi, Saiful Bakhri menyebut relief itu ada kemiripan dengan patung Tugu Tani karya Manizer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi kalau dilihat desain relief itu mirip dengan patung tugu tani, nah model-modelnya mirip," kata Saiful kepada CNNIndonesia.com.
"Kalau saya melihat dari cara penggambaran petaninya mirip, cuma yang itu kan relief sementara yang di Tugu Tani kan patung ya, saya rasa ada kemungkinan yang buat orang yang sama," ia menambahkan.
Melansir laman soviet-art.ru, Matvey Manizer merupakan salah satu pematung komunis terkenal di Uni Soviet. Ia termasuk pematung yang menganut paham realisme Uni Soviet. Hal itu terlihat dari beberapa karyanya yang mencerminkan kehidupan masyarakat di Soviet di era pertengahan 1930-an.
Matvey Manizer lahir pada 5 Maret 1891 di St. Petersburg, Rusia. Ia berasal dari keluarga seniman terkenal Henry Manizer. Sebelum menekuni bidang seni, ia mengenyam pendidikan Seni di Sekolah Gambar Teknis Baron Alexander von Stieglitz (1908-09), kemudian berlanjut ke Akademi Seni (1911-16).
Setelah menyelesaikan pendidikan, ia kerap terlibat dalam berbagai proyek seni di bawah pemerintahan Lenin. Selama kurun waktu itu, Manizer telah menciptakan lusinan monumen dan patung yang tersebar di berbagai sudut kota Moscow, mulai dari patung prajurit perbatasan, patung seorang perempuan dengan ayam, patung seorang pemuda dengan roda gigi, seorang pelaut revolusioner, dan puluhan patung lainnya menghiasi stasiun Metro.
Namun karya terbesar dan paling terkenal adalah monumen Revolution Square, yakni monument yang menjadi kebanggan Lenin sebagai pemimpin revolusi Rusia.
Lewat deretan karya itu, matvey Manizer meraih berbagai penghargaan dari pemerintah Uni Soviet mulai dari pengarahan Artis Rakyat Uni Soviet (1958) dan memenangkan tiga Piala Stalin (1941, 1943, 1950).
Selain di Rusia, beberapa karya patung Manizer juga berada di sejumlah negara pecahan Uni Soviet. Seperti monumen untuk mengenang penyair Taras Shevchenko di Kharkov, Ukraina (1935), monumen V. Volodarsky (1925) dan Korban 9 Januari 1905 di Leningrad (1925-31), monumen VI Chapayev (1932) dan VV Kuibyshev (1938) di Samara, monumen Pavlov (1949) di Ryazan, patung Zoya Kosmodemyanskaya di Galeri Tretyakov (1942), dan lainnya.
Matvey Manizer juga tercatat pernah mengajar di Institut Seni Petrograd-Leningrad pada 1921. Beberapa tahun kemudian, ia diangkat menjadi Wakil Presiden Akademi Seni Uni Soviet.
Matvey Manizer meninggal pada 20 Desember 1966. Ia dimakamkan di Pemakaman Novodevichy.
Sebelum meninggal dunia, pada awal 1960-an Manizer mengajak keluarganya berkunjung ke Indonesia atas undangan presiden Sukarno.
![]() |
Melansir situs informasi tentang Rusia untuk Indonesia, id.rbth.com, monumen Tugu Tani atau Patung Pahlawan, adalah bukti hubungan kuat Indonesia dengan Rusia saat itu.
Patung tersebut dibangun setelah Sukarno meminta Manizer dan anaknya Otto agar membangun sebuah monumen untuk memperingati perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ide tersebut kemudian dituangkan menjadi monumen berwujud pejuang kemerdekaan Indonesia yang siap melawan penjajah Belanda untuk membebaskan negaranya, bersama ibunya yang mendukung di sisinya.
(nly/bac)